Share

Part 7

Setelah cake yang Maya buat selesai di panggang,  Maya pun bersegera membawanya kekantor Star Tomo tanpa memberi kabar sang calon tunangan yang kabarnya akan ada meeting siang.

Maya sengaja mengerjakan semua ini demi memberi kejutan pada Dimas yang sudah hampir 3 minggu berada di luar negeri.

Maya benar-benar tak sabar bertemu dengan sang pujaan  hati.

Langkah kaki ya terlihat santai namun sejatinya jantungnya berdebar dengan sangat senang. Ia bahkan sudah membayangkan jika nanti Dimas akan senang dan akan memberikan  kecupan karena kejutan ini.

Namun kian langkah Maya tiba di lantai ruang kerja Dimas. Terlihat luar ruangan itu sepi, bahkan tak terlihat dua sekertaris Dimas yang selalu setia di meja kerjanya.

Wajah Maya hanya melihat kesekeliling dengan sekilas dan berpikir mungkin  saja kedua sekertaris itu tengah keluar di jam istirahat siang.

Tanpa curiga langkah kaki Maya kian mendekat pada pintu ruangan Direktur Utama yang terlihat sedikit terbuka.

Namun kian dekat, kian terdengar canda tawa yang samar-samar suara wanita dan pria yang saling tertawa geli.

"Hhm, geli mas" seru suara nakal sang wanita.

Kening Maya berkerut heran dan penasaran akan suara-suara itu.

"Kau suka?? bagaimana dengan ini" terdengar suara pria mengoda.

"Aaahhh, hmmm.. ini enak" sahut suara wanita yang kian terdengar kenikmatan.

Perlahan dengan tangan kanan ya ia mendorong pintu ruangan itu. Seiring dengan saliva Maya yang turun dengan kasar.

Daun pintu perlahan  terbuka dan sedikit demi sedikit memperlihatkan ruangan yang bernuansa modern. Namun  kian  terbuka pintu itu, kian terdengar jelas suara canda tawa erotis.

"Aaah,...hmm, enak.. la-gi" suara-suara kenikmatan itu kian terdengar jelas.

Dan pemandangan tak senonoh pun terlihat jelas di kedua mata Maya yang menangkap sosok Dimas tengah mendidih tubuh seorang wanita di atas meja yang ternyata rok yang di kenakan telah terangkat sempurna.

Kedua mata Maya terbuka lebar dengan wajah syok.

Dua sejoli terlihat masih dengan aktifitas tak senonohnya itu, tanpa menyadari jika Maya sudah berada disana.

"Hmm, lagi Dimas.. lebih.. aah" erang sang wanita penuh kenikmatan.

Kepalan tangan Maya terlihat mencengram erat gagang kotak cake yang sudah ia bawa sebagai kejutan untuk sang calon suami.

Dan ketika sang wanita binal itu tengah mengeliat penuh nikmat di bawah tubuh Dimas, ia pun terpekik kaget ketika melihat wajah penuh amarah Maya.

"Aaaahhh" pekiknya terkaget dengan mendorong keras Dimas hingga pria itu menjauh dari tubuhnya dengan wajah terkejut.

"ADA APA!!" hadrik Dimas dengan kesal, dan wanita binal itu pun  buru-buru turun dari meja kerja itu dan membenarkan pakaian dan rok ya.

Dimas menoleh dengan wajah kaget ketika melihat sosok Maya berdiri penuh amarah di depan pintu.

"Maya??" bisik Dimas terkejut melihat wajah wanita cantik itu berubah marah.

Namun wajah Maya seketika berubah ketika namanya di panggil oleh Dimas.

Seringai tawa bodoh pun terlihat pada wajah Maya.

"Jadi?? kau punya tabiat binatang??" tanya Maya dengan sengaja menyindir Dimas. Maya menatap tajam pada pria yang terlihat tengah menarik resleting celananya.

Dimas terlihat tersinggung ketika mendengar ucapan tajam Maya.

"Apa?"

"Ah.."

"Baiklah" seru Maya mencoba mengontrol emosinya.

"AKU BATALKAN PERNIKAHAN DIMAS BRENGSEK!!!" hadrik Maya dengan melempar kotak kue yang ia bawa tadi dengan asal. Kotak kue cake itu terhempas kuat sehingga isinya pun ikut terhempas berserakan keluar.

"Dan silahkan  kembali melanjutkan kenikmatan haqiqimu Dimas.. dan aku pastikan surat pembatalan kerjasama ini akan tiba saat lagi" timpal Maya dengan nada amarah dan penuh penekanan.

Kedua mata Dimas melebar, ancaman Maya sangat mengusik.

"Kau tidak akan BISA!!" seru Dimas marah.

Maya menyeringai menertawakan Dimas. Tak ada rasa takut di wajah Maya yang terlihat kuat.

"Kau akan melihatnya segera" seru Maya menyepelekan ucapan Dimas.

Lalu tak lama Maya menatap wanita yang terlihat berdiri dengan bersandar pada meja kerja Dimas.

"Dan kau wanita murah!! apa Dimas tak punya uang untuk membawamu kekasur empuk??" Maya tertawa kecil dan seketika tatapannya berubah jijik melihat kedua pelaku selingkuh itu.

Lalu dengan penuh amarah Maya pergi meninggalkan ruangan yang sudah memberikan kejutan tersial yang pernah ia alami.

Wanita binal itu dengan cepat mendekat pada Dimas.

"Apa mas tidak mengejar Maya??"

"Untuk apa?" balas Dimas dengan wajah kesal.dan marah.

"Dia membatalkan pernikahan ini, apa kamu enggak takut" ujar sang wanita binal dengan gusar pada Dimas.

"Dia tak akan  berani, karena sedikit saja ia menolak maka New-A akan jatuh" ujar Dimas dengan percaya diri lalu melangkah menuju meja kerjanya yang terlihat berantakan.

Dimas dengan cepat meraih handphonenya dan menghubungi seseorang.

Ketika nada sambung itu terhubung terlihat wajah dingin Dimas disana.

"Siapkan pengacara dan keluarkan surat perjanjian yang akan  menjatuhkan  New-A" ujar Dimas dingin dan tanpa ragu. Komunikasi itu terputus dengan cepat.

"Aku tidak akan pernah melepaskan Maya dan New-A, karena tujuan ku adalah untuk menghancurkan generasi Aritama" gumam batin Dimas membara.

"Kalian harus membayar mahal untuk masalalu ku dan keluarga ku, Erwin Aritama" timpal Dimas dengan mengeratkan rahangnya ketika memandang satu foto lawas yang terlihat seorang pria muda tengah mengendong seorang anak laki-laki kecil yang tertawa lepas.

***

Dilain sisi Maya melajukan mobil sedan sportnya dengan sangat kencang. Air matanya terlihat tumpah di pipi tanpa bisa ia bendung.

"Dimas brengsek!!"

"Dimas brengsek!!" umpatnya tanpa henti dan terus melajukan mobil ya itu menuju gedung perusahaan New-A.

Maya bersumpah akan  menghancurkan perjanjian kerjasama dengan Star Tomo. Dan dia berharap sang Papa akan mendukun dirinya.

Di sepanjang perjalanan ia berusaha menelfon seseorang, Paman Johan. Ia ingin surat perjanjian itu segera di batalkan. Ia ingin memberi pelajaran pada Dimas karena sudah berani mempermainkan seorang Zarulita Maya.

"Ayo, Paman.. tolong di angkat" ujar Maya dengan gusar dan kesal.

Pandang Maya fokus pada jalan raya, ia harus segera tiba di perusahaan New-A dan berbicara dengan sang Papa.

Maya terus mencoba untuk menelfon sang pengacara handal itu. Hingga akhirnya ia mencoba menelfon sang putra pengacara, Ferdian Bastian.

Ia kian kesal ketika kedua pengacara keluarga itu tak mengangkat telfonnya.

"Sial.. sial!!' rutunya kesal.

"Bagaimana bisa di saat seperti ini dua orang penting itu tak mengangkat telfon bersamaan" kesal Maya karena ini cepat-cepat mengakhiri hubungan kerjasama dengan Star Tomo.

Namun karena lampu merah, laju mobil sedan itu pun terhenti. Wajah marah dan kesal tengah memunca, ia memukul berkali-kali stiur mobil untuk mengeluarkan amarahnya.

Dan sekilas teringat kembali prilaku menjijikan Dimas dan wanita murahan itu.

"Dasar brengsek!!" pekik Maya marah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status