Malam telah larut, kediaman Zeroun nampak sepi, para pekerja pastilah sudah tidur atau mungkin mereka sibuk di ruang belakang. Stela dengan bahagia berjalan tanpa alas kaki menuju ke ruang kerja sang suami. Gadis tersebut menghela napas panjang nan berat, dia merapikan rambutnya, menyibakkan ke belakang. Malu sebenarnya, bagaimana tidak, wanita tersebut tengah mengenakan lingerie warna hitam. Lingerie lama yang pernah dia kenakan usai resepsi pernikahan. Mengingat masa lalu yang sebenarnya penuh dengan yah, cerita yang panjang tidak bisa dijabarkan dengan kata. Bahkan Stela sendiri entah dapat keberanian dari mana untuk melakukan hal memalukan tersebut. Pakaian yang begitu sexy, dia kenakan, gila. Memang gila akan tetapi sudah kepalang tanggung. Saat ini Stela berada tepat di depan pintu ruang kerja Axelle.
“Baiklah Stela, persiapkan dirimu baik-baik,” kata wanita itu sedikit menarik ke bawah mantel lingerie itu hingga meloro
Hai D"Lovely KarRa, jangan lupa tinggalkan jejak komentar kalian, terima kasih sudah membaca Love Sugar Daddy. YUks mampir juga ke Godaan Memikat, adult romance 21+
Stela menatap lekat wajah gagah Axelle yang tepat berada di atasnya. Wajah yang sangat mempesona, bukankah sebuah anugerah dia dapat bersua dengan sang suami. Masa yang telah lalu ketika dirinya masih berusia sembilan belas tahun, dimana harapan, masa depan masih terlihat gemilang, Stela bukan gadis yang pandai secara akademik, akan tetapi dia memiliki kelebihan lain sejak menginjak usia tujuh belas tahun, dia menekuni hobinya menjadi seorang author komik. Ada beberapa karya berseri yang sudah dia terbitkan. Semua berjalan lancar berkat bantuan Arsen, kepala editor yang dulu menanganinya, juga seorang kawan baik setelah Mirza. Dari penghasilan tersebut Stela mampu berdiri sendiri dengan uang hasil keringatnya. Gadis malang yang harus menjadi asisten rumah tangga di kediaman papa kandungnya, jika mengingat itu Stela pun sedih. Akan tetapi, dia sadar benar apa yang dilakukan Zayn tidak lebih dari melindungi sang putri kecilnya. Kematian sang bunda karena kecel
Remang lampu cahaya kamar menyala, ditambah sorot cahaya rembulan yang masuk lewat ventilasi udara juga jendela kaca. Hembusan angin malam menyapa mesra, memberikan sensasi tersendiri bagi kedua insan yang masih bergumul di atas ranjang. Hawa panas menjalar ke seluruh tubuh siring sentuhan-sentuhan tangan yang menjamah semakin intens. Gorden jendela warna putih berkelebat tersapu angin, dimana dua jendela kamar tidak ditutup dan dibiarkan terbuka. Beberapa saat yang lalu ketika Axelle berada di kamar mandi, Stela masuk dengan pakaian yang membuat jiwa lelakinya semakin memuncak. Ibarat korban yang masuk ke dalam kandang pemangsa dengan suka rela. Axelle meraih tubuh Stela, mencium setiap inci lekuk tubuh berbalut lingerie warna hitam. Desahan yang lolos dari bibir Stela membuat Axelle semakin menggila. Tubuh mungil Stela menggeliat, menerima perlakuan Axelle, gelayar aneh menjalar seluruh tubuh yang mulai memanas. Rasanya sungguh
Langkah kaki Axelle pelan menuruni tangga namun, dia berubah waspada ketika mendengar suara. Bedebum! Suara benda jatuh di area belakang. Axelle, melangkah lebih cepat namun, tetap waspada. Lelaki itu mengendap-endap masuk ke arah dapur, memperhatikan dengan seksama bayangan hitam, berdiri di dekat kompor. Axelle bernapas lega, rupanya Joy yang sedang berada di dapur tengah membuat secangkir kopi. Harum semerbak menguar ke segala penjuru ruang. Axelle berkacak pinggang dan tersenyum dengan kepala menggeleng. “Apa yang kau lakukan disini malam-malam?” tanya Axelle. “Hai, Kak,” sapa Joy, “aku sedang mandi,” seloroh Joy lalu tertawa kecil melihat sang kakak nyengir. “Tentu saja aku membuat kopi, Kak,” kata Joy kemudian. “Tadi kau bilang akan ke club malam milik Zayn bersama Roland,” kata Axelle meraih satu gelas panjang. “Ah, tadi asiste
Lily sudah menghabiskan beberapa bungkus Cheetos yang entah dari mana dia ambil. Saat Joy sudah menyelesaikan pekerjaan, menutup laptop lalu menatap ke arah gadis tersebut. Joy melebarkan mata, melihat meja penuh berisi bungkus Cheetos, juga beberapa kaleng soft drink. Dia menatap ke arah Lily yang tengah meneguk minumannya. Tanpa risih sedikit pun Lily menatap Joy yang masih melongo. “Tubuhmu kerdil tapi kau banyak makan, tidak takut berat badan naik?” tanya Joy menatap pipi dan bibir Lily yang terdapat remah-remah. “Saya bukan kerdil,” desis Lily memanyunkan bibir. Lily mengangkat tangan hendak mengelap bibir, Joy menampik tangan tersebut, dia lalu menarik box tisue di tengah meja menyerahkan kepada Lily. Gadis muda itu tersenyum kemudian mengambil tisue untuk mengelap mulut. Joy menatap wanita di dekatnya itu lalu terkekeh kecil. “Tuan Muda sudah se
Axelle keluar dari kamar mandi untuk dengan mengenakan handuk kimono. Rambutnya basah kuyup pertanda lelaki tersebut baru usai mandi. Dia mengernyitkan kening, melihat ranjang kosong. Ada kekhawatiran langsung menyergap hati. Lelaki tersebut mengedarkan pandang, dia menggigit bibir lalu bernapas lega kala melihat bayangan Stela nampak di depan pintu jendela balkon, tertutup gorden. Axelle melangkah mendekat ke arah balkon. Tirai warna putih itu berkelebat tertiup angin, menutup wajah Axelle. Lelaki tersebut, menyibakkan tirai di wajahnya, terlihat Stela berdiri dengan kepala mendongak ke atas, tubuhnya bak terguyur cahaya rembulan, pemandangan eksotis, yang membuat Axelle tertawan. “Apa yang kau lakukan disini, Sayang?” tanya Axelle memeluk sang istri dari belakang. Axelle menyusupkan kepala ke ceruk leher bagian kanan sang istri, mengecup lembut. “Menatap rembulan, bukankah indah, Mas,” ujar Stela. &nb
Andreas berdiri di depan gedung perkantoran milik Zeroun Grup. Dia tersenyum ketika melihat Axelle berjalan menaiki tangga. Lelaki tua tersebut lalu melangkah mendekati Axelle. Axelle tidak terkejut dengan kehadiran Andreas juga Arsen di kantornya. Entah apa yang hendak kedua orang tersebut lakukan, lelaki tersebut membalas senyum ketika Arsen tersenyum. “Hai, adik ipar,” sapa Arsen melambaikan tangan. Senyum Axelle menghilang ketika mendengar Arsen memanggilnya ‘adik ipar’ terdengar aneh dan tidak terbiasa. Arsen memang kakak iparnya namun, melihat lagi, mengingat, membuat dia bingung bagaimana harus bersikap. Harga dirinya terluka dipermainkan seorang yang baginya ‘bocah kecil’ Arsen menghela napas berat lalu menatap kedua orang di hadapannya. Arsen masih terlihat tengil sedangkan lelaki tua yang berdiri di belakangnya nampak angkuh, tatapannya enggan. “Kenapa kalian ber
Beberapa orang berjajar di depan emperan sebuah toko, ada penjual minuman, membeli penyegar tenggorokan di kala siang yang panas tidak terkira. Belakang penjual minuman tenda tersebut ada sebuah bangunan toko bunga, di sana Stela sekarang berada, di dalam toko bunga bersama Lily melihat bunga-bunga indah bermekaran. Seorang wanita berpakaian sexy dengan dress scuba warna merah lengan sabrina. Wanita tersebut memperhatikan Stela dari seberang jalan, di dalam sebuah mobil warna hitam. Setelah beberapa saat, dia keluar mobil, mengenakan kacamata hitam, menyeberang jalan, langkahnya tegap dengan kepala sedikit mendongak ke atas. Wanita itu masuk ke dalam toko, berhenti di belakang Stela juga Lily yang tertawa girang mengamati beberapa tanaman bunga dalam pot yang terlihat segar. “Kau Stela, bukan?” tanya wanita tadi. Stela menoleh lalu menatap wanita tersebut, matanya melebar dengan mulut melongo memben
Axelle tengah mengikuti rapat di kantornya, kebersamaan dengan sang istri dan bayangan Stela menari dalam pikiran. Ketika malam, Stela mengenakan lingerie hitam, beberapa kenangan masa lalu muncul, bergantian kejadian ketika Stela mencoba merayunya. Dia tersenyum, beberapa karyawan memandang heran. Namun, mereka bersyukur setidaknya sang atas lebih baik dari pada tatapan dingin angkuh di masa lalu. Axelle semakin memikirkan sang istri, hatinya gelisah. Dia meraih ponsel di atas meja, iseng menekan nomor Stela, menunggu beberapa detik, panggilan tidak terjawab. Senyum di bibir Axelle menghilang, wajahnya berubah masam, membuat beberapa karyawan yang melihatnya merasa terganggu. “Iblis telah kembali menyelimuti CEO kita,” bisik salah seorang yang duduk bersebelahan dengan Axelle. Lelaki yang duduk di sampingnya diinjak kaki oleh wanita di samping kiri, lelaki yang berbisik tadi mendelik menoleh ke arah sang wanita. &nbs