Home / Romansa / Love You More (21+) / Melapor Polisi (Bab 07)

Share

Melapor Polisi (Bab 07)

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-05-22 18:09:03

"Kamu ngomong apa sih Mas! Aku masih ada di luar negeri. Jangan asal bicara!" Yuli meninggikan suaranya, tak terima mendengar tuduhan mantan suami.

"Aku tahu kau berbohong! Coba tunjukkan kalau memang kau ada di luar negeri!"

"Aku memang ada di luar negeri bersama Anggun." Yuli mengubah mode telepon menjadi mode video call. Ia memperlihatkan apartemen di luar negeri dan posisinya yang tengah duduk berdua dengan sang anak.

Anugrah hanya diam sambil memperhatikan mantan istri dan anaknya.

"Hay, Pa. How are you?" sapa Anggun sambil melambaikan tangan di depan layar ponsel.

Anak satu-satunya mantan pasangan itu, tersenyum simpul pada ayahnya.

"Sekarang kamu percaya kan? Aku gak bohong. Aku ada di luar negeri dan aku belum pulang ke Indonesia. Untuk apa aku berbohong? Lagi pula, aku gak punya urusan apapun di sana, buat apa aku pulang."

Yuli mempertegas ucapannya dengan wajah dingin. Senyum yang terukir di wajah ibu beranak satu itu, terlihat kecut.

"Kalau kamu nelpon aku cuma untuk menuduh aku yang bukan-bukan, lebih baik kamu gak usah menghubungi aku lagi!" tegas Yuli.

Anugrah menganggukkan kepala pelan. "Aku sudah selesai. Aku hanya ingin memastikan kau tidak membuat keributan dengan seseorang. Kalau sampai aku tahu kau yang melakukan perbuatan memalukan itu, aku tidak akan memaafkanmu!"

Yuli tersenyum kecut, "Silakan cari buktinya kalau kamu bisa, Mas. Jelas-jelas aku ada di luar negeri. Aku gak punya urusan lagi sama kamu."

Telepon diakhiri oleh Yuli.

Setelah mendengar penjelasan Yuli dan melihat langsung mantan istrinya masih berada di luar negeri, bahkan bersama anak perempuannya. Anugrah sedikit merasa lega.

Namun, masih ada yang mengganjal pikirannya tentang penyerangan di rumah Bella. Entah siapa orang di balik penyerangan itu. Apa mungkin Bella memiliki musuh?

Pikiran Anugrah berkecamuk. Ia mencoba menstabilkan emosi lalu kembali mengendarai roda empatnya menuju kantor Polisi.

Perjalanan yang cukup lancar berakhir dalam waktu singkat. Anugrah turun dari mobil mewahnya dan berjalan memasuki kantor yang terlihat ramai tersebut.

Dari jarak ratusan meter, sang Direktur melihat Bella sedang duduk di depan meja Polisi.

"Saya sama sekali gak punya musuh, Pak. Saya juga kaget saat penyerangan itu terjadi. Saya shock berat. Seingat saya, saya gak pernah berseteru dengan orang. Kecuali .... " Bella menggantung ucapannya saat mengingat satu-satunya orang yang pernah berseteru dengannya ... Yuli. Nama itu yang terlintas.

"Kecuali apa, Bu?" Polisi membeo pernyataan Bella sambil menggerakkan jari tangan dengan lincah di atas mesin tik.

"Kecuali wanita yang datang ke rumah sakit. Dia datang dan marah-marah sama saya. Dia juga mengancam saya," lanjut Bella, mengingat kedatangan Yuli pada sore itu.

"Mengancam?" tanya Polisi.

"Iya Pak. Wanita itu mengancam saya."

"Mengancam seperti apa? Apa Anda bisa menjelaskan dengan rinci? Apa motif wanita itu mengancam Anda? Apa kalian memiliki permasalahan sebelumnya?"

Bella terdiam sejenak, lalu kembali menjelaskan, "Kemungkinan motifnya cemburu buta, Pak. Wanita itu mantan istri kekasih saya. Dia masih mencintai kekasih saya dan dia menuduh saya pelakor."

Polisi mengangguk paham. "Kemungkinan semua yang terjadi ada hubungannya dengan mantan istri kekasih Anda? Apa Anda bisa memberitahu saya siapa nama mantan istri kekasih Anda itu?"

"Namanya .... "

"Namanya Yuliana Pak, tapi mantan istri saya berada di luar negeri," seru Anugrah dari kejauhan.

Bella menoleh ke belakang saat mendengar suara yang tak asing di telinga. Ia melihat Anugrah melangkah menghampiri.

"Mas."

Anugrah tersenyum. Ia menghentikan langkah kaki di samping kursi yang diduduki Bella. "Aku ada di sini untuk melindungimu, Honey."

"Makasih Mas." Bella tersenyum. Satu tangannya melingkar di pinggang sang kekasih.

Polisi yang tengah mencatat keterangan Bella, menatap ke arah Anugrah. "Jadi Anda kekasih korban penyerangan ini?"

"Iya Pak, saya kekasihnya dan saya mantan suami dari wanita yang disebut kekasih saya tadi," jawab Anugrah sambil mengangguk.

"Bisa Anda jelaskan tentang mantan istri Anda? Apa benar mantan istri Anda tinggal di luar negeri?" tanya Polisi.

Bella mendongak, menatap kekasihnya. "Kamu yakin Mas? Apa mungkin mantan istri kamu langsung pulang ke luar negeri setelah dia mendatangi aku di rumah sakit? Bisa saja kan dia membayar seseorang untuk menyerang aku."

Anugrah mengangguk sependapat. "Aku juga berpikir begitu, kemungkinan dia membayar seseorang untuk menyerangmu."

Pandang mata Anugrah beralih pada Polisi. "Tolong selidiki penyerangan itu Pak. Kemungkinan memang mantan istri saya yang ada di balik penyerangan."

"Baik, kami akan mengumpulkan bukti dan menanyakan pada para saksi yang ada di lokasi kejadian. Kami juga akan memanggil mantan istri Anda untuk dimintai keterangan lanjutan."

"Terima kasih banyak, Pak." Anugrah menyalami Polisi tersebut lalu melangkah keluar dari kantor bersama Bella.

***

Di dalam mobil~

Bella hanya diam sepanjang perjalanan menuju hotel_tempatnya tinggal untuk sementara waktu.

"Kamu terluka?" Anugrah menatap kekasihnya sesaat, lalu kembali fokus mengendarai mobil.

"Gak Mas," jawab Bella lesu.

Anugrah menghela napas lega. "Aku sudah menghubungi Yuliana. Aku pastikan dia tidak akan menggangumu lagi."

Bella menoleh ke samping, menatap kekasihnya. "Dia gak akan mengaku, Mas. Pasti dia mengelak dari semua tuduhan. Iya kan?"

Anugrah mengangguk, "Iya, dia tidak mengaku. Dia memang berada di luar negeri bersama Anggun_anakku."

Bella menaik napas panjang. "Sudah aku duga. Dia pasti langsung terbang ke sana setelah mendatangi aku. Aku yakin dia yang membayar para preman itu untuk menyerangku di rumah."

"Kita serahkan semuanya pada Polisi, kalau memang benar dia pelakunya. Dia akan mendapatkan hukuman setimpal."

"Siapa lagi pelakunya selain dia, Mas? Aku gak punya musuh. Lagi pula sebelum dia datang, hidup aku tenang saja. Sama sekali gak pernah ada gangguan."

Bella mendengus emosi. Kejadian penyerangan yang dialami membuatnya nyaris berhenti bernapas karena ketakutan.

Teringat jelas para preman itu mengincar nyawanya. Untung saja dia bisa cepat lari dan diselamatkan warga sekitar komplek.

Anugrah melirik sambil menghela napas panjang. Ia paham apa yang dipikirkan sang kekasih. Ketakutan itu terlihat jelas di raut wajah cantik itu. "Aku akan melindungimu, Honey." Ia menggenggam jemari lentik Bella.

"Aku takut Mas." Bella menyandarkan kepalanya di lengan kekar Anugrah.

"Aku tahu. Aku akan melindungimu. Aku tidak akan membiarkanmu sendiri."

"Makasih, Mas."

Ucapan Anugrah sedikit menenangkan perasaan kalut yang menguasai hati Bella saat ini.

Ia tidak memiliki siapapun untuk berlindung dan meminta pertolongan. Hanya Anugrah satu-satunya tempat bersandar.

"Kamu mau tinggal di rumahku, Honey?" tawar Anugrah.

Bella menggeleng cepat. "Gak Mas, aku tinggal di Hotel saja. Lagi pula kita kan belum menikah."

Deg!

Anugrah tertegun mendengar jawaban Bella.

Kata-kata menikah seperti sindiran keras untuknya yang sampai saat ini belum mempersiapkan itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Love You More (21+)   Tolong! (28)

    Bella semakin gelisah saat melihat mobil yang ditumpangi tidak kunjung sampai ke tempat tujuan.Berulang kali ia bertanya, tetapi jawaban supir tetap sama. Pria itu hanya memotong jalan agar lebih cepat sampai. Namun, Bella semakin ragu, karena jalanan yang dilewati benar-benar tidak ia kenal. "Tolong berhenti di sini saja Pak, saya mau pesan taksi lain." Bella melepas sabuk pengaman di pinggang lalu merogoh tasnya, mencari ponsel. Sang supir melirik, bukannya menghentikan laju kendaraan roda empat itu, ia justru membanting stir ke kanan, hingga guncangan keras pun terjadi. Tubuh Bella terhentak, ponsel di tangan terlepas dan jatuh ke kolong jok mobil. Bella meringis kesakitan sambil memegang kepalanya yang terbentur atap. "Apa yang Anda lakukan Pak? Anda kenapa?" Bella menatap wajah supir yang terlihat dingin. Matanya memerah dengan tatapan tajam ke arah Bella. Akhirnya Bella tahu ada yang tidak beres. Sepertinya ia dijebak. "Hentikan mobil ini!" teriaknya, memegang sandaran jo

  • Love You More (21+)   Kekhawatiran Anugrah (27)

    "Aku temani kamu ke kantor Polisi, ya.""Ngga usah Mas, aku bisa sendiri."Anugrah hanya menganggukkan kepala sedikit mendengar penolakan Bella. Siang ini dokter cantik itu akan mendatangi kantor polisi untuk memberikan kesaksian atas tuduhan malpraktek.Beberapa kali tawaran Anugrah ditolak oleh sang dokter. Ia merasa bisa pergi seorang diri, apalagi sudah ada dua pengacara yang disewa oleh kekasihnya.Bella memasukan beberapa barang yang tergeletak di atas meja ke dalam tasnya. Sesekali ia menarik napas panjang untuk meredakan perasaan gugup dan takut.Sebentar lagi dia akan berhadapan langsung dengan polisi yang menginterogasinya. Beberapa bukti tentang proses dan produser rumah sakit sudah disiapkan.Meskipun dia yakin akan menang, namun tidak dapat dipungkiri perasaan takut itu tetap ada."Aku sudah menyewa pengacara terbaik untuk mendampingimu di kantor polisi nanti," ucap Anugrah, yang sejak tadi berada di ruangan sang kekasih."Makasih, Mas. Kamu udah banyak bantu aku." Bella

  • Love You More (21+)   Rencana pembunuhan (26)

    "Bagaimana? Apa Bella pasti akan datang ke kantor Polisi?" "Dia tidak memiliki pilihan lain, Bos. Dia pasti akan datang ke kantor Polisi. Kemungkinan dia akan menyewa pengacara hebat untuk mendampinginya nanti.""Kalau begitu, kita ubah rencana.""Maksudnya?""Lenyapkan Bella. Buat seolah kematiannya karena kecelakaan. Setelah dia benar-benar sudah meninggal, aku akan kembali ke Indonesia dan mendekati Mas Anugrah lagi."Di dalam ruangan dengan udara apek yang menusuk hidung, dua orang anak buah Yuliana sedang berbicara dengan bos mereka di telepon.Salah satu anak buah Yuliana terdiam. Sedikit syok mendengar perintah bosnya yang berbeda dari rencana."Kalian bisa melakukannya kan? Atau perlu aku sewa pembunuh bayaran untuk melakukan tugas itu?" tanya Yuliana."Jangan Bos, kami bisa melakukannya. Bos tenang saja, kami akan melakukan semua yang Bos perintahkan." Lelaki yang memiliki tato di sekitar wajah, ketak

  • Love You More (21+)   Surat Panggilan Kepolisian (25)

    Dengan langkah kaki teratur, Bella menghampiri tiga pria berpakaian coklat di depannya. Sebisa mungkin ia menunjukkan wajah tenang, tak memperlihatkan ketakutan sama sekali."Selamat pagi, Bu Bella." Seorang polisi menghampiri Bella, mengulurkan tangannya ke depan wanita cantik itu. "Selamat pagi, Pak. Boleh kita bicara di sana saja." Bella menunjuk koridor di sebelah kanan, tempatnya sepi, dia akan terhindar dari perhatian orang-orang di rumah sakit.Ketiga polisi saling melempar pandang, kemudian menganggukkan kepala dan mengikuti langkah kaki Bella. Mereka berdiri di dekat pintu ruang kerja dokter cantik itu.Setelah merasa aman dari tatapan orang-orang, Bella mulai berbicara lagi dengan polisi di depannya, "Ada keperluan apa Anda datang ke sini Pak? Seingat saya, saya tidak pernah melakukan kejahatan."Seorang polisi mengeluarkan selembar kertas dari saku kemeja coklatnya. "Kedatangan kami ke sini untuk memberikan surat panggilan kepolisian pada Anda. Anda dilaporkan oleh saudar

  • Love You More (21+)   Kepolisian (24)

    Setelah malam panas terlewati. Paginya Bella merasa seluruh tubuh segar. Ia siap melewati semua masalah dengan kepercayaan diri yang penuh. Apapun yang terjadi, Anugrah akan selalu ada untuknya. Begitu kata-kata yang terus terngiang di telinga. Janji lelaki tampan itu bukan hanya menjadi penyemangat, tapi juga menjadi kekuatan besar untuknya. Bella memusatkan perhatian pada Anugrah, yang saat ini sedang menyiapkan sarapan di atas meja. Lelaki itu sangat tampan, meski usianya sudah tidak muda lagi. Tak ada celah sedikit pun untuk menyudahi kekagumannya pada Anugrah. Bella melangkah mendekati meja bundar lalu duduk. Melihat begitu cantik tataan makanan yang disiapkan oleh Anugrah sejak ia belum membuka mata. "Makasih, Mas," ucap Bella. Hanya itu yang bisa dia katakan, meskipun ia tahu semua tak sebanding dengan usaha sang kekasih untuk membahagiakannya. Anugrah tersenyum. Senyum yang begitu manis tersemat di bibir merah alaminya. "Bagaimana kwalitas tidurmu semalam?" Bella terdi

  • Love You More (21+)   Malam Panas ++ (23)

    "Tidak usah dipikirkan, semua masalah pasti akan selesai." Anugrah berbisik lembut. Napasnya yang harum, menyapu bulu-bulu halus di sekitar tengkuk Bella. Wanita cantik itu memejamkan mata, menikmati hangatnya hembusan napas Anugrah. "Aku hanya takut masalahnya berlarut," gumam Bella pelan. Masih memejamkan kedua matanya. Anugrah mengeratkan pelukan. Memberi kehangatan untuk wanitanya. Tubuh kekar Anugrah, menjadi tempat sandaran ternyaman yang membuatnya tenang. Kemesraan di dalam kamar hotel itu sedikit terusik saat bunyi ketukan pintu terdengar. Anugrah berdiri, mendekati pintu dan membukanya. Seorang laki-laki mengantarkan makan malam pesanan Anugrah. "Terima kasih." Anugrah kembali mendekati ranjang dan menyiapkan makanan untuk wanitanya. Dengan malas, Bella mendekati meja dan menyantap makan malamnya. "Makan yang banyak, kamu membutuhkan tenaga untuk bekerja di rumah sakit," senyum Anugrah. Bella mengangguk pelan, kurang bersemangat. Seakan ia tahu kariernya akan hancur

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status