Share

Nyalakan Api

“Shit!” seru Claire saat melihat Leon sudah pergi meninggalkannya sendirian. Ia kemudian mengencangkan pegangannya pada tombak emasnya. Ia tidak yakin akan bisa bertahan sepuluh menit melawan monster ini. Belum lagi, Claire melihat bercak darah yang ditimbulkan monster itu di tanah, berasap dan membuat tanah berlubang. Betapa beracunnya darah monster ini.

Claire memperhitungkan apa yang harus ia lakukan, melawan Hydra bukanlah hal yang pintar. Ia harus memikirkan cara lain. Bertahan adalah satu-satunya cara. Tapi kepala-kepala naga itu mulai menyerang Claire tanpa ampun. Claire terpaksa hanya menghindar, berguling kesana kemari sambil menghindari noda darah yang sudah ada di tanah.

Kini total sebelas kepala naga yang menyerang Claire seorang diri, ia harus mencari tempat bersembunyi. Namun, Claire kesulitan untuk mencapai ke tempat lain karena kepala-kepala naga itu terus menyerangnya. Ia terpaksa hanya berlarian di sektiar tanah di depan naga itu saja, setiap ia berlari ke suatu arah, pasti ada kepala naga yang berusaha menerkam dirinya, menghalangi langkahnya.

Claire sudah hampir kehabisan napas, tapi Leon tidak terlihat dimana-mana. Di saat yang sama, tiga kepala Hydra menyerangnya. Dengan kekuatannya, Clare menahan kepala naga itu menggunakan tombaknya yang ternyata bisa memanjang. Claire menahannya dengan seluruh kekuatannya, tapi Hydra terlalu kuat. Naga itu mendorong Claire hingga kaki Claire mundur dan meninggalkan jejak bergaris di tanah.

“Arggghhhh!!” seru Claire sambil terus menahan. Ia berharap delapan kepala lainnya tidak memutuskan untuk membantu tiga kepala yang sedang menyerangnya ini. Claire ingin mengumpat! Kemana Leon? Jika ia kembali, Claire bersumpah akan membuatnya kesakitan.

Sementara itu, Leon pergi ke dalam hutan di tepi Danau Lerna. Pasti ada api yang bisa ia buat dalam game. Tidak ada game yang tidak memiliki cara untuk menyelesaikan level. Entah di mana api itu. Leon kemudian melihat ranting kayu kering berserakan di tanah. Ada dua batu juga yang tergeletak di tanah. Sebuah kayu obor tergeletak juga di sana.

Leon berjalan untuk mengambilnya, ia tidak menyangka akan semudah ini. Namun, saat ia mendekat tiba-tiba tanah yang gelap itu seolah bergerak. Leon menghentikan langkahnya ketika melihat yang bergerak itu adalah ular-ular. Desisan mereka terdengar sebelum kepala-kepala mereka terangkat. Kumpulan ular cobra berada di atas obor, ranting kayu, serta batu untuk membuat api.

“Damn!” seru Leon. Ini baru level ketiga dalam game, masih ada puluhan level dalam game ini dan ia tidak mau membuang satu nyawanya sekarang. Hanya ada tiga nyawa. Leon tidak ingat ada ular kobra dalam game ini sebelumnya. Kini ia meragukan yang terjadi dalam game ini adalah sebuah bug.

Leon dengan ragu-ragu memegang pedangnya, tapi ia tidak yakin kobra sebanyak ini akan bisa dilawan dengan pedang. Hercules juga bukan dewa yang pandai bermain musik seandainya ada seruling di sini. Leon berpikir sejenak. Tapi tunggu, dia sekarang adalah Hercules, demi god terkuat di bumi. Bukan lagi Adonis yang tampan.

Dalam benaknya, Leon bisa memperhitungkan bagaimana kira-kira ia bisa membunuh ular-ular itu dengan cepat. Sebagian ia tebas dengan pedang, sebagian lagi akan berusaha mematuknya, akan ia tangkap lehernya lalu dilempar jauh ke hutan. Selagi melakukan itu, Leon akan menebas sisanya. Ular-ular itu mulai mendesis lebih kencang seolah menantang Leon untuk berduel.

Leon menghela napas sejenak. Ia kemudian memejamkan matanya dan memulai apa yang telah ia bayangkan. Dengan cepat Leon menebas belasan ekor cobra dengan pedangnya sembari menangkap leher kobra-kobra yang akan mematuknya dengan tangan kiri dan melemparkan mereka kuat-kuat ke hutan. Selagi melakukannya, ia menebas sisa kobra yang juga hendak mematuknya. Cepat dan efektif. Leon berdiri di tempatnya selama beberapa detik, masih tidak percaya ia bisa melakukannya.

Tiba-tiba, Leon mendengar suara teriakan Claire dari kejauhan.

“Gawat!” seru Leon. Ia harus cepat menyalakan api. Leon berlari di antara mayat ular lalu mengambil dua batu itu dan menyalakannya di atas ranting-ranting kering. Api dengan cepat terbentuk di tanah seperti api unggun. Leon mengambil kayu obor lalu menyalakan ujungnya di api unggun kecil itu. Leon kemudian berlari kembali ke tempat Hydra.

“Claire!” serunya.

“Leon!” seru Claire dengan suara tertahan. Punggung Claire kini sudah membentur sebuah batu besar yang ada di tepi danau. Tangannya memegang tombak yang kini semakin panjang dengan kedua tangan. Hydra nampaknya senang mempermainkan Claire. Lima kepala Hydra kini mendorong Claire dan tombaknya, sementara enam kepala lain hanya diam memperhatikan.

Namun, ada saatnya Hydra berhenti bermain-main. Hanya tinggal menunggu waktu kepala-kepala Hydra yang lain akan menggigit kepala Claire hingga putus. Kini kepala-kepala Hydra yang lain mulai merendah ke arah Claire dengan cepat. Leon melompat tinggi dan duduk di atas leher salah satu Hydra. Dengan cepat, ia menebas kepala Hydra itu dengan sebelah tangan lalu membakarnya dengan obor yang ia bawa di tangan kirinya.

Kepala itu tidak tumbuh lagi dan jatuh berdebam ke tanah. Hydra itu mengamuk dan kini kesepuluh kepala yang tersisa menghadap ke arah Leon, meninggalkan Claire. Gadis itu menghela napas lega lalu terduduk di atas tanah.

“Bantu aku, Claire!” seru Leon.

“Aku lelah!” jawab Claire asal. Ia beristirahat sambil bersandar di batu besar itu. Tangannya terasa sangat sakit meskipun ini hanya di dalam permainan video game.

Leon melompat dari leher satu kepala Hydra ke lehernya yang lain. Menebasnya lalu membakarnya dengan cepat.

“Claire! Menyingkir dari sana! Kamu tidak ingin terciprat darah Hydra,” seru Leon.

Hanya tersisa tiga kepala naga lagi. Leon kemudian melompat dan berusaha menyabet tiga kepala itu sekaligus dengan pedangnya. Posisi kepala naga itu sangat dekat dengan Claire, gadis itu pun memaksa dirinya untuk bangkit dan berlari menjauh. Ia bahkan harus melompat-lompat menghindari banyak ceceran darah Hydra di tanah.

“Mati kau!” seru Leon sambil menebas ketiga kepala naga itu sekaligus. Ia membakarnya bersamaan sebelum kepala itu tumbuh lagi. Leon menghela napas panjang setelah berhasil mengalahkan semua kepala Hydra. Mayat Hydra serta kepala-kepalanya yang tergeletak di tanah, juga ceceran darahnya tiba-tiba berkedip-kedip dan menghilang. Claire pun menghela napas lega dan terduduk lelah di tanah.

Level 3 completed.

“Baru level tiga, tapi sudah sesulit ini,” gumam Claire.

“Setidaknya kita masih punya tiga nyawa utuh masing-masing,” jawab Leon sambil terduduk di sebelah Claire.

“Eh, kenapa tidak ada perintah untuk melanjutkan ke level berikutnya?” tanya Claire.

“Entahlah. Tapi jika tidak ada perintah untuk melanjutkan, ini kesempatan untuk kita beristirahat dulu,” jawab Leon lagi.

“Aneh... tapi ya sudahlah, aku terlalu lelah untuk berpikir,” ujar Claire sambil memijit lengannya yang pegal.

“Aku akan mencari tempat yang cukup baik untuk bermalam,” kata Leon lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status