Share

Gadis di Dekat Api

“Jangan berani tinggalkan aku lagi!” kata Claire ketus.

“Ehm, baiklah kalau begitu mari kita mencari tempat untuk bermalam,” jawab Leon sambil tersenyum kikuk. Ia kemudian membantu Claire berdiri. Tubuh Claire terasa sakit di beberapa bagian, seperti lengan. Rasanya lelah sekali dan ia ingat dia belum tidur sama sekali. Setelah mendapati kekasihnya berselingkuh di tengah malam, Claire lalu terjebak di sebuah rumah tua, dan sekarang ia terjebak di dalam game. Sungguh kesialan yang luar biasa.

Mereka kemudian berjalan menyusuri tepian danau. Rasanya, tadi Leon melihat sebuah gua di dekat sini saat ia sedang mencari obor. Claire sudah menguap berkali-kali sambil berjalan. Leon hampir saja ingin memapah tubuh Claire, tapi ia takut gadis itu akan marah. Jadi dia diam saja sambil terus berjalan.

Akhirnya, Leon menemukan sebuah gua yang tadi ia lihat. Leon mengajak Claire masuk ke dalam gua itu sambil membawa obor yang masih menyala di tangannya. Saat diterangi oleh obor, bagian dalam gua itu terlihat cukup nyaman. Tanpa aba-aba, Claire langsung masuk ke dalam lalu merebahkan dirinya di atas tanah. Ia sudah tidak peduli dengan apapun, rasanya ia sudah terlalu lelah.

“Claire, tidakkah kamu ingin memeriksa lebih dulu?” tanya Leon. Namun Claire tidak menjawab, ia sudah memejamkan matanya dan tertidur.

“Percuma saja kamu menjadi Dewi Athena yang penuh kebijaksanaan, tetap saja ceroboh,” gumam Leon pelan. Ia kemudian membawa obornya untuk melihat-lihat lebih dalam ke gua kecil itu. Tidak ada apa-apa di dalamnya. Sedikit kotor, tapi cukup nyaman. Tidak ada binatang berbahaya. Di depan gua masih ada api unggun yang tadi Leon buat. Cukup dekat untuk membuat gua terang dan terasa hangat. Leon kemudian mematikan obornya dan mencari tempat yang enak untuk tidur.

Saat Leon berbaring, ia baru menyadari kalau tubuhnya sudah sangat lelah, tapi otaknya masih berputar. Ia berpikir mengenai kedatangan Claire. Leon sudah menanti pemain yang memainkan Aphrodite begitu lama, tapi begitu Claire datang semuanya menjadi begitu menegangkan. Ia juga tidak menyangka, pemain yang memainkan karakter Aphrodite akan terjebak di dalam game juga seperti dirinya. Selama ini ia berpikir, jika satu pemain itu bermain dari luar sana, mungkin ia bisa meminta pertolongan untuk keluar. Tapi ia salah. Claire malah ikut tersedot ke dalam game.

Leon menghela napas pendek sambil mencoba memejamkan matanya, namun tiba-tiba ia mendengar bunyi gemerisik dari luar gua. Leon langsung bangkit terduduk dan memeriksa ada apa di luar sana. Leon melihat ada sosok seorang perempuan di balik api unggun. Gadis itu kemudian berlari menjauh sambil menutupi wajahnya.

“Hey! Tidak apa-apa aku tidak akan menyakitimu. Kamu siapa? Pemain?” tanya Leon.

Jika ada pemain lain yang tersedot ke dalam game ini maka game ini adalah bencana. Leon bertekad akan menghancurkannya saat ia keluar nanti. Namun, gadis itu diam saja, menutupi wajahnya dengan rambut coklat tuanya yang panjang hingga ke pinggang. Ia dalam posisi berjongkok.

“Tidak apa-apa. Aku seorang pemain. Namaku Leon. Siapa namamu?” tanya Leon lagi.

Wanita itu kini memunculkan wajahnya. Ia menoleh dan mulai perlahan-lahan berdiri menghadap Leon. Ia begitu cantik dengan mata hijau seperti zamrud, mirip dengan warna mata Leon. Tubuhnya tinggi dan langsing. Ia mengenakan pakaian seperti peri hutan, berupa dedaunan yang hanya menutupi bagian dada dan sepotong rok kecil melingkari area sensitifnya. Mengekspos kulitnya yang berkilau di bawah sinar rembulan.

Bibir Leon mau tidak mau membentuk kata ‘wow’. Memang begitulah yang terlihat. Wanita ini sangat cantik dan sensual.

“Namaku Amy,” jawabnya dengan suara yang merdu.

“Apakah kamu pemain? Aku juga terjebak di dalam game ini bersama satu orang lagi. Dia ada di dalam gua. Kamu mau bergabung bersama kami?” tanya Leon.

“A-aku... Kedinginan,” jawabnya sambil berjalan mendekati Leon.

“Sayang sekali aku sedang menjadi Hercules, tidak ada jubah. Tapi aku membuat api unggun. Kamu pasti mendekati api unggun ini tadi, bukan? Ayo tidak apa-apa mendekatlah,” kata Leon sambil mengajaknya duduk di dekat api unggun.

Wanita itu duduk dengan anggun di samping Leon. Di dekat api unggun, kulit Amy terlihat lebih berkilauan. Rambutnya yang terurai lembut terlihat sangat menakjubkan. Bibir tebalnya terlihat berkilau dan begitu sensual. Ia menatap Leon sambil tersenyum.

“Jadi bagaimana kamu bisa sampai kemari?” tanya Leon.

“Aku masih merasa kedinginan,” katanya. Sama sekali tidak menjawab pertanyaan Leon. Ia kemudian bergeser lebih dekat ke arah Leon hingga jarak di antara mereka sudah nyaris tidak ada. Leon bisa merasakan dada Amy yang bulat dan padat menempel di dadanya, membuat darahnya berdesir.

“A-amy?” tanya Leon.

Namun wanita itu kini sudah meraih tengkuknya, jemarinya dengan lembut membelai rambut di belakang kepala Leon. Matanya yang hijau seakan menghipnotis dirinya. Bibir sensual itu kini berjarak sangat dekat dengan bibir Leon. Napas Leon mulai tak menentu. Sebelum Leon sempat berpikir, Amy sudah melepaskan dedaunan yang menutupi bagian dadanya. Leon tidak mampu menahan godaan seperti ini. Ia mulai meremas lembut kedua buah dada indah yang terpampang di hadapannya. Bibir lembut Amy sudah melumat bibirnya dengan penuh gairah.

“Leon! Itu Empusa!” seru Claire, mengagetkan Leon. Namun bibir Amy sangat nikmat, Leon tidak bisa berhenti.

“Leon berhenti!” seru Claire lagi sambil berlari mendekat, ia melompat dengan tombak di tangannya terhunus ke arah Amy. Leon menahan tombaknya dengan sebelah tangan.

“Apa yang kamu lakukan, Claire?” tanya Leon.

“Dia Empusa! Buka matamu!” seru Claire.

“Empusa?” tanya Leon.

“Makhluk pemakan daging manusia, bersayap kelelawar dan berambut menyala! Menyamar sebagai gadis cantik untuk menarik mangsanya!” seru Claire.

“Jangan mengarang cerita, Claire. Dia bernama Amy dan ...” kata-kata Leon terhenti saat tiba-tiba ia merasakan ada kepakan sayap di belakangnya. Ketika Leon menoleh ke arah Amy, gadis cantik itu telah berubah bentuk dengan sayap kelelawar, taring-taring yang tajam, serta rambut menyala bagai api, siap menerkamnya.

“Empusa?”

“Sudah kubilang!” seru Claire. Pengetahuan Athena dalam pikirannya banyak membantu. Ia kemudian menghunuskan tombaknya kembali ke arah makhluk jelek itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status