Share

4

Author: Rin da livian
last update Last Updated: 2021-05-02 15:56:17

"Tunggu apa lagi? Ayo naik!" Minuman yang ada di hadapannya sudah habis dalam sekali tegukan.


Rion menepuk wajahnya lalu menunduk, tak habis fikir dengan tingkah teman sekelasnya satu itu, jika menyangkut tentang Sandy, dia akan melakukan apapun dengan semangat empat lima, padahal jika dengan yang lain, dia terlihat biasa saja.


"Na, ubah sifatmu yang seperti itu, tak baik. Jangan sampai ada yang berniat buruk padamu dengan memanfaatkan Sandy yang kamu bahkan tak tau apakah dia suka atau tidak." Ucap Rion sembari memegang bahu Nana yang telah duduk kembali disamping Rion.


Tapi Nana sama sekali tak mendengarkan nasihat Rion.

"Yuk ah, ayo!" Kali ini Nana kembali menarik Rion menuju ke tempat dimana Sandy berada. Kapan lagi bisa bersama dengan Sandy tanpa perlu pusing memikirkan alasannya.


"Akhirnya sampai," Ucap Nana, dia tak mengira bahwa kamar temannya yang satu itu berada di lantai tiga. Dan dia sama sekali tak kuat untuk menaiki tiap anak tangga setelah lantai dua.


Terdengar suara ribut dari balik pintu yang ada di sebelah kanan.


"Disini hanya ada kamarku dan kamar Leon, serta satu kamar mandi. Jadi, kalau pagi ya kita berebutan siapa yang cepat bangun, dia yang lebih dulu mandi."


"Kedengarannya seru tuh tapi ka..." Ucapan Nana menggantung ketika melihat Sandy bersama yang lain sedang bercengkrama.


"Kalian lanjut main aja, aku ngambil cemilan dulu," Saudara kembar Rion keluar dari kamar yang ada dibelakang Nana "Eh, udah dateng, masuk aja, gak apa."


"Na, kamu masuk duluan, aku ada sesuatu sama kakakku satu ini." ucap Rion kemudian mendorong Nana ke dalam kamar dan segera menutupnya.


"Kau udah minta izin buat proyek kita gak ke gadis itu?"


"Waduh, lupa Len!"


"Astaga Rin, momennya susah tau buat bisa ajak dia kesini, mana Sandy susah buat dibujuk dateng. Pokoknya kau harus cari cara!"


Leon meninggalkan Rion yang terpaku sambil menunjuk wajahnya. Dia masih bingung menggunakan alasan apa agar Nana mau melakukannya.


"Na, gak ikutan main?" tanya Rion ketika melihat Nana hanya duduk diatas ranjang sembari melihat Sandy dan Taufik bermain Ps dengan serunya.


Rion sudah duduk disamping Nana.


"Ntar aja ikutannya, mereka keliatan asik banget." Nana ikut tersenyum ketika melihat Sandy tertawa selama bermain game.


"Lagipula, kapan lagi bisa liat Sandy ketawa gitu secara langsung, iya kan?" bisik Rion yang membuat Nana kaget dan langsung bergeser sejauh mungkin hingga terjatuh dari ranjang, membuat semua orang yang ada di ruangan itu berbalik.


"Astaga, Nana, kau gak apa apa? tanya Sandy yang lebih dulu mengangkat Nana.


"Aku terlalu ringan sampe kau ngangkat aku kayak boneka gini?" Ucap Nana dengan wajah sedikit memerah, dia tak pernah sedekat ini, bahkan bersentuhan dengannya pun tak pernah.


"Kau ini kecil, kurus pula, kita semua besar dan tinggi loh!" ucap Rion diselingi tawa.


Rona di wajah Nana semakin terlihat karena komentar Rion barusan.


"Kau sakit Na?" Tanya Rion, yang membuat Sandy melihat ke depan tanpa menurunkan Nana dari pegangannya.


"San, bisa turunin gak? Malu nih." Akhirnya suaranya bisa keluar setelah bersusah payah mengumpulkan suaranya.


"Eh, sori-sori, kau kayak boneka sih, kecil kurus, kayak boneka yang ada di meja sana." ucap Sandy.


Nana melihat ke meja belajar yang ada di sudut dekat jendela. Dan benar saja, ada boneka cantik yang harganya cukup mahal bagi Nana.

Sandy telah menurunkan Nana setelah memperhatikan tubuh Nana ada yang luka atau tidak.


"Itu BJD kan? yang harganya bisa sampe 20an?"


"Ehm, itu sebenarnya tiga puluhan, dipesan khusus soalnya." Rion menjawab dengan wajah tersipu karena ada yang mengenali koleksinya.


Nana langsung menghampiri boneka berambut panjang yang duduk dengan cantiknya dengan gaun biru beserta renda dan banyak lagi aksesoris yang membuat boneka itu terlihat begitu mewah.


"Punyamu Rion?"


"Binggo! itu hadiah dari teman waktu terakhir kali ikut lomba."


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Love life hope   45

    "Aku pakaikan eyeshadow ala korea yah. Kamu ntar pelajari lewat video, banyak kok tutorialnya. Ini gak bakalan terlihat menor juga, malah kayak kesannya natural banget, cerah."Marina memoles eyeshadow berwarna peach, menggunakan eyeliner, dan mascara, dan memoles lipstik yang warnanya sedikit lebih cerah dibanding warna bibir Nana.Lalu menggunakan bedak tabur memakai kuas tebal. Dan sentuhan akhirnya, dia menyemprotkan fixing spray mist."Udah. Kamu udah siap. Yuk kebawah." Ucap Marina.Dia melirik jam. Setengah tujuh pagi. Dia akan mandi jam tujuh nanti, dan bersiap ke kantor."Wah, cantik! Kalau tiap hari kayak gini, Amanda gak bakalan bisa bersaing denganmu." Ucap Rion yang kini sedang mengunyah nasi gorengnya. Mama Rion sedang mengoles selai coklat di roti tawar, dan menaruhnya di piring setelah melipatnya."Hai, cantik. Yuk gabung sarapan." Ucap Rosa dengan wajah sumringah.

  • Love life hope   44

    Alaram ponsel Nana menyala tepat ketika jam menunjukkan pukul empat pagi. Dengan segera dia memaksa dirinya bangun, dan mulai melakukan kegiatan membersihkan rumah. Menyapu, mengepel, dan memeriksa isi kulkas."Ah, sial! Lupa belanja bahan." Keluh Nana.Dia ingin membuat bekal dan sarapan, tapi bahannya sudah jauh dari kata cukup, dan kemarin dia lupa membeli ketika pulang dari tempat Rion.Dan ketika tiba dirumah, dia malah sibuk memperhatikan barang-barang yang dibeli oleh Marina dan akhirnya malah melupakan waktu belanjaannya untuk membuat bekal pesanan Rion."Hah... Maaf Rion, sepertinya hari ini gak bisa bawain kamu bekal." Nana menatap pasrah kulkas tersebut dan menutupnya dengan berat hati. Walau dibuka tutup berulang kali pun, isinya tak akan berubah, tetap sama.Dan akhirnya, dia hanya memasak nasi goreng dan telur ceplok.Setelah mandi dan bersiap, waktu menunjukkan pukul lima pagi.

  • Love life hope   43

    "Aku tau kau menyukai warna tadi, tapi kau tak bisa menggunakannya sekarang, cukup kau pakai milikku atau yg sudah disediakan Rion. Benda-benda dalam kantong yang sedang kamu bawa itu adalah kebutuhan harianmu." Marina menjelaskan ketika sudah berada di dalam mobil. "Tapi kok sampai di traktir sih kak? Ini kan aku jadi gak enak, kesannya malah kayak manfaatin kebaikan kak Mary tau gak sih?" "Gak apa kali Na, duit segitu mah receh, lagian juga itu untuk perkenalan. Bagusnya sih kalau langsung ke dokter spesialis kulit kayak aku sekarang, tapi gak apa deh, pakai produk ringan aja dulu." Celoteh Marina panjang lebar. "Iyah kak, aku ngikutin saran expert saja." "Lapar nih Na, kita singgah di TruExpo yang di depan itu yah." Dan Marina langsung memarkir mobilnya dan membawanya ke lantai tiga. Lantai satu dijadikan tempat parkir untuk para pengunjung, sementara lantai dua adalah supermarket.Tempat makannya beragam, dengan mini

  • Love life hope   42

    "Kamu masih menyukai Sandy?" Tanya Rion ketika baru saja mendaratkan pantatnya di kursi. "Aku masih menyukainya Rin, perasaan ini masih sangat kuat." Nana menjawab tanpa menatap Rion, takut airmatanya tumpah lagi. "Tapi dia selalu menyakitimu Na, bahkan kemarin, dengan santainya dia menggenggam tangan murid baru itu, bahkan dengan sukarela mengajukan diri mengantarnya pulang, padahal ada Taufik yang juga ingin mengantarnya. Sementara kamu malah disuruh jalan. Itu gak adil Nana!" Kali ini Rion sedikit meninggikan suaranya, beruntung hanya mereka berdua yang ada dalam kelas pagi itu, beberapa siswa yang sudah datang memilih menghabiskan waktu diluar kelas. "Sandy itu orang baik Rin, dia hanya ingin mengantarnya karena disini hanya dia yang dipercaya oleh keluarga Amanda." Nana masih berusaba berfikir positif, walau pikiran buruk memang sudah menanggapi sejak awal. "Argh! Aku gak peduli! Bela aja terus pangeranmu." Dan t

  • Love life hope   41

    "Kamu kenapa Rin?" Leon mencegat Rion di pintu ketika melihat saudara kembarnya itu terlihat begitu marah."Gak usah urusin aku kali ini kak." Rion menghempaskan cengkraman tangan Leon dan melangkah dengan penuh tekanan."Saudaramu kenapa tuh?" Tanya Sandy ketika Leon sudah duduk di sampingnya. Amanda dia suruh pindah ke belakang."Biar kutebak. Kau habis chit chat seru sampe cekikikan dengan murid baru ini kan?""Kok tau?" Sandy menatap Leon heran."Karena salah satu alasan yang membuat Rion tak bisa menahan amarahnya adalah membuat Nana menangis. Dan kuyakin, Nana sedang menangis sekarang." Leon masih sibuk dengan buku di hadapannya."Kok bisa gitu?""Karena kamu ketahuan selingkuh, Sandy! Dasar, rumus sekolah doang dimengerti. Ilmu cinta kosong.""Tapi kenapa harus menangis?" Sandy mencoba menggali fakta, apakah Nana membocorkan rahasia mereka atau tidak.

  • Love life hope   40

    Hari ini mereka kedatangan murid baru, seseorang yang membuat Nana cukup iri padanya.Gadis cantik, putih dan terlihat mempesona dengan riasan diwajahnya itu sukses membuat beberapa lelaki di dalam kelasnya langsung terpana dan mengerubungi gadis tersebut ketika istirahat sedang berlangsung."Nana, mau ke kantin atau makan disini?""Makan disini deh, bisa berhemat dikit.""Astaga, tabunganmu masih belum cukup?""Udah cukup kok. Malah udah kebeli."Rion menatapnya penuh tanya, wajahnya seakan membuat tanda tanya besar."Seriusan deh, kamu beli apaan?"Nana mengeluarkan sesuatu dari tasnya."Oh, ipad apple toh.""Aku dapet murah, kebetulan ada diskon, dan uang yang kutabung pas dengan harganya, ya masih ada lebih ya dikit sih.""Kamu kok gak bilang, kamu dapet harga berapaan?""Main di angka delapan belas." Nana menundukkan wajahnya, dia malu untu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status