Share

BAB 5 Datangnya Sebuah Mimpi Firasat

Gadis itu terbangun dari tidurnya dan beranjak melangkah ke depan jendela kamarnya. Ia buka tirai biru itu perlahan, selepas mendengar suara-suara piano menggetarkan perasaannya. Dentingan suara piano yang menyayat hatinya itu membuat ia terhenyak dan fokus mendengarnya. Suara-suara dari balik jendela kamar rumahnya. Entah di mana yang jelas sepertinya di tengah malam itu siapa yang berani membangunkan tidur orang-orang dengan dentingan suara piano? Pikirnya heran. Ia seakan pernah mendengar lirik lagu berserta suara musiknya, entah kapan ia tak bisa mengingat.

‘xin tiao luan le jie zou meng ye bu zi you

ai shi ge jue dui cheng nuo bu shuo cheng dao yi qian nian yi hou

fang ren wu nai yan mei chen ai

wo zai fei xu zhi zhong shou zhao ni zou lai wo

wo de lei guang cheng zai bu le wo

suo you yi qie ni yao de ai(suo you yi qie ni xu yao de ai)

yin wei zai yi qian nian yi hou shi jie zao yi mei you wo

wu fa shen qing wan zhao ni de shou qian wen zhao ni de e tou

bie deng dao yi qian nian yi hou suo you ren du yi wang le wo

na shi hong se huang hun de sha mo neng you shui

jie kai chan rao qian nian de ji mo chan rao qian nian de ji mo’[1]

 “Suaranya indah sekali, tapi jam setengah dua belas begini memang siapa yang nyanyi? Apa mungkin mama yang lagi mendengarkan musik di ruang keluarga?” tebak Nindy kemudian bergegas keluar dari dalam kamarnya dan turun ke bawah untuk mengecek tentang praduganya. Ia menuruni tiap anak tangga dengan tergesa-gesa, sampai pada anak tangga terakhir ia menghentikan langkah. “Mama?” gumamnya saat melihat sesosok wanita yang memakai baju piyama tengah menangis di depan sebuah televisi yang disambungkan dengan vcd player. “ternyata benar mama,” Gadis itu berjalan menghampiri ibunya yang sedang menangis terisak-isak. “Ma,” Nindy menepuk pundak ibunya pelan.

Wanita itu mengangkat wajahnya dan menatap wajah Nindy, “Nindy? Kok belum tidur?” tanyanya heran bercampur gugup, ia lekas mengecilkan volume suara lagu yang didengarya.

 “Mama kok nangis?”

“Nangis? Mama nggak nangis, ini cuma terharu saja.” alihnya kuat sambil menghapus air matanya.

“Mama bohong, mama sedang sedih kan?”

“Tidak, Sayang.” Tekannya pada Nindy, kemudian ia memberikan sebuah sampul CD lagu cina padanya. “kau suka lagu ini?”

 “Ya, Nindy tadi dengar. Enak sekali, bikin sedih.”

 “Ya.., inilah yang membuat mamamu nangis, Nindy. Lagu Cina ini mengingatkan mama pada kenangan lalu.”

 “Ini lagu Cina, memangnya mama tahu artinya? Mama bisa bahasa Cina? Nindy juga sepertinya dulu pernah mendengarnya, tapi entah kapan. Lupa.” Nindy menggaruk-garuk rambutnya sembari mengingat-ingat kapan ia pernah mendengar suara penyanyi itu.

 “Artinya one thousand years-seribu tahun. Tentang liriknya mama juga tidak tahu yang penting enak didengar dan bikin nangis,” jawabnya santai, ia memeluk Nindy erat dan mengecup rambut gadis itu. “kapan pengumuman lolos seleksi, Nindy?”

 Nindy mendongakkan wajahnya menghadap wajah ibunya, “Ehm, besok pagi, Ma. Kenapa?”

 “Tidak apa-apa, mama berharap kau lolos seleksi dan bisa pergi ke Jepang. Jangan lupa pulangnya bawakan mama buku-buku komik ya? Dan peralatan menggambar dari Jepang.” wanita itu kembali tersenyum seolah lupa dengan kesedihannya.

 “Ma,”

 “Ya?”

  “Kalau nanti Nindy jadi berangkat ke Jepang, rumah sepi dong?”

  “Kau bertanya hal yang sama lagi, mama ada novel. Jadi bisa ditemani novel-novel.”

 “Kalau aku pergi jangan menangis ya?”

 “Kau boleh mempercayaiku, Nindy.”

 “Apa lagu tadi itu adalah lagu perpisahan?”

 “Entahlah,”

“Apa mama mengingat cinta pertama mama?”

Ups! Kenapa tiba-tiba bertanya itu?”

“Barangkali, hehehe.” Nindy mendenguskan hidungnya.

“Ma, apa Nindy ada kemungkinan lolos?”

“Ya, sepertinya begitu.”

“Kuharap itu benar.”

                                                          *

           

           

           

           

[1] Lin Jun Ji-Yi Qian Nian Yi Hou

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status