Axelle keluar dari kamar mandi untuk dengan mengenakan handuk kimono. Rambutnya basah kuyup pertanda lelaki tersebut baru usai mandi. Dia mengernyitkan kening, melihat ranjang kosong. Ada kekhawatiran langsung menyergap hati. Lelaki tersebut mengedarkan pandang, dia menggigit bibir lalu bernapas lega kala melihat bayangan Stela nampak di depan pintu jendela balkon, tertutup gorden. Axelle melangkah mendekat ke arah balkon. Tirai warna putih itu berkelebat tertiup angin, menutup wajah Axelle. Lelaki tersebut, menyibakkan tirai di wajahnya, terlihat Stela berdiri dengan kepala mendongak ke atas, tubuhnya bak terguyur cahaya rembulan, pemandangan eksotis, yang membuat Axelle tertawan.
“Apa yang kau lakukan disini, Sayang?” tanya Axelle memeluk sang istri dari belakang. Axelle menyusupkan kepala ke ceruk leher bagian kanan sang istri, mengecup lembut.
“Menatap rembulan, bukankah indah, Mas,” ujar Stela.
&nb
Hai, maaf telat up date, terima kasih telah membaca Love Sugar Daddy, jangan lupa tinggalkan jejak komentar kalian. Yuk, mampir juga ke Godaan Memikat, season dua sudah mulai up date.
Andreas berdiri di depan gedung perkantoran milik Zeroun Grup. Dia tersenyum ketika melihat Axelle berjalan menaiki tangga. Lelaki tua tersebut lalu melangkah mendekati Axelle. Axelle tidak terkejut dengan kehadiran Andreas juga Arsen di kantornya. Entah apa yang hendak kedua orang tersebut lakukan, lelaki tersebut membalas senyum ketika Arsen tersenyum. “Hai, adik ipar,” sapa Arsen melambaikan tangan. Senyum Axelle menghilang ketika mendengar Arsen memanggilnya ‘adik ipar’ terdengar aneh dan tidak terbiasa. Arsen memang kakak iparnya namun, melihat lagi, mengingat, membuat dia bingung bagaimana harus bersikap. Harga dirinya terluka dipermainkan seorang yang baginya ‘bocah kecil’ Arsen menghela napas berat lalu menatap kedua orang di hadapannya. Arsen masih terlihat tengil sedangkan lelaki tua yang berdiri di belakangnya nampak angkuh, tatapannya enggan. “Kenapa kalian ber
Beberapa orang berjajar di depan emperan sebuah toko, ada penjual minuman, membeli penyegar tenggorokan di kala siang yang panas tidak terkira. Belakang penjual minuman tenda tersebut ada sebuah bangunan toko bunga, di sana Stela sekarang berada, di dalam toko bunga bersama Lily melihat bunga-bunga indah bermekaran. Seorang wanita berpakaian sexy dengan dress scuba warna merah lengan sabrina. Wanita tersebut memperhatikan Stela dari seberang jalan, di dalam sebuah mobil warna hitam. Setelah beberapa saat, dia keluar mobil, mengenakan kacamata hitam, menyeberang jalan, langkahnya tegap dengan kepala sedikit mendongak ke atas. Wanita itu masuk ke dalam toko, berhenti di belakang Stela juga Lily yang tertawa girang mengamati beberapa tanaman bunga dalam pot yang terlihat segar. “Kau Stela, bukan?” tanya wanita tadi. Stela menoleh lalu menatap wanita tersebut, matanya melebar dengan mulut melongo memben
Axelle tengah mengikuti rapat di kantornya, kebersamaan dengan sang istri dan bayangan Stela menari dalam pikiran. Ketika malam, Stela mengenakan lingerie hitam, beberapa kenangan masa lalu muncul, bergantian kejadian ketika Stela mencoba merayunya. Dia tersenyum, beberapa karyawan memandang heran. Namun, mereka bersyukur setidaknya sang atas lebih baik dari pada tatapan dingin angkuh di masa lalu. Axelle semakin memikirkan sang istri, hatinya gelisah. Dia meraih ponsel di atas meja, iseng menekan nomor Stela, menunggu beberapa detik, panggilan tidak terjawab. Senyum di bibir Axelle menghilang, wajahnya berubah masam, membuat beberapa karyawan yang melihatnya merasa terganggu. “Iblis telah kembali menyelimuti CEO kita,” bisik salah seorang yang duduk bersebelahan dengan Axelle. Lelaki yang duduk di sampingnya diinjak kaki oleh wanita di samping kiri, lelaki yang berbisik tadi mendelik menoleh ke arah sang wanita. &nbs
Stela membuka mata dengan perlahan dia menatap ke sekeliling, mata gadis cantik tersebut melebar. Jantung berdegup kencang, dia menoleh ke arah Lily, membenahi letak duduknya. Lily tersenyum nyengir, menatap ke arah majikan dengan wajah tanpa dosa. “Lily, mobil kenapa berhenti?” tanya Stela mendelik. Lily terkekeh dengan ekspresi tidak berdaya, “Bensin habis, Nyonya,” keluh Lily kembali nyengir. “Serius?” tanya Stela mencoba menenangkan diri. “Serius lahir batin, Nyonya,” jawab Lily menelan saliva. “Ini gila, kalau habis kenapa masih disini, ayo turun,” pekik Stela membuka pintu mobil diikuti Lily. “Kabur!” teriak Stela kompak dengan Lily. “Joy, kalau kau tidak sampai di waktu yang tepat aku akan memecatmu menjadi adik ipar,” teriak Stela yang masih menggenggam ponsel dengan erat. Keduan
Axelle mulai panik, dia mencengkeram rambutnya merasa frustrasi. Tidak pernah dia sangka, jika dia begitu mencintai Stela sedalam ini. Membuatnya terus berpikir seperti orang tidak waras. Marah secara tiba-tiba seperti yang baru saja dia lakukan hanya karena Stela tidak dapat dihubungi. Lelaki tersebut baru saja keluar dari lift, berjalan menuju lobi diikuti Roland. Pemuda tersebut menatap heran sang atasan, dia tersenyum melihat tingkah aneh Axelle, tuannya sedang cemburu buta tidak beralasan. Axelle melirik ke arah sang asisten tersebut, dia mengernyitkan kening. Tatapan tajam, dahinya berkerut membuat kedua alis menyatu. “Aku tahu kau sedang menertawakanku Roland,” keluh Axelle, ekspresi menahan tawa itu, membuatku ingin mencekikmu,” lanjut Axelle berkeluh. Kali ini Roland benar-benar terbahak tidak dapat menahannya lagi, “Astaga Tuan, Anda sedang cemburu,” ujar Roland masih terkekeh. &nb
Stela menyeruput es cappuccino dalam kemasan hingga suaranya terdengar nyaring, baik Axelle maupun yang lain menatap ke arah wanita itu. Hah! Stela mendesah merasakan tenggorokan yang kini terasa segar, menikmati sensasi manis segar minuman yang masuk ke dalam tenggorokannya. Saat ini mereka tengah duduk di bawah pohon rindang, di mana seorang pedagang es kemasan cup menjajakan dagangannya di pinggir trotoar. Axelle langsung melotot ke arah ketiga lelaki yang memandang wajah sang istri, Joy, Mirza juga Roland langsung mengalihkan pandang. “Si maung tengah tidak ingin pasangannya kita lirik,” sindir Joy. “Kau benar, tatapan Matanya itu mengisyaratkan seperti, ‘akan aku cungkil matamu jika menatapnya’ bukankah begitu,” timpal Mirza menatap ke arah Joy. “Benar sekali,” ujar Lily. Ro
Cinta itu juga telah tertanam di benak Stela, siapa sangka kebersamaan mampu membuatnya hanyut dalam pesona Axelle. Meski pada awalnya dia pernah jatuh cinta kepada Mirza. Yah, bukankah cinta pertama memang akan sangat sulit untuk bersatu. Masa lalu tinggal masa lalu, kini Stela hidup dengan penuh rasa syukur. Berdampingan dengan orang yang mencintai dirinya, terlebih lagi Stela pun mencintai sang suami. Stela memeluk Freya, sedang Axelle menaruh bunga tersebut di teras rumah Zayn. Freya melirik sebentar lalu tersenyum. Memandang wajah lelaki yang dulu sempat membuatnya seperti orang bodoh. Melakukan hal yang terbilang cukup jahat, mengintimidasi wanita mungil yang kini menjadi anak tirinya. Ah, takdir yang unik bukan. Sampai di kediaman Zayn, Axelle turun, berjalan sebentar menuju bagasi mobil yang dinaiki Roland juga Joy, untuk mengangkat dua pot bunga mawar warna kuning dan putih. Kedatangan d
Freya tersenyum, nampaknya sang putri salah sangka terhadapnya, tentu Freya tahu seluk beluk tentang gadis manis yang dekat dengan putranya. Awal mengetahui kedekatan Mirza dan juga Lily, Freya sempat bingung. Berkat Zayn yang menawarkan bantuan untuk menyelidiki gadis tersebut, Freya lumayan lega. Lily salah satu anak buah Olivia, sedikit dia tahu dunia hitam yang digeluti sang suami maupun Olivia. Zayn meyakinkan jika wanita tersebut adalah hasil didikan Olivia, maka Mirza salah satu lelaki yang akan beruntung, mereka bisa memimpin perusahaan nantinya secara bersamaan. “Kau khawatir aku akan menolaknya, Sayang?” tanya Freya menatap dalam iris mata Stela. Stela mengangguk malu, “Ah, mama seperti dukun yang tahu apa saja,” kata Stela. Freya menghela napas dalam, “Aku hanya butuh melihat wanita yang dekat dengan putraku, apa pun hasilnya nanti, tentu aku, Marvel juga