Share

BAB 6

"Ayo keluar!"

Elena menoleh kala mendengar suara serak tersebut, keningnya berkerut kala melihat pria tinggi nan tampan.

Astra langsung masuk ke dalam ruangan, mendekati Elena.

"Kamu pria waktu itu?" Astra mengangguk membuat Elena melihat ke belakang, berharap melihat Duke.

Astra yang memiliki pendengaran yang tajam, bisa mendengarkan langkah kaki yang mendekat.

"Ayo ikut denganku jika kamu ingin keluar dari sini," ajak Astra dengan singkat yang mana hal itu langsung diangguki oleh Elena.

Elena langsung beranjak dari kursi, berjalan di belakang Astra.

Keduanya lewat belakang, sebelum tepergok Talamus.

Di tempat lain ada Talamus dan Duke yang tengah berjalan menuju ruangan Elena.

"Kamu pasti merasa sangat senang bukan karena bisa bebas dari ruangan terkutuk yang telah mengurungmu selama 5 tahun ini? Bukankah kamu seharusnya berterima kasih padaku? Berkat aku kamu bisa keluar dan bebas untuk menghirup udara segar," tanya Talamus dengan nada yang mengejek membuat Duke yang berjalan di belakangnya hanya tersenyum samar.

"Berada di dalam ruangan yang gelap dan dikucilkan nyatanya tidak begitu menyedihkan, selain aman dari orang-orang manipulatif, rasanya sangat tenang karena terhindar dari rumor yang anda sebarkan," jawab Duke dengan santai tanpa merasa terpancing emosinya.

Duke kembali menambahkan, "Rasanya sangat istimewa ketika kita disembunyikan dengan aman karena kekuatan yang kita miliki. Seperti kita ditakuti oleh banyak orang."

Talamus yang mendengar hal itu, merasa kesal.

Duke yang melihat Talamus hanya diam mati kutu kini menyunggingkan senyum tipis.

Saat mereka berdua sampai di depan ruangan tempat Elena di kurung, Duke dengan sengaja melontarkan pertanyaan, "Kenapa kita kemari?"

Talamus melihat Duke dengan ekspresi datar dan dingin.

"Tidak semua hal bisa kamu tanyakan," jawab Talamus sekilas sebelum ia masuk ke dalam ruangan.

Duke yang mendengar hal itu di mana ia bisa melihat rasa marah Talamus, merasa puas saat ini.

Terlebih ia sudah memerintahkan Astra mengeluarkan Elena dari sana membuat Duke semakin puas.

Ya, Astra merasa setuju setelah Duke menjelaskan semuanya secara detail kenapa ia memilih untuk membantu Elena.

"GUARD!" teriak Talamus membuat Duke tersenyum dan bergegas masuk ke dalam ruangan.

"Ada apa?" tanya Duke dengan segala drama yang ia lakukan.

Talamus terlihat sangat marah dan terkejut kala tidak mendapati Elena di dalam ruangannya.

"Putriku menghilang," jawab Talamus singkat sebelum berlari keluar.

Duke tersenyum tipis dan bergegas mengikuti Talamus.

Beberapa guard seketika langsung datang menghampiri Talamus.

"Di mana putriku?" tanya Talamus dengan dingin membuat semua guard saling menatap satu sama lain.

Melihat para guard saling menatap satu sama lain membuat Talamus sontak murka.

Wush

Semua guard terpental ke belakang kala Talamus mengayunkan tangannya.

Duke sedikit terhentak kala Talamus mempunyai kekuatan angin hembus.

Dengan tatapan yang terkejut Duke melihat Talamus dari samping dengan rasa tak percaya.

"Bagaimana bisa ia memiliki kekuatan itu?" batin Duke dalam hati.

"Cepat temukan putriku!" teriak Talamus keras membuat semua guard langsung bangun dan berpencar untuk menemukan Elena.

Talamus beralih melihat Duke yang masih tertegun menatapnya.

"Tolong temukan putriku, selagi aku mengulur waktu Vederic," perintah Talamus pada Duke.

Duke hanya mengangguk membuat Talamus merogoh sesuatu dari dalam balik jubahnya.

Benang emas.

"Bawa ini selagi kamu mencarinya. Benang ini akan menuntunmu untuk menemukannya," dengan sedikit ragu Duke menerima benang emas tersebut.

Talamus segera pergi untuk menemui Vederic sebelum mereka mencurigai hilangnya Elena.

Duke meremas kuat benang tersebut dan lenyap dengan mudah.

"Ia benar-benar tidak memiliki rasa kemanusiaan," gumam Duke yang mana ia segera pergi dari Kerajaan Sylvamoon untuk melihat Elena.

•••

Kerajaan Lykantor

Ada Elena yang kini dikelilingi oleh Astra dan beberapa pria lainnya.

"Dia sungguh seorang wanita?" tanya paman Hoba kala melihat Elena untuk kali pertamanya.

"Apa dia terlihat seperti unta di mata paman?" tanya balik Matteo membuat paman Hoba sontak melihat Matteo dengan datar.

"Matteo tahu dia cantik, tapi bukankah paman harus sadar berapa usia paman sekarang?" goda Galen membuat paman Hoba menghembuskan napas besar.

"Apa memandangi perempuan cantik ada batasan usianya?" dengan kompak Matteo dan Galen menganggukkan kepalanya membuat Elena menahan senyumnya.

Astra yang melihat perdebatan mereka hanya bisa memutar bola matanya dengan malas.

"Lalu di mana Duke sekarang?" tanya paman Hoba kala ia belum melihat keponakan kesayangannya.

"Tunggu sebentar. Dia akan datang sebentar lagi," jawab Astra dengan penuh keyakinan.

Paman Hoba terlihat mengangguk dengan percaya.

"Lalu bagaimana dengan sekarang? Apa kita akan menyembunyikan dia sampai besok?" tanya paman Hoba pada Astra.

"Tidak. Kalau perlu selamanya," jawab Galen membuat Matteo mengangguk setuju.

"Kita tunggu keputusan Alpha," jawab Astra dengan bijak.

Elena melihat mereka dengan rasa yang sedikit sungkan dan sedikit merasa tak enak hati karena membebani mereka semua.

"Biarkan dia di sini sampai semuanya aman," sontak semua kepala langsung menoleh kala suara Alpha memenuhi ruang tengah.

Elena melihat Duke dengan lama dan ada rasa begitu bungah, karena Duke dia bisa kabur dari pernikahan dan bebas dari ruangan gelap tersebut.

"Bagaimana jika Talamus menemukannya di sini?" tanya Astra yang terlihat begitu menentang akan keberadaan Elena di Kerajaan Lykantor.

Duke menghirup napas dalam dan ikut duduk melingkar bersama mereka.

"Aku bisa mengaturnya," jawab Duke dengan yakin dan penuh percaya diri membuat paman Hoba menyipitkan tatapannya.

Elena melihat Duke dari samping, merasa berhutang budi padanya.

"Lalu bagaimana dengan ayahmu? Kamu bisa mengaturnya?" tanya paman Hoba membuat semua mata melihatnya.

Duke tersenyum manis, diikuti Matteo dan Galen.

"Jangan tersenyum seperti itu. Senyuman kalian membuat bulu paman berdiri," ujar Paman Hoba yang langsung mengalihkan tatapannya kala mengerti maksud senyuman mereka bertiga.

"Bukankah paman sangat menyayangi Duke? Hanya paman yang bisa meluluhkan hati ayah," rayu Duke membuat paman Hoba tersenyum masam, berdecih pelan.

"Kini kamu memuji paman saat kamu menginginkan sesuatu? Ingin rasanya paman merebus kalian bertiga di dalam kuali," gumam paman Hoba dengan geram.

Paman Hoba mengangkat kepalanya, melihat Astra yang hanya diam dan berdiri tanpa ekspresi.

"Sejak tadi kamu tidak memperlihatkan senyum sedikitpun. Apa mulutmu terluka? Berbicaralah satu kata," goda paman Hoba yang mana ia tahu sikap dingin Astra pada orang asing.

Elena melihat Astra, dari awal Elena juga bisa merasakan bagaimana respon Astra padanya.

"Aku pergi," ujar Astra dingin dan melenggang keluar dari ruang tengah.

"Astaga anak itu, apa aku harus mengajarinya berbicara? Ia sangat dingin sekali," gumam paman Hoba sembari melirik Elena sekilas.

"Bagaimana jika aku pergi saja dari sini? Aku bisa bersembunyi di tempat lain," usul Elena yang tak ingin memecah mereka.

"Tidak, tetaplah di sini. Aku akan merasa tenang saat bisa mengawasimu," tegas Duke membuat paman Hoba dan sikembar menatap Duke dengan tak percaya.

Duke menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa?" tanya Duke dengan sengit kala tahu ekspresi mereka yang begitu menjengkelkan seakan tengah meledeknya.

"Aku merasa perutku seperti keluar kupu- kupu," goda Matteo membuat mereka tergelak kecuali Elena yang kini malah tersipu malu sembari melirik Duke.

Duke berdecak dan memilih untuk pergi dari sana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status