"Apa yang terjadi padamu?" Sean menatap Krystal yang saat ini terbaring di ranjang dengan wajah pucat. Ia tadi bertanya pada Sylvia apakah Krystal sudah kembali, dan Sylvia kemudian memberitahu tentang kondisi Krystal. Itulah sebabnya ia bisa berada di kamar Krystal sekarang.
"Saya sedang tidak enak badan." Krystal menjawab seadanya.
"Apakah kau sudah pergi ke dokter?"
"Belum. Saya hanya minum obat."
Sean tidak bisa melihat Krystal seperti ini, meski ia dan Krystal hanyalah dua orang asing yang dipertemukan karena sebuah ketidaksengajaan, tapi Krystal adalah ibu dari anak-anaknya, bagaimana mungkin ia hanya diam saja.
"Aku akan menghubungi dokter." Sean tidak meminta persetujuan dari Krystal, ia hanya memberitahu wanita itu. Berikutnya ia segera mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi temannya yang bekerja sebagai dokter.
Setelahnya ia memutuskan panggilan itu dan menyimpan kembali ponselnya.
"Dokter akan datang sebentar lagi."
"Saya sebenarnya tidak membutuhkan dokter, setelah minum obat dan istirahat saya akan membaik," seru Krystal.
"Dengan diperiksa oleh dokter kau bisa mendapatkan pengobatan yang lebih tepat. Anak-anak membutuhkanmu."
Krystal tidak mengatakan apapun, tapi tatapannya masih tertuju pada Sean. Pria ini sepertinya sangat memikirkan anak-anak mereka.
"Istirahatlah dulu, aku akan melihat anak-anak." Sean berkata lagi.
Krystal hanya mengangguk singkat lalu setelahnya Sean keluar dari sana.
Sean pergi ke kamar anak-anaknya yang terhubung dengan kamar Krystal. Saat melihat anak-anaknya sedang terlelap, Sean tidak menganggu mereka. Ia keluar dari sana, sembari menunggu dokter datang ia memeriksa email masuk di ponselnya.
Beberapa saat kemudian dokter datang.
"Siapa yang sakit?" tanya Nolan pada Sean.
Sean membimbing Nolan ke kamar Krystal. "Krystal Aslyne."
"Krystal Aslyne?" Nolan tidak mungkin tidak tahu nama ini. Ia berada di lingkaran pertemanan yang sama dengan Sean, jadi tentu saja ia sering mendengar nama ini disebutkan.
Namun, tidak satu kali pun ia mendengar Sean membicarakan tentang Krystal atau tertarik dengan topik mengenai wanita itu. Lalu, bagaimana bisa Sean dan Krystal terhubung?
Sean mengetuk pintu lalu kemudian membukakan pintu. Ia melangkah masuk diikuti oleh Nolan.
Nolan melihat ke arah Krystal, itu benar-benar Krystal yang sering disebut oleh teman-temannya. Tatapan pria itu beralih pada Sean.
"Apakah kau akan terus melihatku?" Sean menyadarkan Nolan.
Nolan tersadar dan segera meminta maaf. "Maafkan aku." Kemudian pria itu segera memeriksa Krystal dan menanyakan tentang beberapa hal yang dirasakan oleh Krystal.
"Saya sangat sibuk hari ini sehingga melupakan jadwal memompa ASI. Saya rasa saya demam karena hal itu."
"Memompa ASI?" Nolan mengulang kata-kata itu dengan heran. Seingatnya Krystal masih lajang dan belum memiliki anak.
"Ya, benar."
Nolan masih bingung, tapi ia menahan dirinya, ia mulai memeriksa Krystal. Lalu kemudian meresepkan obat untuk Krystal. Setelah pekerjaannya selesai, ia meninggalkan kamar Krystal bersama dengan Sean.
"Sean, aku benar-benar penasaran. Apa hubunganmu dengan Krystal?" Nolan menatap Sean menyelidik.
"Aku dan Krystal tidak memiliki hubungan apapun." Sean tidak berbohong. Ia dan Krystal tidak berteman, tidak juga berpacaran dan bukan juga suami istri.
"Lalu bagaimana kau bisa ada di tempat tinggalnya?"
"Aku tinggal di unit yang bersebarangan dengan tempat ini. Kebetulan aku mengetahui dari pelayan Krystal bahwa dia sakit. Krystal adalah sahabat dari adik iparku, jadi aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja."
"Kau tinggal di depan?"
"Ya."
"Sejak kapan?"
"Baru-baru ini."
"Kenapa?"
"Aku hanya ingin mencari suasana baru," jawab Sean. "Ada lagi yang ingin kau tanyakan?"
"Apakah Krystal sudah menikah?"
"Aku tidak ikut campur dalam kehidupan pribadi Krystal. Jika kau penasaran kau bisa bertanya padanya."
"Lupakan saja." Nolan mana mungkin bertanya pada Krystal. Ia akan terlihat seperti pria usil.
"Jangan membicarakan tentang hari ini pada siapapun."
"Aku mengerti," balas Nolan.
"Terima kasih untuk hari ini."
"Tidak perlu sungkan, Sean. Kita adalah teman."
Sean mengantar Nolan sampai ke depan pintu.
"Kalau begitu aku permisi."
"Ya, hati-hati di jalan."
Setelah Nolan pergi, Sean masuk kembali. Ia tidak bisa memberitahu Nolan tentang kebenarannya karena saat ini ia juga belum memberitahu orangtuanya. Ia berpikir akan sangat tidak adil jika ia lebih dahulu memberitahu orang lain daripada orangtuanya mengenai ia dan Krystal yang memiliki anak bersama.
Sean kembali ke kamar Krystal.
"Apakah dokter itu sudah pergi?" tanya Krystal.
"Ya," jawab Sean. "Istirahatlah, asisten pribadiku sedang menebus obat."
"Terima kasih. Maaf telah merepotkan Anda."
"Tidak perlu berterima kasih, Krystal. Kau adalah ibu dari anak-anakku, kau tidak merepotkanku sama sekali."
Krystal diam. Siapa yang mengira bahwa pria dingin seperti Sean bisa bersikap perhatian seperti ini terhadap orang lain.
"Aku akan keluar, jika kau membutuhkan sesuatu panggil saja aku. Malam ini aku akan menginap di sini."
"Menginap di sini?"
"Ya, aku akan menjaga anak-anak. Kau sedang tidak enak badan."
"Tidak perlu, ada bibi Sylvia dan pelayan lain yang akan menjaga mereka."
"Aku ayah mereka, bukankah lebih baik aku yang menjaga mereka?" balas Sean. "Atau apakah kau tidak percaya padaku?"
"Bukan seperti itu, Tuan Sean." Krystal percaya bahwa Sean mampu menjaga anak-anak mereka, hanya saja ia tidak ingin merepotkan Sean. "Anda harus bekerja besok pagi. Anda mungkin akan kurang istirahat jika menjaga anak-anak."
"Itu bukan masalah," balas Sean.
Krystal tidak bisa mengatakan apapun lagi jika Sean bersikeras seperti ini.
"Istirahatlah, jangan mengkhawatirkan tentang anak-anak."
"Saya mengerti."
Sean akhirnya keluar dari kamar Krystal, tapi ia juga tidak pergi ke kamar anaknya. Sebentar lagi ia memiliki konferensi video internasional, jadi ia harus pergi ke ruangan lain agar tidak mengganggu anak-anaknya yang sedang tidur.
Asisten pribadi Sean datang dan menyerahkan obat pada Sylvia. Pria itu kemudian menemui Sean untuk menemani Sean melakukan panggilan internasional.
Waktu berlalu, Sean sudah membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian santai. Pria itu kini berada di kamar anak-anaknya.
Ia memutuskan untuk beristirahat, tapi itu tidak berlangsung lama karena suara tangis bayi terdengar. Sean segera membuka matanya, ia mendekati ke box bayi dan ternyata yang menangis adalah Brian.
Sean mengangkat Brian dengan hati-hati. Ia memeriksa popok Brian, ternyata putra kecilnya buang air besar. Sean segera mengganti popok Brian, tapi Brian masih menangis.
"Lapar, hm?" Sean menatap wajah kecil putranya. Saat Sean hendak menghangatkan susu untuk Brian, Sylvia datang. Wanita itu berjaga di luar, saat ia mendengar tangis Brian, ia sudah hapal apa yang harus ia lakukan.
"Tuan, ini adalah susu untuk Tuan kecil."
"Terima kasih, Bibi."
Sean segera memberikan susu pada Brian, setelah menghabiskan satu botol, Brian kembali terlelap.
Sean kembali istirahat, tapi berikutnya Brianna yang terjaga. Sean melakukan hal yang sama terhadap putrinya. Lalu setelah itu barulah ia tidur.
Setelah lebih dari dua jam, Sean bangun lagi. Mengulangi hal yang sama.
Di sebelah Krystal terbangun. Ia sudah merasa lebih baik setelah minum obat dan tidur selama beberapa jam. Wanita itu pergi ke pintu penghubung yang menghubungkan kamarnya dengan kamar anak-anaknya.
Saat pintu terbuka, ia melihat Sean sedang menggendong Brianna. Pria itu tampak sedang berusaha untuk menidurkan kembali bayi mungil mereka.
Krystal mundur, dan menutup kembali pintu. Ia melangkah menuju ke ranjangnya dan duduk di sana. Krystal tercenung, wanita itu memikirkan kembali tentang ajakan Sean untuk menikah.
Kau tidak bisa mengedepankan egomu dan mengabaikan hak yang seharusnya didapatkan oleh anak-anak kita.
Kata-kata yang pernah diucapkan oleh Sean padanya terlintas di benaknya.
Haruskah ia menikah dengan Sean agar anak-anaknya mendapatkan hak-hak mereka? Krystal memiliki ketakutannya sendiri tentang pernikahan, tapi sekarang ia mulai ragu. Ia harus mementingkan anak-anaknya daripada dirinya sendiri.
Jika ia menikah dengan Sean, anak-anaknya akan mendapatkan status yang resmi, mereka juga akan mendapatkan kasih sayang yang utuh dari orangtua yang lengkap.
Katakanlah suatu hari nanti ia dan Sean tidak memiliki kecocokan, mereka mungkin akan bercerai, tapi anak-anak mereka tidak akan memiliki status sebagai anak di luar nikah, mereka hanya akan menjadi anak dari orangtua yang telah bercerai.
Krystal menghela napas, ia harus memikirkan tentang hal ini dengan baik. Sejujurnya ia sudah tahu bahwa dengan menikahi Sean, masa depan anak-anaknya lebih terjamin. Bahkan tanpa ia harus bekerja keras, anak-anak mereka akan memiliki masa depan yang cerah.
Hanya saja, ia harus lebih meyakinkan dirinya agar nanti keputusan yang ia ambil tidak akan menjadi sesuatu yang ia sesali.
**
"Bagaimana kondisimu?" tanya Sean pada Krystal.
"Saya sudah jauh lebih baik."
"Itu bagus. Aku pikir sebaiknya kau tidak pergi bekerja terlebih dahulu hari ini."
"Saya memang memutuskan untuk tidak bekerja hari ini."
"Kalau begitu tidak ada masalah. Aku akan berangkat bekerja."
"Terima kasih karena telah menjaga anak-anak."
"Aku ayah mereka, menjaga mereka juga menjadi tugasku."
Krystal diam, apa yang dikatakan oleh Sean memang benar. Ya, sebagai seorang ayah, Sean memang cukup bertanggung jawab.
"Hubungi aku jika sesuatu terjadi." Sean menyerahkan kartu namanya pada Krystal. "Aku pergi sekarang."
"Ya, hati-hati di jalan."
Sean hanya menganggukan kepalanya, setelahnya ia meninggalkan penthouse Krystal.
tbc
Usia pernikahan Sean dan Krystal kini sudah satu tahun. Acara perayaan ulang tahun pernikahan mereka telah dimulai. Para tamu undangan telah mengisi tempat yang disediakan untuk mereka.Krystal sebenarnya ingin memundurkan acara ini karena Sean yang baru mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu, tapi Sean menolak dengan mengatakan bahwa kondisinya sudah jauh lebih baik. Jadi pada akhirnya pesta ulang tahun pernikahan itu tetap berjalan sesuai rencana awal.Tim medis disiapkan jika terjadi hal yang tidak diinginkan pada Sean.Sekarang Sean dan Krystal berada di depan keramaian. Sean mengenakan setelan berwarna hitam sementara Krystal mengenakan gaun putih yang bertabur permata.Sean dan Krystal tampak seperti sepasang pengantin, tapi bersama mereka ada si kembar yang saat ini usianya sudah lebih dari setahun. Mereka berempat tampak begitu sempurna, pasangan yang saling mencintai dan anak-anak yang ceria dan menggemaskan.Acara itu berjalan dengan sangat baik, Sean dan Krystal sekarang
Malam ini Sean kembali lebih terlambat dari biasanya, ia sudah memberitahu Krystal tentang hal ini karena ia memiliki pertemuan penting.Pukul sebelas malam Sean selesai, mobilnya sekarang sedang melaju menuju ke rumahnya. Sean mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, pria itu segera menghubungi Krystal. "Belum tidur?""Belum, apakah pekerjaanmu sudah selesai?""Ya, aku sedang dalam perjalanan pulang sekarang.""Baiklah, hati-hati di jalan."Belum sempat Sean menjawab, suara benturan keras terdengar. Mobil Sean ditabrak dari belakang oleh sebuah truk yang tampak kehilangan kendali. Mobil Sean bergerak ke samping dan menabrak pembatas jalan dengan keras. Kepala Sean terbentur cukup keras, ia kehilangan kesadaran setelahnya. Krystal mendengar suara benturan itu. Ia memanggil Sean beberapa kali, tapi Sean tidak menjawabnya. Kepanikan mulai melanda Krystal, perasaannya tidak enak sekarang.Jacob ada di kursi depan di sebelah sopir, pria itu masih memiliki kesadaran meski kepalanya berdara
Satu minggu berlalu, Sean mengajak Krystal untuk makan malam berdua saja. Sudah lama mereka tidak makan malam bersama di luar. Sean menunggu Krystal di bawah, usai menjawab panggilan pria itu menunggu Krystal di dekat tangga. Beberapa detik selanjutnya Krystal menuruni tangga.Sean terpana, ia tahu bahwa istrinya sangat cantik, tapi malam ini dengan gaun yang berwarna putih, Krystal tampak seperti seorang peri. Ia sangat memesona. Tangan Sean terulur ketika Krystal sudah sampai di depannya. Setelah Krystal memberikan tangannya mereka kemudian melangkah bersama. "Kau sangat cantik malam ini." Sean memberikan Krystal pujian.Krystal tertawa kecil, tawanya membuat ia berkali lipat menjadi lebih cantik. Entahlah, Sean sulit untuk menjelaskannya. "Sebenarnya aku tahu tentang hal ini, tapi aku sangat menghargai pujianmu." Kali ini Sean tertawa kecil. Istrinya tidak salah jika terlalu percaya diri, nyatanya ada jutaan orang yang memuji kecantikan Krystal. Dari semua penggemar Krystal, i
Suara penyiar berita di televisi terdengar di ruangan kerja Sean yang sunyi. Penyiar itu sedang melaporkan kondisi terkini sebuah kota yang beberapa saat lalu terjadi gempa dengan kekuatan yang cukup besar.Di sana Sean terlihat mondar-mandir dengan wajah cemas. Pria itu memegang ponsel di tangannya, mencoba menghubungi Krystal yang saat ini tidak bisa dihubungi. Sedangkan Jacob, pria itu juga sedang berusaha untuk menghubungi Daisy, tapi seperti Krystal, Daisy juga tidak bisa dihubungi. Jacob mencoba menghubungi kenalannya yang lain yang berada di kota yang sama dengan kota yang didatangi oleh Krystal saat ini, akan tetapi tidak ada yang bisa ia hubungi juga. "Bagaimana Jacob?" tanya Sean. Pria itu merasa menatap Jacob tidak sabar."Tidak ada yang bisa saya hubungi, Tuan.""Sial!" Sean memaki kesal. "Siapkan pesawat, aku akan pergi ke kota itu sekarang juga!" Sean tidak bisa berada dalam posisi seperti ini. Ia sangat mengkhawatirkan Krystal dan takut terjadi apa-apa pada Krysta
Sean telah mendengar kabar tentang ayah Edelweiss dari teman-temannya yang lain. Sean telah menganggap ayah Edelweiss hampir seperti ayahnya sendiri, ia tidak berharap bahwa hal ini akan terjadi pada pria itu. Namun, ia tidak bisa disalahkan dalam hal ini karena Edelweiss sudah keterlaluan. Jacob masuk ke dalam ruangan. "Tuan, Tuan Elion ingin bertemu dengan Anda.""Biarkan dia masuk." Sean yakin bahwa Elion pasti ingin membicarakan tentang Edelweiss lagi. Elion kemudian masuk setelah Jacob keluar. Wajah pria itu tampak letih dan kurang tidur."Sean, aku minta maaf karena harus datang menemuimu lagi." Elion merasa tidak enak, tapi ia harus mencoba untuk meminta keringan dari Sean lagi demi ayahnya."Ada apa?""Ayah terkena serangan jantung semalam. Dokter mengatakan bahwa ia tidak boleh mendapatkan serangan jantung lanjutan karena akan berakibat fatal. Sean, tolong, ayah menganggapmu seperti putranya sendiri. Satu kali ini saja tolong lepaskan Edelweiss."Sean juga masih punya hati
"Sean, kau tidak bisa melakukan ini padaku!" seru Edelweiss panik. Ada sorot ketakutan di matanya."Aku bisa, dan akan segera aku lakukan, Edelweiss. Kau sudah mengganggu pernikahanku dengan Krystal dua kali. Untungnya aku dan Krystal bukanlah orang yang akan termakan berita palsu dan menyimpulkan tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Apa yang sudah kau lakukan terhadapku dan Krystal benar-benar jahat dan sulit untuk dimaafkan.""Sean, aku mohon." Elion memohon. "Jika perlu berlutut, aku akan berlutut padamu.""Elion, untuk apa kau terus melindungi adikmu? dia harus mendapatkan balasannya karena telah berbuat jahat pada orang lain."Elion merasa sangat tersiksa. Ia sangat marah pada Edelweiss, tapi Edelweiss adalah adik satu-satunya yang ia miliki. Bahkan jika ia tidak ingin melindungi Edelweiss karena persaudaraan mereka, ia masih harus memikirkan perasaan orangtuanya."Elion, Paman dan Bibi juga memohon padamu." Ayah Edelweiss menatap Sean memelas. Hanya Edelweiss satu