Share

Bab 5. Mencurigakan

Penulis: RatuNna Kania
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 16:10:39

Fani sibuk merias diri meski masih pagi sekali. Peringatan yang diberikan kakak iparnya kemarin hanya masuk di telinga kanan, keluar lewat telinga kiri. Pikirnya, Eka hanyalah ipar tentu saja tidak berhak mengatur hidupnya. Seakan-akan semakin bertambahnya hari, kelakuan Fani kembali lagi.

Putri yang pagi itu disuruh Retno mengantarkan sup ayam untuk Giselle pun terpaku sejenak, saat melihat Fani sudah rapi dengan riasan yang cukup menor.

Perlahan gadis itu juga sudah mulai melupakan kejadian lalu, waktu bisa mengikis perasaan kesalnya pada sang ipar. Tapi pagi ini, entah kenapa perasaannya mulai tak enak. Putri merasa jika kemarin-kemarin Fani hanya bertaubat karena terpaksa, bukan dari kemauan hatinya.

“Eh, Putri, pagi-pagi udah nongol aja. Ada apa?” tanya Fani seraya cengar-cengir tanpa dosa.

Di hadapan adik iparnya dia memakai perhiasan seakan-akan ingin menunjukkan bahwa koleksi emasnya itu kini bertambah. Tak lupa dia menggerakkan tangan kanan dan kirinya di depan wajah Putri. Padahal reaksi Putri biasa saja.

“Mau kemana pagi-pagi begini udah rapi, Mbak?” Keinginan bertanya dari tadi yang Putri tahan karena gengsi, akhirnya terlontar juga.

“Oh, itu. Aku mau pergi arisan ke Kabupaten. Udah izin juga kok sama Mas Bima, dia oke-oke aja. Kalau kamu nggak percaya, ya, coba tanya sendiri sana!” jawab Fani seraya mencari kunci mobil.

Putri mengerutkan kening, dia celingukan tapi rumah tampak sepi. “Giselle diajak?”

“Nggak, dia di rumah sama Bu Nur aja. Lagian aku cuma sebentar kok, siang nanti juga udah di rumah.”

“Lho kenapa nggak diajak? Kan kamu bawa mobil, Mbak. Lagian arisan begitu kan biasanya bawa bocah juga nggak masalah. Kasian Giselle kalau ditinggal sama Bu Nur di rumah, nanti kalau dia nangis gimana? Dia juga baru sembuh lho, Mbak, nggak kepikiran ninggal anak sama orang asing?” tanya Putri bertubi-tubi.

Alis Fani yang disulam jenis microblading itu tampak terangkat, sebelum akhirnya dia berkata. “Ya masalahnya dimana? Bu Nur tetangga dekat kita, sudah lama juga dia kerja sama aku nggak pernah ada masalah tuh, bukan orang asing juga dong namanya. Aku cuma sebentar, Puput sayang! Nggak usah lebay gitu deh! Kamu ngapain juga sih, pagi-pagi udah ke sini aja?” Fani sangat kesal dalam hatinya.

“Aku cuma mau nganter sup ayam ini buat Giselle, titipan dari Ibu! Ya udah terserah, nih supnya. Aku mau pulang,” kata Putri. Setelah meletakkan rantang dua susun di atas meja ruang tamu. Putri bergegas pergi dari rumah Fani.

Melihat tingkah adik iparnya itu hanya membuat Fani menggelengkan kepalanya dengan gemas. “Aneh banget tuh bocah!”

Sesampainya di rumah, Putri meletakkan sandalnya dengan asal. Tentu saja hal itu memancing Retno untuk bertanya. “Kenapa kamu, Nduk? Mukanya ditekuk gitu, ketemu sama Giselle?”

“Nggak ada Giselle, Bu, kayaknya masih tidur. Yang ada Mbak Fani mau pergi, katanya mau arisan dan Giselle nggak diajak!”

“Terus kenapa Giselle nggak kamu bawa kesini aja? Daripada di rumah kasian mending di sini sama Ibu,” ucap Retno sembari mengerutkan kening.

“Aku udah keburu kesel sama Mbak Fani tadi, Bu. Jadi nggak ada pikiran mau bawa Giselle main ke sini. Nggak tau ah, susah banget buat akrab dan berbaikan sama dia. Kalau liat dia tuh bawaannya bikin kesel nggak tau kenapa,” jelas Putri.

“Ada-ada aja kamu, Nduk. Ya sudah biarkan, Mbakmu itu juga kan punya keperluan. Selama itu tidak mudarat dan Mas mu mengizinkan ya sudah toh, kenapa kamu yang marah-marah,” kata Retno begitu lembut.

“Masalahnya aku nggak yakin Mbak Fani udah izin sama Mas Bima, Bu! Bentar deh, aku coba pastikan dulu, bener nggak dia dapat kantong izin dari suaminya apa nggak!” Putri buru-buru masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil ponsel.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   12. Pulang dulu, Mas.

    “Put, Mbakmu baru aja kerampokan kok kamu tanya-tanyai gitu sih? Udah biarkan dulu dia tenang. Kamu nggak lihat wajahnya syok gitu?” Retno menengahi karena dia tak ingin ada perdebatan untuk kesekian kali. Apalagi ada Giselle saat ini diantara mereka.Mendengar dibela oleh mertuanya membuat Fani meringis dalam hati. Tak ada salahnya dia merapal mantra-mantra jika mertuanya juga kena. Hanya saja dia bingung kenapa Putri dan Eka tak bisa luluh dengannya? “Bu, aku cuma tanya bukti lho! Dia sendiri kan yang bilang ada laporan ke pihak keamanan. Berarti kan harus ada bukti sesuai faktanya di lapangan. Ish, aku sih nggak percaya ya. Udah lah nggak penting juga, mending kamu bawa aja anakmu. Jangan sampai lalai sama anak, jangan sampai nyeseknya kalau udah tua dan nggak bisa apa-apa!” Putri masih saja sengit. Retno hanya mendelik saja untuk mengingatkan anaknya.“Ya sudah mending sekarang kamu tidur di sini aja. Kamu tenangin diri dulu, kamu istirahat. Kasihan juga Giselle masih tidur,” tit

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 11. Kerampokan ngakunya

    Suara gembok yang dihantamkan ke pagar menimbulkan bunyi yang cukup mengganggu, hingga membuat Putri yang baru saja terpejam akhirnya bangun.“Siapa sih, jam berapa ini? Malam-malam gini emang ada ya, yang niat mau bertamu?” Putri terpaksa membuka kedua matanya yang lengket. Dia menengok ke arah dinding, jarum jam menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh menit.“Ya Allah jam sebelas lewat lho ini! Ganggu orang mau istirahat aja!” Meskipun sambil mengomel, Putri mau beranjak juga.Gadis itu keluar dari kamar. Dia membuka pintu rumah sebelum akhirnya membulatkan mata, karena di depan pagar berdiri Bu Nur sambil menggendong Giselle di pinggangnya.“Astaga, Bu Nur! Kenapa malam-malam ke sini? Itu Giselle kenapa?” tanya Putri dengan wajah panik. Dia melihat Giselle sepertinya terkulai lemas dalam gendongan, hingga membuat Putri jadi khawatir.“Fani sampai jam segini belum pulang, aku bingung mau bawa Giselle kemana kalau nggak ke sini. Soalnya aku harus buru-buru pulang. Nggak papa ya, Gise

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 10. Diancam

    “Nanti kalau butuh apa-apa atau mungkin Giselle rewel tinggal telepon aku aja ya, Bu?” Fani mencium pipi Giselle sebelum akhirnya meninggalkan sang putri seperti biasa.Bu Nur yang memangku seraya menyuapi Giselle hanya menganggukkan kepalanya. Dia sudah mengerti, paham dan hafal. Jadi tak masalah meskipun Fani nanti pulang larut malam, sudah terbiasa.Perempuan dengan rok jeans selutut itu masuk ke dalam mobil, membawa kendaraan roda empatnya membelah jalan raya. Baru juga lima menit Fani pergi, Putri datang bersama dengan Retno.Mereka baru pulang dari pasar besar, berniat mampir untuk mengunjungi Giselle.“Mbak Fani keluar lagi, Bu?” tanya Putri celingukan ke dalam. Pasalnya rumah dua tingkat itu terlihat sangat lengang.“Iya, Put. Ada urusan.” Bu Nur menjawab dengan singkat karena tak mau berurusan panjang.“Oh!” Putri hanya manggut-manggut saja. Dia tak peduli dan tak ingin ikut campur lagi. Sudah kapok.Sementara Retno diam saja. Dia fokus mengajak ngobrol cucu perempuannya yang

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 9. Dimabuk Asmara

    “Bu, jangan lupa besok datang lebih awal lagi ya, seperti biasa!” ujar Fani dengan suara manjanya.Bu Nur hanya mengangguk. “Bisa diatur, asalkan ….” “Aku paham! Tenang, duit kan?” Fani terkekeh.Bu Nur hanya mengangguk.Hampir seminggu ini Fani sering menyuruh asisten rumah tangganya itu untuk datang lebih pagi dan pulang larut malam. Semua itu demi memenuhi keinginannya ber sua dengan pacar-pacarnya.Bu Nur juga tak banyak tanya asalkan dia diberi haknya sesuai dengan perjanjian.“Ibu sama Putri masih ngerecokin nggak? Mereka sering kesini nggak waktu aku pergi, Bu?” tanya Fani. Dia masih membalurkan body serum di seluruh tubuhnya sebelum beranjak tidur.“Masih sering ke sini buat kasih jajan Giselle, kadang anter makanan. Cuma nggak banyak nanya sih,” jawab Bu Nur.“Jadi mereka anteng-anteng aja waktu tau aku sering keluar ya, Bu? Nggak ada masalah kan?” Fani kembali bertanya.“Iya aman, sepertinya begitu. Ya sudah kalau gitu aku pulang, ya? Giselle juga tidur nyenyak. Cuma perlu

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 8. Semakin merasa bebas

    “Aku nggak ngapa-ngapain, Mas! Aku cuma nasehati dia aja tadi karena pulang malam. Dia juga lalai sampai susu Giselle kehabisan dan yang paling parah dia seenaknya nyuruh Bu Nur buat jaga Giselle di luar jam kerja. Mana gajinya Bu Nur juga terlambat dia kasih. Aku kayak gini juga karena aku masih peduli lho, sama dia, Mas!” Putri tak terima dia dituduh menyakiti Fani.Pantas jika sekarang jiwa emosinya meronta-ronta ingin disalurkan. Putri geram karena dia tahu pasti Fani sengaja memfitnahnya di depan sang Kakak.“Gini ya, Dek, menasehati Fani itu sudah menjadi bagian dari tugasku. Jadi kamu nggak usah lagi deh, ikut campur apalagi sampai pakai kata-kata nggak sopan. Minta maaf sama Mbakmu sekarang, kasihan dia sakit hati.” Dengan seenaknya Bima berkata demikian.“Nggak! Aku nggak mau. Aku nggak salah ya, di sini, Mas. Aku juga nggak tau apa aja yang udah diadukan sama Mbak Fani ke kamu. Tapi yang jelas aku nggak pernah ngerasa nggak sopan sama dia, kalau saja dia tau bagaimana carany

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 7. Aduan bohong

    Malam harinya sekitar pukul sembilan, Fani menggedor pintu rumah mertuanya. Tadi saat dia pulang, Giselle dan Nur tak ada di rumah. Jadi feeling-nya berkata bahwa mereka pasti ada di rumah sang mertua. Dia pun mau tak mau harus kesana menyusul Gisel. Fani mengetuk pintu dan mengucapkan salam dengan sedikit kencang, karena terdengar suara siaran tv sampai di halaman. Kalau pelan, tentu tidak akan terdengar.Putri bangkit dan membuka pintu, tanpa aba-aba langsung saja menyemprot kakak iparnya. “Kamu dari mana aja sih, Mbak? Dari sore anakmu nangis terus kehabisan susu. Kamu ditelepon nggak bisa. Tiba-tiba nomornya nggak aktif. Katanya cuma pergi sebentar, tapi jam segini baru pulang. Lupa kamu sama anak?” “Put, apaan sih? Kok jadi marah-marah gini ke aku. Aku kan titip Giselle sama Bu Nur tadi, kenapa dia bisa ada di sini? Lagian juga aku kasih duit lebih buat upah Bu Nur momong Giselle! Udah ah, aku nggak mau debat. Mana Giselle?” tanya Fani dengan wajah angkuhnya.“Bisa-bisanya kamu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status