Share

Bab 3. Susah ditaklukkan

Penulis: RatuNna Kania
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 16:09:09

Kabar perselingkuhan Fani yang digerebek warga sudah terdengar kemana-mana. Tapi seminggu berlalu ternyata cukup mereda juga. Pagi ini Fani memutuskan keluar rumah setelah seminggu mengurung diri dan hanya berdiam di dalam rumah. Kebetulan Bima tadi memberinya kabar bahwa kebutuhan bulanan sudah disiapkan, tinggal mengambil di rumah ibunya.

Hubungan Fani dengan Retno jadi canggung dan seolah merenggang. Berbicara seperlunya, terkadang juga Fani hanya menjawab jika ditanya, itu juga hanya membahas tentang Giselle. Apalagi dengan Putri, sama sekali tak bertegur sapa sejak insiden itu terjadi. Putri langsung melengos jika tak sengaja bertatap, jampi-jampi yang Fani rapalkan ternyata tidak bisa membuat putri bersikap seperti mertuanya. Anak ini memang agak keras ditaklukan, bahkan secara terang-terangan, Putri seolah mengajak perang. Tapi Fani tak ambil pusing dengan sikap keluarga suaminya. Selama Bima masih berada di pihaknya, selama itulah hidupnya akan baik-baik saja.

“Kamu ambil sendiri, Fan? Nggak dianter aja nanti sama Putri?” tanya Retno saat menantunya itu melangkah ke dalam rumahnya.

“Nggak usah, Bu, biar Fani aja yang bawa. Mumpung Giselle tidur, kebetulan beras di rumah juga tinggal seliter.”

Retno mengangguk, sudah menjadi rutinitas sebulan sekali Bima akan membeli kebutuhan pokok seperti beras, teh, gula, minyak dan lain sebagainya di warung sembako milik Ibunya. Jadi dia bisa lebih mudah memastikan kebutuhan anak istrinya tak pernah terlewatkan.

“Bagus deh, nyadar diri! Lagian juga siapa yang mau anterin sembako ke rumah situ! Aura nerakanya kuat banget, kebanyakan dipakai adu dosa!” Putri yang kebetulan baru keluar dari kamar karena akan pergi langsung saja emosi saat melihat kakak iparnya datang.

“Sst, Putri!” Retno menggeleng, memberikan isyarat agar anak bungsunya itu mau diam.

“Pamit, Bu! Berangkat dulu!” Putri menyalimi tangan Ibunya yang masih berada di teras, tempat yang dijadikan warung sembako selama bertahun-tahun lamanya.

“Hati-hati, Nduk.”

Wanita yang hendak berangkat kuliah itu hanya mengangguk, dia melewati Fani begitu saja seakan tak ada orang di sana.

“Jangan diambil hati tingkah Putri, kamu sudah hafal kan sama dia?” Tanpa menatap, Retno berbicara. Dia hanya tak ingin menambah masalah untuk Bima.

“Iya, Bu, aku juga sadar kalau aku salah. Aku minta maaf karena sudah bikin malu keluarga. Apapun aku lakukan buat nebus semua kesalahanku ini, Bu. Aku janji akan berubah. Aku pasti berbenah, kasih Fani kesempatan ya, Bu?” Tiba-tiba saja Fani berdiri menghampiri Retno.

Tanpa ragu dia menunduk dan bersujud di kedua kaki mertuanya. Hal itu tentu membuat Retno kaget dan menjadi tidak nyaman. Walau berat hati tapi karena sikap Fani itu dia akhirnya menerima. Bukankah manusia memang tempatnya salah dan dosa? Selama mau berubah tidak ada salahnya untuk memaafkan. Lagipula Retno pikir hal kemarin bisa menjadikan pelajaran yang berharga untuk menantu perempuannya itu.

“Jangan begini, berdirilah!"

"Ibu memaafkan, Fani kan?" Wanita berbaju hijau itu mendongak menatap sang mertua dengan tatapan menyakinkan. Retno pun menghela napas saat mata keduanya saling menatap.

"Ibu maafkan! Tapi berjanji lah, jangan diulangi lagi, dan makin perbaiki diri, kasihan anak saya yang bekerja siang malam untuk menafkahi kamu disana dengan segala resiko!” Retno berbicara tegas meski hatinya terluka dan bertolak belakang dengan sikapnya saat ini. Dia sangat berharap Fani benar-benar bisa berbenah. Karena sang anak yang ternyata telah buta dengan cintanya untuk Fani.

Fani akhirnya berdiri sambil mengusap sisa air mata di sudut netranya. Entah kenapa dia merasa sangat lega, ternyata mertuanya masih mau berbicara dengannya. Seminggu lamanya dia melafalkan berbagi jampi-jamp dani akhirnya berhasil 100%. dia bisa dengan mudah mengembalikan simpati mertuanya.

“Bima di sana kerja keras buat kamu, buat Giselle. Ibu cuma minta sama kamu, jangan sia-siakan anak Ibu, ya? Jangan kecewakan Bima. Kamu juga pasti tau dia orangnya gimana. Ibu harap ujian kemarin bisa menghadirkan banyak hikmah, buat rumah tangga kalian.” Ego Retno pun kalah dengan sikap dan mimik wajah memelas sang menantu.

“Pasti, Bu! Aku sayang banget sama Mas Bima. Kemarin itu kesalahanku yang terlalu baik sama orang sampai mudah dimanfaatkan dan terlena, sampai timbul fitnah,” kata Fani dengan suara sendunya. Dengan pedenya dia mengelak.

“Sudah, lupakan! Kamis malam besok ada pengajian di rumah Bu RT, kamu datang ya? Katanya Bu RT undang Ustazah kondang juga. Kita ngalap barokah.” ucap Retno.

“Apa, Bu? P-pengajian? Di rumah Bu RT, ya?” Fani meneguk ludah dengan susah payah.

Pasalnya dua hari setelah dirinya digerebek, Fani nekat mendekati dan merayu serta menggoda Pak RT lewat pesan suara. Awalnya dia hanya ingin memastikan semua akan aman-aman saja. Tapi sayangnya Pak RT malah terpesona olehnya. Hingga lima hari belakangan, keduanya intens saling bertukar kabar.

“Iya, nanti datang sama Ibu. Nggak akan ada yang berani julid, Ibu pastikan semuanya sudah selesai. Kamu dateng aja,” titah Retno dengan wajah serius.

Fani meneguk salivanya dengan susah payah. “B-baiklah, Bu!”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   12. Pulang dulu, Mas.

    “Put, Mbakmu baru aja kerampokan kok kamu tanya-tanyai gitu sih? Udah biarkan dulu dia tenang. Kamu nggak lihat wajahnya syok gitu?” Retno menengahi karena dia tak ingin ada perdebatan untuk kesekian kali. Apalagi ada Giselle saat ini diantara mereka.Mendengar dibela oleh mertuanya membuat Fani meringis dalam hati. Tak ada salahnya dia merapal mantra-mantra jika mertuanya juga kena. Hanya saja dia bingung kenapa Putri dan Eka tak bisa luluh dengannya? “Bu, aku cuma tanya bukti lho! Dia sendiri kan yang bilang ada laporan ke pihak keamanan. Berarti kan harus ada bukti sesuai faktanya di lapangan. Ish, aku sih nggak percaya ya. Udah lah nggak penting juga, mending kamu bawa aja anakmu. Jangan sampai lalai sama anak, jangan sampai nyeseknya kalau udah tua dan nggak bisa apa-apa!” Putri masih saja sengit. Retno hanya mendelik saja untuk mengingatkan anaknya.“Ya sudah mending sekarang kamu tidur di sini aja. Kamu tenangin diri dulu, kamu istirahat. Kasihan juga Giselle masih tidur,” tit

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 11. Kerampokan ngakunya

    Suara gembok yang dihantamkan ke pagar menimbulkan bunyi yang cukup mengganggu, hingga membuat Putri yang baru saja terpejam akhirnya bangun.“Siapa sih, jam berapa ini? Malam-malam gini emang ada ya, yang niat mau bertamu?” Putri terpaksa membuka kedua matanya yang lengket. Dia menengok ke arah dinding, jarum jam menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh menit.“Ya Allah jam sebelas lewat lho ini! Ganggu orang mau istirahat aja!” Meskipun sambil mengomel, Putri mau beranjak juga.Gadis itu keluar dari kamar. Dia membuka pintu rumah sebelum akhirnya membulatkan mata, karena di depan pagar berdiri Bu Nur sambil menggendong Giselle di pinggangnya.“Astaga, Bu Nur! Kenapa malam-malam ke sini? Itu Giselle kenapa?” tanya Putri dengan wajah panik. Dia melihat Giselle sepertinya terkulai lemas dalam gendongan, hingga membuat Putri jadi khawatir.“Fani sampai jam segini belum pulang, aku bingung mau bawa Giselle kemana kalau nggak ke sini. Soalnya aku harus buru-buru pulang. Nggak papa ya, Gise

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 10. Diancam

    “Nanti kalau butuh apa-apa atau mungkin Giselle rewel tinggal telepon aku aja ya, Bu?” Fani mencium pipi Giselle sebelum akhirnya meninggalkan sang putri seperti biasa.Bu Nur yang memangku seraya menyuapi Giselle hanya menganggukkan kepalanya. Dia sudah mengerti, paham dan hafal. Jadi tak masalah meskipun Fani nanti pulang larut malam, sudah terbiasa.Perempuan dengan rok jeans selutut itu masuk ke dalam mobil, membawa kendaraan roda empatnya membelah jalan raya. Baru juga lima menit Fani pergi, Putri datang bersama dengan Retno.Mereka baru pulang dari pasar besar, berniat mampir untuk mengunjungi Giselle.“Mbak Fani keluar lagi, Bu?” tanya Putri celingukan ke dalam. Pasalnya rumah dua tingkat itu terlihat sangat lengang.“Iya, Put. Ada urusan.” Bu Nur menjawab dengan singkat karena tak mau berurusan panjang.“Oh!” Putri hanya manggut-manggut saja. Dia tak peduli dan tak ingin ikut campur lagi. Sudah kapok.Sementara Retno diam saja. Dia fokus mengajak ngobrol cucu perempuannya yang

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 9. Dimabuk Asmara

    “Bu, jangan lupa besok datang lebih awal lagi ya, seperti biasa!” ujar Fani dengan suara manjanya.Bu Nur hanya mengangguk. “Bisa diatur, asalkan ….” “Aku paham! Tenang, duit kan?” Fani terkekeh.Bu Nur hanya mengangguk.Hampir seminggu ini Fani sering menyuruh asisten rumah tangganya itu untuk datang lebih pagi dan pulang larut malam. Semua itu demi memenuhi keinginannya ber sua dengan pacar-pacarnya.Bu Nur juga tak banyak tanya asalkan dia diberi haknya sesuai dengan perjanjian.“Ibu sama Putri masih ngerecokin nggak? Mereka sering kesini nggak waktu aku pergi, Bu?” tanya Fani. Dia masih membalurkan body serum di seluruh tubuhnya sebelum beranjak tidur.“Masih sering ke sini buat kasih jajan Giselle, kadang anter makanan. Cuma nggak banyak nanya sih,” jawab Bu Nur.“Jadi mereka anteng-anteng aja waktu tau aku sering keluar ya, Bu? Nggak ada masalah kan?” Fani kembali bertanya.“Iya aman, sepertinya begitu. Ya sudah kalau gitu aku pulang, ya? Giselle juga tidur nyenyak. Cuma perlu

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 8. Semakin merasa bebas

    “Aku nggak ngapa-ngapain, Mas! Aku cuma nasehati dia aja tadi karena pulang malam. Dia juga lalai sampai susu Giselle kehabisan dan yang paling parah dia seenaknya nyuruh Bu Nur buat jaga Giselle di luar jam kerja. Mana gajinya Bu Nur juga terlambat dia kasih. Aku kayak gini juga karena aku masih peduli lho, sama dia, Mas!” Putri tak terima dia dituduh menyakiti Fani.Pantas jika sekarang jiwa emosinya meronta-ronta ingin disalurkan. Putri geram karena dia tahu pasti Fani sengaja memfitnahnya di depan sang Kakak.“Gini ya, Dek, menasehati Fani itu sudah menjadi bagian dari tugasku. Jadi kamu nggak usah lagi deh, ikut campur apalagi sampai pakai kata-kata nggak sopan. Minta maaf sama Mbakmu sekarang, kasihan dia sakit hati.” Dengan seenaknya Bima berkata demikian.“Nggak! Aku nggak mau. Aku nggak salah ya, di sini, Mas. Aku juga nggak tau apa aja yang udah diadukan sama Mbak Fani ke kamu. Tapi yang jelas aku nggak pernah ngerasa nggak sopan sama dia, kalau saja dia tau bagaimana carany

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 7. Aduan bohong

    Malam harinya sekitar pukul sembilan, Fani menggedor pintu rumah mertuanya. Tadi saat dia pulang, Giselle dan Nur tak ada di rumah. Jadi feeling-nya berkata bahwa mereka pasti ada di rumah sang mertua. Dia pun mau tak mau harus kesana menyusul Gisel. Fani mengetuk pintu dan mengucapkan salam dengan sedikit kencang, karena terdengar suara siaran tv sampai di halaman. Kalau pelan, tentu tidak akan terdengar.Putri bangkit dan membuka pintu, tanpa aba-aba langsung saja menyemprot kakak iparnya. “Kamu dari mana aja sih, Mbak? Dari sore anakmu nangis terus kehabisan susu. Kamu ditelepon nggak bisa. Tiba-tiba nomornya nggak aktif. Katanya cuma pergi sebentar, tapi jam segini baru pulang. Lupa kamu sama anak?” “Put, apaan sih? Kok jadi marah-marah gini ke aku. Aku kan titip Giselle sama Bu Nur tadi, kenapa dia bisa ada di sini? Lagian juga aku kasih duit lebih buat upah Bu Nur momong Giselle! Udah ah, aku nggak mau debat. Mana Giselle?” tanya Fani dengan wajah angkuhnya.“Bisa-bisanya kamu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status