Share

Bab 4. Teguran ipar

Author: RatuNna Kania
last update Huling Na-update: 2024-12-18 16:10:00

Fani benar-benar menuruti apa yang Retno inginkan meski harus menahan malu, tapi itulah caranya dia merayu agar Retno percaya atas semua yang telah terjadi. Setelah pengajian di rumah Bu RT usai kemarin malam, Fani langsung menjaga jarak dengan Pak RT. Dari awal niatnya hanya memanfaatkan saja, tak ada sedikitpun pikiran untuk menjalin hubungan apalagi memberikan kenik matan. Membayangkan Pak RT yang suka me milin kumisnya saja membuat Fani bergidik geli. Runtutan pesan masuk ke dalam ponselnya hanya dibaca saja, hingga membuat Pak RT bertanya-tanya.

Tapi setelah dijelaskan dan diancam akan diadukan pada Bu RT, barulah Pak RT mereda dan tak lagi mengganggunya dengan sapaan manis manja.

Siang ini Fani hanya gegoleran di atas karpet bulu di ruang tamu. Asisten rumah tangga yang difasilitasi oleh Bima juga tampaknya sudah menyelesaikan tugasnya membersihkan rumah, serta memasak makanan sesuai permintaan Fani. Tak keluar rumah hampir sepuluh hari membuat wanita itu gelisah dan gunda gulana. Dia hanya menyempatkan ke rumah mertuanya beberapa hari lalu.

“Kerjaanmu di rumah ngapain aja, sih, Fan, sampai ngurus anak aja kamu nggak becus?” Suara perempuan yang cukup lantang membuat Fani nyaris berjingkat karena kaget.

Dia sibuk melihat akun di marketplace yang sedang melakukan siaran langsung, menawarkan aneka skincare dan bodycare dengan harga miring.

“Mbak Eka! Kapan datang, Mbak? Sorry, aku nggak denger,” ujar Fani yang langsung gelagapan melihat kakak iparnya datang.

“Jelas nggak denger dong, hp aja terus kerjaannya!” Putri yang ternyata mengekor di belakang Eka ikut bersuara.

Fani melengos, dia kesal namun tak berani melawan. Perempuan berdagu lancip itu pun hanya merutuk dalam hati.

“Coba kamu lihat itu Giselle lagi ngapain?” kata Eka seraya melirik ke arah lantai, tempat Giselle duduk dengan mainan yang berserakan bercampur susu.

“Astaga!” pekik Fani yang langsung berdiri dan menggendong putri kecilnya.

“Ewh, jorok banget!” Putri menatap ketus ke arah Fani yang sibuk membersihkan tubuh Giselle.

Bocah yang belum genap berusia empat tahun itu hanya terkekeh saja, saat Fani mengelap tangan dan kakinya dengan tisu basah.

Susu formula dalam kaleng tumpah, bercampur dengan air yang membuat tubuh Giselle lengket semua. Kondisi Giselle yang memang sedang pilek, membuat ingusnya keluar dan memenuhi kedua pipinya. Sungguh bocah kecil itu terlihat sangat tak terawat dengan baik. Pantas jika Eka murka melihat keponakannya dengan kondisi tak karuan.

“Bima itu kurang apa sih, sama kamu? Tugasmu cuma mengurus Giselle, memperbaiki penampilan, perawatan. Nggak perlu beres-beres rumah karena Bima kasih kamu asisten rumah tangga. Kamu juga nggak perlu cari kerja apalagi mumet cari tambahan dana karena Bima selalu mengusahakannya. Nggak bisa apa kamu di rumah urus anak dengan baik? Berat banget jadi Ibu buat Giselle?” Eka yang kebetulan main ke tempat Retno berniat mengunjungi ipar dan juga keponakannya.

Walaupun masih tinggal sekota karena ikut dengan suaminya, Eka termasuk jarang mengunjungi Ibunya jika tak ada keperluan. Kesibukannya menjadi wanita karir, membuatnya tak punya banyak waktu lebih hanya untuk kesana kemari. Mungkin dua hingga tiga bulan sekali dia mengunjungi Retno, terkadang minimal ya sebulan sekali.

Pantas jika dirinya marah saat tau Giselle tak diurus dengan becus oleh iparnya. Setau Eka adik lelakinya itu sudah mengupayakan yang terbaik, bekerja dengan sangat keras demi anak istrinya hidup tenang dan nyaman.

“Duduk dulu, Mbak, masak baru dateng udah marah-marah aja,” kata Fani yang berusaha terlihat santai, padahal dia sudah ketakutan setengah mati.

“Aku udah denger soal kamu digerebek sama warga, hebatnya kamu masih aja nggak punya malu ya, ternyata.” Eka tersenyum sinis.

Fani hanya menunduk, dalam hati dia membatin. “Mantra apalagi yang harus kusebut biar seluruh keluarga Mas Bima ini nggak banyak cingcong? Heran, kenapa cuma manjur di dia doang tapi keluarganya enggak!”

“Kamu denger kan aku ngomong apa?” Suara Eka yang nyaris berteriak membuat Fani terlonjak.

“Ah, eh, iya … apa, Mbak?” sahutnya dengan tergagap.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   12. Pulang dulu, Mas.

    “Put, Mbakmu baru aja kerampokan kok kamu tanya-tanyai gitu sih? Udah biarkan dulu dia tenang. Kamu nggak lihat wajahnya syok gitu?” Retno menengahi karena dia tak ingin ada perdebatan untuk kesekian kali. Apalagi ada Giselle saat ini diantara mereka.Mendengar dibela oleh mertuanya membuat Fani meringis dalam hati. Tak ada salahnya dia merapal mantra-mantra jika mertuanya juga kena. Hanya saja dia bingung kenapa Putri dan Eka tak bisa luluh dengannya? “Bu, aku cuma tanya bukti lho! Dia sendiri kan yang bilang ada laporan ke pihak keamanan. Berarti kan harus ada bukti sesuai faktanya di lapangan. Ish, aku sih nggak percaya ya. Udah lah nggak penting juga, mending kamu bawa aja anakmu. Jangan sampai lalai sama anak, jangan sampai nyeseknya kalau udah tua dan nggak bisa apa-apa!” Putri masih saja sengit. Retno hanya mendelik saja untuk mengingatkan anaknya.“Ya sudah mending sekarang kamu tidur di sini aja. Kamu tenangin diri dulu, kamu istirahat. Kasihan juga Giselle masih tidur,” tit

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 11. Kerampokan ngakunya

    Suara gembok yang dihantamkan ke pagar menimbulkan bunyi yang cukup mengganggu, hingga membuat Putri yang baru saja terpejam akhirnya bangun.“Siapa sih, jam berapa ini? Malam-malam gini emang ada ya, yang niat mau bertamu?” Putri terpaksa membuka kedua matanya yang lengket. Dia menengok ke arah dinding, jarum jam menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh menit.“Ya Allah jam sebelas lewat lho ini! Ganggu orang mau istirahat aja!” Meskipun sambil mengomel, Putri mau beranjak juga.Gadis itu keluar dari kamar. Dia membuka pintu rumah sebelum akhirnya membulatkan mata, karena di depan pagar berdiri Bu Nur sambil menggendong Giselle di pinggangnya.“Astaga, Bu Nur! Kenapa malam-malam ke sini? Itu Giselle kenapa?” tanya Putri dengan wajah panik. Dia melihat Giselle sepertinya terkulai lemas dalam gendongan, hingga membuat Putri jadi khawatir.“Fani sampai jam segini belum pulang, aku bingung mau bawa Giselle kemana kalau nggak ke sini. Soalnya aku harus buru-buru pulang. Nggak papa ya, Gise

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 10. Diancam

    “Nanti kalau butuh apa-apa atau mungkin Giselle rewel tinggal telepon aku aja ya, Bu?” Fani mencium pipi Giselle sebelum akhirnya meninggalkan sang putri seperti biasa.Bu Nur yang memangku seraya menyuapi Giselle hanya menganggukkan kepalanya. Dia sudah mengerti, paham dan hafal. Jadi tak masalah meskipun Fani nanti pulang larut malam, sudah terbiasa.Perempuan dengan rok jeans selutut itu masuk ke dalam mobil, membawa kendaraan roda empatnya membelah jalan raya. Baru juga lima menit Fani pergi, Putri datang bersama dengan Retno.Mereka baru pulang dari pasar besar, berniat mampir untuk mengunjungi Giselle.“Mbak Fani keluar lagi, Bu?” tanya Putri celingukan ke dalam. Pasalnya rumah dua tingkat itu terlihat sangat lengang.“Iya, Put. Ada urusan.” Bu Nur menjawab dengan singkat karena tak mau berurusan panjang.“Oh!” Putri hanya manggut-manggut saja. Dia tak peduli dan tak ingin ikut campur lagi. Sudah kapok.Sementara Retno diam saja. Dia fokus mengajak ngobrol cucu perempuannya yang

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 9. Dimabuk Asmara

    “Bu, jangan lupa besok datang lebih awal lagi ya, seperti biasa!” ujar Fani dengan suara manjanya.Bu Nur hanya mengangguk. “Bisa diatur, asalkan ….” “Aku paham! Tenang, duit kan?” Fani terkekeh.Bu Nur hanya mengangguk.Hampir seminggu ini Fani sering menyuruh asisten rumah tangganya itu untuk datang lebih pagi dan pulang larut malam. Semua itu demi memenuhi keinginannya ber sua dengan pacar-pacarnya.Bu Nur juga tak banyak tanya asalkan dia diberi haknya sesuai dengan perjanjian.“Ibu sama Putri masih ngerecokin nggak? Mereka sering kesini nggak waktu aku pergi, Bu?” tanya Fani. Dia masih membalurkan body serum di seluruh tubuhnya sebelum beranjak tidur.“Masih sering ke sini buat kasih jajan Giselle, kadang anter makanan. Cuma nggak banyak nanya sih,” jawab Bu Nur.“Jadi mereka anteng-anteng aja waktu tau aku sering keluar ya, Bu? Nggak ada masalah kan?” Fani kembali bertanya.“Iya aman, sepertinya begitu. Ya sudah kalau gitu aku pulang, ya? Giselle juga tidur nyenyak. Cuma perlu

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 8. Semakin merasa bebas

    “Aku nggak ngapa-ngapain, Mas! Aku cuma nasehati dia aja tadi karena pulang malam. Dia juga lalai sampai susu Giselle kehabisan dan yang paling parah dia seenaknya nyuruh Bu Nur buat jaga Giselle di luar jam kerja. Mana gajinya Bu Nur juga terlambat dia kasih. Aku kayak gini juga karena aku masih peduli lho, sama dia, Mas!” Putri tak terima dia dituduh menyakiti Fani.Pantas jika sekarang jiwa emosinya meronta-ronta ingin disalurkan. Putri geram karena dia tahu pasti Fani sengaja memfitnahnya di depan sang Kakak.“Gini ya, Dek, menasehati Fani itu sudah menjadi bagian dari tugasku. Jadi kamu nggak usah lagi deh, ikut campur apalagi sampai pakai kata-kata nggak sopan. Minta maaf sama Mbakmu sekarang, kasihan dia sakit hati.” Dengan seenaknya Bima berkata demikian.“Nggak! Aku nggak mau. Aku nggak salah ya, di sini, Mas. Aku juga nggak tau apa aja yang udah diadukan sama Mbak Fani ke kamu. Tapi yang jelas aku nggak pernah ngerasa nggak sopan sama dia, kalau saja dia tau bagaimana carany

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 7. Aduan bohong

    Malam harinya sekitar pukul sembilan, Fani menggedor pintu rumah mertuanya. Tadi saat dia pulang, Giselle dan Nur tak ada di rumah. Jadi feeling-nya berkata bahwa mereka pasti ada di rumah sang mertua. Dia pun mau tak mau harus kesana menyusul Gisel. Fani mengetuk pintu dan mengucapkan salam dengan sedikit kencang, karena terdengar suara siaran tv sampai di halaman. Kalau pelan, tentu tidak akan terdengar.Putri bangkit dan membuka pintu, tanpa aba-aba langsung saja menyemprot kakak iparnya. “Kamu dari mana aja sih, Mbak? Dari sore anakmu nangis terus kehabisan susu. Kamu ditelepon nggak bisa. Tiba-tiba nomornya nggak aktif. Katanya cuma pergi sebentar, tapi jam segini baru pulang. Lupa kamu sama anak?” “Put, apaan sih? Kok jadi marah-marah gini ke aku. Aku kan titip Giselle sama Bu Nur tadi, kenapa dia bisa ada di sini? Lagian juga aku kasih duit lebih buat upah Bu Nur momong Giselle! Udah ah, aku nggak mau debat. Mana Giselle?” tanya Fani dengan wajah angkuhnya.“Bisa-bisanya kamu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status