•••
Duke dan Elena kini sedang berjalan- jalan di sekitar taman."Bagaimana dengan kondisi kerajaan?" tanya Elena ingin tahu.Duke melihat bunga yang semi dengan ayunan kepalanya, "Ayahmu terlihat cemas dan panik."Elena kini merasa sedikit bersalah, namun ia sendiri juga tidak bisa menerima pernikahan tersebut.Duke yang bisa memahami pikiran Elena sontak melontarkan sesuatu, "Jangan merasa bersalah, tidak semua orang tua bisa memaksakan kehendaknya."Elena melihat Duke dari samping, "Menurutmu tindakanku tidak salah?" tanya Elena yang diangguki oleh Duke."Bukankah kamu bisa menolaknya? Tidak semua perintah orang tua bisa kita lakukan," beritahunya pada Elena.Elena berhenti berjalan, berpikir sejenak akan komentar Duke barusan, "Benar juga, aku bisa menolak jika tidak menyukainya."Duke manggut- manggut setuju akan ucapan Elena barusan."Apa kamu akan ke kerajaan sekarang?" tanya Elena saat melihat Duke yang hendak pergi."Duke mengangguk, melihat Elena,"Tenang saja, mereka tidak akan menemukanmu, kau akan aman di sini."Elena mengangguk dengan senyuman tipis, "Terima kasih, tapi ayah tidak hanya memiliki satu helai benang emas itu, melainkan 7 helai."Duke sedikit terkesima dengan ucapan Elena barusan, "7 helai? Wah apa dia berniat untuk membunuhmu? Bagaimana bisa ia melakukan itu pada putrinya?" gumam Duke yang tak percaya dengan sikap Talamus.Elena tersenyum tipis kala mendengar gumaman Duke, "Setidaknya kamu sudah menghancurkan salah satunya, itu sangat membantuku sekali, karena sinyal yang akan diberikan akan berkurang jika salah satunya hancur," jelas Elena membuat Duke melihat iba Elena.Duke melihat pergelangan tangan Elena, "Tenang saja, aku akan menghancurkan yang lainnya."Elena mendongak melihat Duke dengan sedikit cemas, "Tolong berhati- hati dengan ayah, dia sangat kejam tanpa pandang bulu terhadap mereka yang ikut campur dengan urusannya."Duke yang mendengar hal itu sedikit tak percaya juga ingin tertawa.Elena yang melihat ekspresi Duke tampak menahan tawa sontak bertanya, "Kenapa?Apa ada yang lucu?" tanya Elena dengan sedikit geram."Baru kali ini ada seseorang yang mencemaskanku. Apa kamu sedang meremehkanku?" gurau Duke menutupi rasa senangnya saat ini.Elena berdecak kala mendengar ucapan Duke, "Aku benar- benar cemas denganmu, aku takut sesuatu terjadi denganmu, aku akan merasa sedih jika kamu terluka karena ayahku."Duke diam, menatap lekat Elena yang terlihat dengan tulus mencemaskan dirinya.Elena yang melihat tatapan sendu Duke sontak bertanya dengan pelan dan hati- hati, "Kenapa? Apa ucapanku menyakitimu?" Duke menggelengkan kepalanya dengan senyuman yang tipis."5 tahun terakhir aku dikurung di ruangan yang gelap dan lembab, jauh dari kerumunan orang- orang, bahkan ayahku sendiri takut denganku, dan ini kali pertamanya ada seseorang yang mencemaskanku," jawab Duke jujur di mana hatinya berdebar saat ini."Kamu juga dikurung sepertiku? Kenapa?" tanya Elena ingin tahu kala ada seseorang yang juga dikurung seperti dirinya."Semua orang mempercayai akan kutukan pada kekuatan yang kumiliki, Moon Goddes juga menjelaskan jika kekuatanku bisa membahayakan orang- orang di sekitarku, karena itu semua orang takut dan menghindar saat melihatku," jelas Duke dengan suara yang terdengar kecewa dengan sikap mereka semua yang mempercayai ramalan gila tersebut."Tak hanya itu, bahkan semenjak rumor kutukan itu beredar, semua raja di hutan melarang putri mereka untuk menikah atau berdekatan denganku, bahkan Moon Goddes juga melarang agar aku tidak mencari mateku, karena itu akan membahayakan mereka saat di dekatku," tambahnya yang terdengar pilu.Elena yang mendengar hal itu merasa iba dengan Duke.Duke terkesima bukan main saat Elena memeluknya secara tiba- tiba."Jangan dengarkan ramalan konyol itu, kamu masih punya paman dan teman- temanmu, dan aku juga akan berteman denganmu," ujar Elena sembari menepuk pelan punggung kekar Duke.Duke langsung mendorong Elena dengan sedikit gelagapan juga salah tingkah."Yaa, kenapa kamu memelukku?" pekik Duke yang tiba- tiba marah."Aku hanya berniat untuk menghiburmu, aku tidak memiliki niatan untuk melecehkanmu," gurau Elena di akhir kalimatnya membuat Duke melihat Elena tak percaya."Menghibur? Dengan memelukku? Wah bagaimana bisa ada wanita seberani dirimu," gumam Duke tak percaya.Elena mengernyitkan keningnya heran dengan sikap Duke barusan, "Memangnya kenapa? Bukankah kamu belum menikah? Apa itu melanggar hukum?" tanya Elena geram kala sikap Duke tampak berlebihan.Duke melihat Elena dengan senyuman yang benar- benar tak percaya, "Bukan melanggar hukum tapi kamu tidak bisa melakukannya pada pria."Elena menyipitkan matanya, merasa tak setuju dengan pernyataan Duke barusan,"Sejauh ini tidak masalah saat aku memeluk siapapun, ada apa denganmu ini," gumam Elena heran.Duke membuka mulutnya tak percaya kala mendengar pengakuan Elena barusan, "Jadi selama ini kamu selalu memeluk mereka para pria? Dengan alasan menghibur? Wah kau sungguh teman yang sangat baik sekali," puji Duke membuat Elena menyipitkan tatapannya."Ada apa denganmu ini, kau sungguh berlebihan sekali perihal memeluk tadi, aku jadi menyesal melakukannya," gumam Elena melenggang pergi meninggalkan Duke sendiri di taman."Menyesal karena memelukku? Ahh dia salah paham dengan ucapanku, padahal aku hanya mengatakan untuk tidak memeluk sembarang pria, kenapa ia merajuk begitu saja," gumam Duke yang heran dengan sikap Elena.Duke diam, kembali mengingat bagaimana Elena yang begitu gamblangnya memeluk dirinya disaat semua orang menjauh dan ketakutan saat di dekatnya.Perlahan Duke tersenyum tipis melihat kanan kirinya dengan sedikit salah tingkah.Siapa yang tahu jika perdebatan mereka berdua terpantau oleh Astra yang sejak tadi diam dan duduk di bangku taman yang tak jauh dari tempat Duke berdiri."Jika aku menjadi Duke, aku tak akan mendorong Elena seperti tadi," gumam Matteo mengomentari.Galen mengangguk setuju, "Aku akan memeluknya seerat mungkin, atau bahkan tidak akan melepasnya."Paman Hoba yang mendengar hal itu terlihat menghela napas di mana tatapannya masih tertuju pada Duke, "Apa hati esnya sudah tercairkan? Senyumnya sudah mulai mengembang seperti adonan kueku."Astra yang mendengar semua itu hanya bisa menghembuskan napas pasrah.Ia bangkit dari kursinya, berbalik melihat mereka bertiga yang sudah berdiri di belakangnya sejak tadi."Kamu sudah lama di sini?" tanya paman Hoba pada Astra."Apa paman tidak sedang membuat kue?" tanya Astra yang tahu akan rutinitas paman Hoba.Paman Hoba yang ditanya Astra kini merasa terintimidasi dan mendadak gugup, "Sepertinya tepungnya sudah mengembang, paman akan melihatnya."Paman Hoba langsung kembali ke dapur sebelum terkena intimidasi dari Astra.Kini tatapan Astra beralih pada sikembar."Kalian akan di sini?" tanya Astra dengan kedua tangan yang bersedekap di depan dada.Matteo dan Galen yang baru menyadari sesuatu sontak langsung pergi dari taman, "Sebelum rotinya jadi, kita harus segera pergi."Astra yang mendengar hal itu sontak bergegas pergi dari taman sebelum menjadi tumbal masakan paman Hoba.Dan benar saja, tak lama dari itu paman Hoba kembali ke taman dengan secuil tepung."Kemana mereka pergi? Aku ingin mereka mencicipi tepungnya," gumamnya lirih sembari menelisik setiap penjuru taman.Kerajaan VedericTerdapat Levator yang tampak diam di kamarnya.Ia terlihat marah kala sudah beberapa hari ini, tidak ada kabar apapun dari Talamus."Apa yang sedang ia perbuat? Tidakkah dia tahu jika aku menunggu."Levator langsung beranjak dari ranjangnya, pergi untuk menemui ayahnya.Levator tidak bisa menemukan ayahnya di ruang singgasana.Kemana ayahnya?Levator langsung mencarinya ke tempat lain.Terlihat Federic tengah berbicara dengan penasehat kerajaan."Ayah."Federic menoleh sekilas, segera mengakhiri obrolannya dengan penasehat kerajaan."Apa yang sedang ayah bicarakan?" tanya Levator terus terang.Federic hanya diam, duduk di kursi dekat taman sembari menikmati teh hijaunya."Kamu belum mendengar soal Talamus?" Levator menggelengkan kepalanya, "Memangnya apa yang terjadi dengan Talamus?" tanya Levator karena penasaran.Federic menghela napas pelan, "Dia mendapatkan kembali wilayah timurnya."Levator terlihat sangat terkejut, "Sungguh?" Federic mengangguk membuat Levator m
Elena tampak duduk termenung di bangku taman.Ia memikirkan apa yang terjadi dengan Duke barusan.Elena terus kepikiran tentang apa yang sebenarnya terjadi.Ia begitu mencemaskan Duke sekarang.Elena tak sengaja melihat Astra berjalan menuju dapur membuatnya dengan cepat langsung bangkit dari kursi dan mengejarnya. "Astra!"Astra menoleh, dengan raut wajah yang kesal terpaksa berhenti sejenak. "Kamu mau kemana?"Elena bertanya dengan pelan dan hati- hati. "Kenapa?" tanya balik Astra dengan dingin. Elena meremas gaunnya dengan sedikit cemas. "Bagaimana dengan keadaan Duke? Apa dia terluka parah?" Astra menghembuskan napas gusarnya, "Kenapa bertanya padaku? Tanya sendiri pada ayahmu."Elena menatap takut Astra, "Apa ayah yang melakukan semua itu?" Astra berdecak pelan. "Sebaiknya kembalilah ke kerajaanmu. Bukankah pernikahanmu sudah dibatalkan? Tolong jangan bebani alpha kami dengan keberadaanmu di sini. Ia melakukan segalanya untukmu."Elena yang mendengar hal itu sedikit merasak
Beberapa hari kemudianAda Elena yang sedang membantu paman Hoba di dapur.Ia terlihat begitu senang dan antusias dalam membantu memasak.Padahal ia tidak seharusnya melakukan hal itu bukan?Tapi mengingat ia begitu senang melakukan hal- hal kecil membuat paman Hoba mengajari Elena untuk memasak.Dari arah luar ada Astra dan sikembar yang hendak menemui paman Hoba.Mereka bertiga berhenti di ambang pintu kala melihat paman Hoba sedang melakukan pelatihan pada Elena."Paman Hoba sedang melakukan pendidikan pada Elena?"Matteo terlihat seperti cemas dan takut saat ini."Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya nanti."Galen mengusap tengkuk belakangnya dengan sedikit merinding kala membayangkan masakan paman Hoba yang selalu asin, pahit atau terkadang hambar.Astra menelan ludahnya kembali, "Apa kita batalkan saja untuk menemui paman Hoba?" tanyanya pada mereka berdua.Matteo melihat ke samping, "Semua orang tahu jika kau tidak pernah takut dengan hal apapun, siapa yang tahu jika k
Kerajaan NocturniaAda Manos yang sedang duduk di kursi singgasananya. Ia terlihat diam merenung. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Rasa- rasanya dia seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ayah!" Manos menoleh dan terlihat putranya berjalan menghampirinya. Dia adalah Octavian. "Ada apa?"Manos membenarkan bajunya sekilas. "Apa yang ayah pikirkan?"Octavian duduk di kursi yang lebih rendah dari Manos. Manos menghembuskan napas panjang. "Kamu sudah dengar berita?" tanya Manos membuat Octavian mengernyitkan keningnya. "Berita apa?" tanya Octavian yang ternyata belum tahu apa- apa. "Duke sudah dikeluarkan. Dia dijadikan penjaga keamanan kehutanan oleh Talamus."Octavian terlihat begitu terkejut sekali mendengar berita tentang sepupunya. "Ayah serius?" tanya Octavian tak percaya, "Bagaimana mungkin paman mengeluarkan Duke? Bukankah itu akan membawa masalah buat kita semua? Apa yang dipikirkan oleh paman Hagen hingga mengeluarkan Duke."Manos kembali menghela napas, "Tapi ada ben
Kerajaan Slyvamoon"Jadi kita batalkan pernikahan ini?" tanya Federic dengan nada dingin dan picingan mata yang begitu sinis. "Jangan marah dulu. Para guard sedang mencari putriku!"Levator memalingkan muka menunjukkan rasa jengkel dan kecewa. "Ayo kita pulang saja, tidak ada gunanya di sini."Levator langsung beranjak dari kursi, bersamaan dengan Duke yang baru saja masuk ke dalam ruang singgasana. "Bagaimana Duke, kamu menemukan putriku?" Duke menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa menemukannya."Talamus yang mendengar hal itu terlihat begitu marah, ia langsung berdiri, menatap sengit Duke, "Bagaimana bisa, bukankah aku telah memberimu benang emas?" tekan Talamus dengan emosi. Mora dan Selena menatap Duke dengan penuh harap. Duke menelisik mereka satu persatu dengan napas yang sedikit tersengal. "Itu kenyataannya. Saya tidak bisa menemukannya."Talamus membuang napas besar, menarik rambutnya frustasi. Mendengar hal itu, Federic langsung bangkit dari kursinya, "Sepertinya d
•••Duke dan Elena kini sedang berjalan- jalan di sekitar taman. "Bagaimana dengan kondisi kerajaan?" tanya Elena ingin tahu.Duke melihat bunga yang semi dengan ayunan kepalanya, "Ayahmu terlihat cemas dan panik."Elena kini merasa sedikit bersalah, namun ia sendiri juga tidak bisa menerima pernikahan tersebut.Duke yang bisa memahami pikiran Elena sontak melontarkan sesuatu, "Jangan merasa bersalah, tidak semua orang tua bisa memaksakan kehendaknya."Elena melihat Duke dari samping, "Menurutmu tindakanku tidak salah?" tanya Elena yang diangguki oleh Duke."Bukankah kamu bisa menolaknya? Tidak semua perintah orang tua bisa kita lakukan," beritahunya pada Elena.Elena berhenti berjalan, berpikir sejenak akan komentar Duke barusan, "Benar juga, aku bisa menolak jika tidak menyukainya."Duke manggut- manggut setuju akan ucapan Elena barusan."Apa kamu akan ke kerajaan sekarang?" tanya Elena saat melihat Duke yang hendak pergi."Duke mengangguk, melihat Elena,"Tenang saja, mereka tidak a