"Tuan Sean?" Krystal mengerutkan keningnya ketika ia melihat Sean sudah berada di rumahnya sepagi ini.
"Aku datang ke sini untuk melihat anak-anakku." Semalam Sean datang sudah larut dan anak-anaknya sedang tidur, jadi pagi ini ia datang kembali agar bisa menggendong si kembar. "Apakah mereka sudah bangun?"
"Mereka baru saja selesai mandi."
"Aku ingin melihat mereka."
"Silahkan."
Sean melangkah menuju ke kamar si kembar bersama dengan Krystal. Di dalam sana ada Sylvia yang baru saja selesai memakaikan pakaian Brianna.
Sylvia bertanya-tanya, kenapa tamu semalam datang lagi pagi ini.
"Bibi, ini adalah Tuan Sean, ayah si kembar." Krystal tidak ingin Sylvia kebingungan jadi ia memberitahu Sylvia.
Sylvia sedikit terkejut, jadi rupanya alasan pria itu datang lagi adalah karena pria itu merupakan ayah dari anak-anak Krystal. Sekarang setelah Sylvia melihat lagi, wajah si kembar memang terlihat sama dengan pria yang berdiri tidak jauh di depannya.
"Tuan Sean, ini adalah Bibi Sylvia, kepala pelayanku. Dia juga yang membantu merawat si kembar sejak mereka lahir."
"Bibi Sylvia, terima kasih atas bantuan Anda telah merawat si kembar."
"Tuan tidak perlu berterima kasih. Sudah menjadi tugas saya membantu Nona Krystal merawat anak-anaknya." Sylvia membalas dengan sopan.
"Tuan, Nona, saya permisi dulu." Sylvia tidak akan mengganggu Sean dan Krystal, wanita itu segera undur diri.
Sean mendekati Brian dan Brianna yang berbaring di ranjang.
"Hai, aku adalah ayah kalian." Pria itu berkata sembari menggenggam jemari kecil kedua anaknya. "Maafkan Ayah karena tidak bisa menemui kalian lebih cepat."
Sean merasa menyesal karena baru bisa mengunjungi anak-anaknya sekarang, selama beberapa bulan terakhir ini ia sangat fokus memulihkan dirinya, tapi ia tidak pernah berhenti memikirkan tentang putra dan putrinya.
Sean meraih tubuh putranya. Ia memperhatikan wajah mungil itu dengan seksama. Perasaannya kini campur aduk. Ia mencium puncak kepala putranya dengan lembut.
"Putraku," serunya penuh kasih sayang. "Ayah sangat mencintaimu."
Setelah menggendong putranya, Sean beralih ke putri kecilnya. Tatapan Sean menjadi lebih lembut lagi saat berhadapan dengan Brianna. "Putriku, sangat cantik."
Brianna tersenyum manis seolah ia sangat senang dipuji oleh ayahnya.
Sean tidak bisa menahan dirinya, ia mencium putrinya yang menggemaskan. "Ayah sangat mencintaimu."
Krystal tidak pernah membayangkan akan melihat sisi penuh kasih sayang seorang Sean Lannister yang terkenal sangat dingin dan sulit untuk didekati.
Hati Krystal tersentuh melihat pemandangan di depannya. Ia menyadari bahwa dirinya telah melakukan kesalahan karena tidak memberitahu Sean mengenai kehadiran anak-anak mereka, andai saja Sean masih tetap tidak tahu kebenarannya mungkin putra dan putrinya tidak akan pernah merasakan cinta dan kasih sayang seorang ayah dalam hidup mereka.
Krystal tidak pernah berpikir bahwa Sean mungkin tidak akan menginginkan atau tidak akan mengakui anak-anak mereka, ia hanya tidak ingin memberitahu Sean saja karena beranggapan ia bisa merawat anak-anaknya sendiri.
Ponsel Krystal berdering, wanita itu segera menjawab panggilan dari Daisy.
"Aku sudah berada di bawah."
"Aku akan segera turun."
Krystal menutup panggilan itu. Ia memiliki jadwal pemotretan hari ini, jadi ia harus meninggalkan anak-anaknya di rumah.
"Saya memiliki pekerjaan, jika Anda ingin tetap berada di sini maka saya tidak bisa menemani Anda lebih lama."
"Kau bisa pergi."
"Baiklah kalau begitu." Krystal segera beralih ke putra dan putrinya.
"Sayang, Ibu pergi bekerja dulu. Nenek Sylvia akan menjaga kalian, jadilah baik. Ibu akan segera kembali setelah pekerjaan Ibu selesai." Krystal bicara pada kedua bayinya. Setelah itu ia mengecup kening anak-anaknya bergantian.
Ia sebenarnya merasa berat untuk meninggalkan anak-anaknya, tapi untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya ia harus bekerja. Saat ini ia tidak kekurangan uang sama sekali, ia memiliki tabungan yang jumlahnya tidak sedikit.
Namun, sebagai seorang ibu ia harus memastikan masa depan anak-anaknya. Ia harus menyimpan banyak uang untuk mereka agar di masa depan mereka tidak akan mengalami masalah keuangan. Oleh sebab itu ia harus bekerja dengan giat.
Setelah Krystal pergi, Sean masih berada di sana, menemani anak-anaknya sedikit lebih lama.
Brianna menangis, Sean mencoba untuk menenangkan gadis mungilnya. Bersamaan dengan itu Sylvia datang.
"Tuan, sepertinya Nona kecil lapar."
"Biarkan saya yang memberinya susu." Sean sudah belajar mengenai cara merawat bayi sejak ia tahu bahwa ia memiliki anak.
"Baik, Tuan." Sylvia menyerahkan botol susu yang ia bawa pada Sean.
Sean kemudian mulai memberikan susu pada Brianna. Pria itu baru melakukannya untuk pertama kali, tapi ia terlihat sangat tenang dan seperti berpengalaman.
Setelah Brianna, Brian juga menangis. Sean menyerahkan Brianna pada Sylvia, lalu ia kemudian memberikan susu pada putranya.
Brianna tidur sesaat kemudian, disusul oleh Brian. Sean kini memperhatikan putra dan putrinya yang sedang terlelap.
"Apakah mereka sering bangun tengah malam?" Sean bertanya pada Sylvia.
"Tuan dan Nona kecil bangun beberapa kali di tengah malam,setelah menyusu atau mengganti popok mereka akan tidur kembali."
Sean bisa membayangkannya, mengurus satu anak saja sudah menguras tenaga, dan Krystal mengurus dua. Meski dibantu oleh Sylvia, tapi tetap saja Krystal akan kelelahan.
"Bibi susu jenis apa yang diminum oleh anak-anak?"
"Tuan dan Nona kecil tidak minum susu formula. Mereka minum ASI yang sudah dibekukan oleh Nona Krystal terlebih dahulu."
Sean tidak menyangka bahwa seorang Krystal akan memilih untuk melakukan hal yang merepotkan, daripada memberi anak-anaknya susu formula, Krystal lebih memilih untuk memompa ASI-nya.
Penilaian Sean terhadap Krystal semakin baik. Sebelumnya Krystal terkenal sebagai seorang supermodel yang suka bersenang-senang, tapi ternyata setelah menjadi ibu ia menjadi ibu yang bertanggung jawab bagi anak-anaknya.
"Bibi, saya akan pergi bekerja dulu. Jika terjadi sesuatu segera kabari saya." Sean mengeluarkan kartu namanya lalu kemudian memberikannya pada Sylvia.
"Baik, Tuan."
Setelahnya Sean meninggalkan penthouse Krystal. Sejak ia sudah bisa berjalan, ia mulai kembali bekerja di perusahaan.
Kylian saat ini sedang berbulan madu dengan Ellaine, jadi ia tidak ingin mengganggu Kylian dengan berbagai macam pekerjaan.
**
"Ayah, Ibu, aku memutuskan untuk pindah." Sean bicara pada orangtuanya setelah mereka selesai sarapan.
"Pindah? Kenapa tiba-tiba sekali?" tanya Kaia, Ibu Sean.
"Aku hanya ingin mencoba suasana baru." Sean masih belum bisa memberitahu orangtuanya mengenai keberadaan anak-anaknya.
"Kau baru saja sembuh, apakah itu baik-baik saja untukmu?" Arion, ayah Sean yang kali ini bicara.
"Aku rasa tidak akan ada masalah, Ayah."
"Baiklah, jika kau sudah memutuskan seperti itu maka lakukan sesuai dengan keinginanmu." Arion tidak ingin melarang Sean. Selama ini Sean hidup bersama mereka dan mungkin Sean merasa bosan. Ada baiknya Sean memang merasakan suasana yang baru.
Selain itu, biasanya anak-anak yang sudah berusia dewasa memang tidak tinggal bersama orangtua mereka untuk menjaga privasi mereka.
"Di mana kau akan tinggal?" tanya Kaia.
"Aku sudah membeli sebuah penthouse."
"Ibu ingin melihat tempat tinggal barumu."
"Ibu bisa pergi bersamaku setelah ini."
"Baik."
Usai sarapan, Sean membawa ibunya ke penthousenya. Ia belum mendekor ulang tempat itu, jadi ibunya tidak akan mencurigai apapun.
"Ibu akan mengirim pelayan ke sini nanti."
"Tidak perlu, Bu. Aku bisa mengaturnya sendiri."
"Baiklah."
Kaia selesai melihat-lihat tempat tinggal baru anaknya. Itu sangat besar untuk seseorang yang tinggal sendirian.
"Bu, aku akan pergi bekerja. Apakah Ibu ingin tetap ada di sini atau pergi bersamaku?"
"Ibu akan pergi bersamamu."
Keduanya lalu keluar dari sana, pada saat yang sama Krystal juga keluar dari penthousenya.
Krystal sedikit terkejut melihat Sean dan ibunya keluar dari unit yang berseberangan dengan miliknya.
"Krystal?" Kaia mengenali Krystal yang merupakan sahabat menantunya.
"Bibi Kaia." Krystal tersenyum ramah.
"Apakah kau tinggal di sini?"
"Ya, Bibi."
"Kebetulan sekali. Sean baru memutuskan untuk pindah ke sini. Sangat melegakan karena ternyata kau dan Sean bertetangga."
Krystal melirik ke Sean. Rupanya pria itu telah membeli unit di depannya. Tidak perlu ditanyakan apa alasannya, Krystal yakin pasti karena anak-anaknya.
"Ya, Bibi. Sangat kebetulan," balas Krystal.
"Bu, ayo."
"Krystal, Bibi duluan."
"Ya, Bibi. Hati-hati di jalan."
"Nona Krystal, kami permisi."
"Ya, silahkan."
Sean kemudian melangkah bersama ibunya menuju ke lift di lantai itu.
Dari yang Krystal tangkap, sepertinya Sean belum memberitahukan tentang anak-anak mereka pada orangtuanya. Jika ibu Sean sudah tahu, wanita itu pasti akan menerobos masuk ke dalam kediamannya untuk melihat cucu-cucunya.
Di dalam lift, Kaia melirik putranya. Ia tidak tahu apakah ini memang kebetulan atau Sean sengaja pindah ke dekat Krystal.
Sebelumnya ia melihat Sean mendekati Krystal di hari pernikahan Kylian dan Ellaine. Sejauh ini putranya tidak pernah memiliki inisiatif untuk mendekati wanita selain mantan kekasihnya dulu.
Kaia tidak bertanya meski ia penasaran. Jika putranya memang sengaja pindah ke sini karena Krystal, maka itu bagus. Artinya putranya tertarik pada Krystal. Dan jika memang hanya kebetulan saja, ia berharap putranya akan mulai tertarik pada Krystal karena sering bertemu.
tbc
Usia pernikahan Sean dan Krystal kini sudah satu tahun. Acara perayaan ulang tahun pernikahan mereka telah dimulai. Para tamu undangan telah mengisi tempat yang disediakan untuk mereka.Krystal sebenarnya ingin memundurkan acara ini karena Sean yang baru mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu, tapi Sean menolak dengan mengatakan bahwa kondisinya sudah jauh lebih baik. Jadi pada akhirnya pesta ulang tahun pernikahan itu tetap berjalan sesuai rencana awal.Tim medis disiapkan jika terjadi hal yang tidak diinginkan pada Sean.Sekarang Sean dan Krystal berada di depan keramaian. Sean mengenakan setelan berwarna hitam sementara Krystal mengenakan gaun putih yang bertabur permata.Sean dan Krystal tampak seperti sepasang pengantin, tapi bersama mereka ada si kembar yang saat ini usianya sudah lebih dari setahun. Mereka berempat tampak begitu sempurna, pasangan yang saling mencintai dan anak-anak yang ceria dan menggemaskan.Acara itu berjalan dengan sangat baik, Sean dan Krystal sekarang
Malam ini Sean kembali lebih terlambat dari biasanya, ia sudah memberitahu Krystal tentang hal ini karena ia memiliki pertemuan penting.Pukul sebelas malam Sean selesai, mobilnya sekarang sedang melaju menuju ke rumahnya. Sean mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, pria itu segera menghubungi Krystal. "Belum tidur?""Belum, apakah pekerjaanmu sudah selesai?""Ya, aku sedang dalam perjalanan pulang sekarang.""Baiklah, hati-hati di jalan."Belum sempat Sean menjawab, suara benturan keras terdengar. Mobil Sean ditabrak dari belakang oleh sebuah truk yang tampak kehilangan kendali. Mobil Sean bergerak ke samping dan menabrak pembatas jalan dengan keras. Kepala Sean terbentur cukup keras, ia kehilangan kesadaran setelahnya. Krystal mendengar suara benturan itu. Ia memanggil Sean beberapa kali, tapi Sean tidak menjawabnya. Kepanikan mulai melanda Krystal, perasaannya tidak enak sekarang.Jacob ada di kursi depan di sebelah sopir, pria itu masih memiliki kesadaran meski kepalanya berdara
Satu minggu berlalu, Sean mengajak Krystal untuk makan malam berdua saja. Sudah lama mereka tidak makan malam bersama di luar. Sean menunggu Krystal di bawah, usai menjawab panggilan pria itu menunggu Krystal di dekat tangga. Beberapa detik selanjutnya Krystal menuruni tangga.Sean terpana, ia tahu bahwa istrinya sangat cantik, tapi malam ini dengan gaun yang berwarna putih, Krystal tampak seperti seorang peri. Ia sangat memesona. Tangan Sean terulur ketika Krystal sudah sampai di depannya. Setelah Krystal memberikan tangannya mereka kemudian melangkah bersama. "Kau sangat cantik malam ini." Sean memberikan Krystal pujian.Krystal tertawa kecil, tawanya membuat ia berkali lipat menjadi lebih cantik. Entahlah, Sean sulit untuk menjelaskannya. "Sebenarnya aku tahu tentang hal ini, tapi aku sangat menghargai pujianmu." Kali ini Sean tertawa kecil. Istrinya tidak salah jika terlalu percaya diri, nyatanya ada jutaan orang yang memuji kecantikan Krystal. Dari semua penggemar Krystal, i
Suara penyiar berita di televisi terdengar di ruangan kerja Sean yang sunyi. Penyiar itu sedang melaporkan kondisi terkini sebuah kota yang beberapa saat lalu terjadi gempa dengan kekuatan yang cukup besar.Di sana Sean terlihat mondar-mandir dengan wajah cemas. Pria itu memegang ponsel di tangannya, mencoba menghubungi Krystal yang saat ini tidak bisa dihubungi. Sedangkan Jacob, pria itu juga sedang berusaha untuk menghubungi Daisy, tapi seperti Krystal, Daisy juga tidak bisa dihubungi. Jacob mencoba menghubungi kenalannya yang lain yang berada di kota yang sama dengan kota yang didatangi oleh Krystal saat ini, akan tetapi tidak ada yang bisa ia hubungi juga. "Bagaimana Jacob?" tanya Sean. Pria itu merasa menatap Jacob tidak sabar."Tidak ada yang bisa saya hubungi, Tuan.""Sial!" Sean memaki kesal. "Siapkan pesawat, aku akan pergi ke kota itu sekarang juga!" Sean tidak bisa berada dalam posisi seperti ini. Ia sangat mengkhawatirkan Krystal dan takut terjadi apa-apa pada Krysta
Sean telah mendengar kabar tentang ayah Edelweiss dari teman-temannya yang lain. Sean telah menganggap ayah Edelweiss hampir seperti ayahnya sendiri, ia tidak berharap bahwa hal ini akan terjadi pada pria itu. Namun, ia tidak bisa disalahkan dalam hal ini karena Edelweiss sudah keterlaluan. Jacob masuk ke dalam ruangan. "Tuan, Tuan Elion ingin bertemu dengan Anda.""Biarkan dia masuk." Sean yakin bahwa Elion pasti ingin membicarakan tentang Edelweiss lagi. Elion kemudian masuk setelah Jacob keluar. Wajah pria itu tampak letih dan kurang tidur."Sean, aku minta maaf karena harus datang menemuimu lagi." Elion merasa tidak enak, tapi ia harus mencoba untuk meminta keringan dari Sean lagi demi ayahnya."Ada apa?""Ayah terkena serangan jantung semalam. Dokter mengatakan bahwa ia tidak boleh mendapatkan serangan jantung lanjutan karena akan berakibat fatal. Sean, tolong, ayah menganggapmu seperti putranya sendiri. Satu kali ini saja tolong lepaskan Edelweiss."Sean juga masih punya hati
"Sean, kau tidak bisa melakukan ini padaku!" seru Edelweiss panik. Ada sorot ketakutan di matanya."Aku bisa, dan akan segera aku lakukan, Edelweiss. Kau sudah mengganggu pernikahanku dengan Krystal dua kali. Untungnya aku dan Krystal bukanlah orang yang akan termakan berita palsu dan menyimpulkan tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Apa yang sudah kau lakukan terhadapku dan Krystal benar-benar jahat dan sulit untuk dimaafkan.""Sean, aku mohon." Elion memohon. "Jika perlu berlutut, aku akan berlutut padamu.""Elion, untuk apa kau terus melindungi adikmu? dia harus mendapatkan balasannya karena telah berbuat jahat pada orang lain."Elion merasa sangat tersiksa. Ia sangat marah pada Edelweiss, tapi Edelweiss adalah adik satu-satunya yang ia miliki. Bahkan jika ia tidak ingin melindungi Edelweiss karena persaudaraan mereka, ia masih harus memikirkan perasaan orangtuanya."Elion, Paman dan Bibi juga memohon padamu." Ayah Edelweiss menatap Sean memelas. Hanya Edelweiss satu