Share

Bab 7

Setelah dua puluh menit akhirnya mereka sampai di tempat latihan balet Kim. Harry memberi saran supaya Kim mau bergabung dengan kawan-kawannya yang lain untuk berlatih balet. Tentu saja Kim menolak, namun setelah perdebatan panjang mereka Kim akhirnya setuju. Ya, dia butuh patner dan teman juga.

Sebenarnya Kim punya teman, namanya Sandra Lee. Wanita campuran Asia yang menyukai balet juga. Dengan jarak 3 meter dari bangku mereka banyak yang memperhatikan Kim sedang bercakap-cakap dengan pemuda tampan dan keren. Kehadiran Harry menarik perhatian kaum hawa di tempat itu.

Harry yang sedang asyik mengobrol dengan Kim tiba-tiba dihampiri Megan yang tersenyum pada Harry dan pemuda itu membalas senyumnya.

"Hai Harry. Aku kira kau tidak akan ke tempat seperti ini," Ucap Megan dengan senyum menggoda. Ia tersenyum senang memandang wajah Harry yang cerah.

"Waktuku kosong, tak apa menemani Kim." Jawab Harry.

Kim yang melihat Megan ingin menggoda Harry memasang wajah jutek. "Kenapa ya ada orang yang selalu saja mengganggu."

Megan berdecak. "Kenapa kau sewot? Aku datang untuk Harry." Ujarnya. Lalu dia duduk di tengah-tengah Kim dan Harry memaksa. Sontak Kim mendorongnya tapi Harry dengan sigap menahan tubuh Megan agar tidak jatuh.

"Kim, you crazy?!" Bisa-bisanya Harry menolong Megan dan membentaknya.

Sumpah Kim kesal atas sikap Harry. Dia duduk memunggungi Harry dan Megan. Dari arah depan teman Kim menghampiri dengan wajah terpesona melihat Harry.

"Kim... Aku kaget melihatmu ada di sini bersama kami," ujar Sandra menyentuh bahu Kim dari belakang. "Kenalkan padaku, pria yang bersamamu dari tadi," bisik Sandra. Melihat postur atlentis dan wajah tampan Harry Sandra langsung terpikat. Ya... sayangnya Harry bukan tipe ramah senyum. Lupakan, begini saja dia cukup menggoda.

"Aku sarankan jangan. Harry punya sifat yang aneh." Balasnya berbisik.

"Aneh tak apa yang penting tampan."

Mendengar itu Kim geram juga pada Sandra. Dia menoleh pada Harry. "Harry," panggil Kim malas. "Kenalkan ini Sandra temanku." Ucapnya. Sandra dengan tidak tahu malu menjulurkan tangannya.

"Harry--"

"Aku tahu. Semua media memasang wajah Harry," ucap Sandra dengan mata terkagum. Sandra tidak mau melepaskan tangan Harry, dia terus menatap pemuda tampan itu. Membuat Kim jengah begitu juga Megan yang berusaha mendekati Harry.

"Lihatkan aku punya teman," ujar Kim pada Harry. Sandra cantik, walaupun sedikit centil. Setidaknya dia tidak seperti Megan yang angkuh dan banyak gaya.

"Hanya satu." Megan mengingatkan. Kim berdecak tak perduli.

"Senang berkenalan dengan kalian." Suara Harry berat dan terdengar seksi di telinga kaum hawa.

"Tampan sekali. Sangat tampan." Ujar Sandra. Beberapa anak lain ikut menyalam Harry tidak mau ketinggalan.

Tidak lama bunyi suara musik terdengar, instruktur mereka bertepuk tangan tanda mereka berkumpul. Megan dan Sandra berlari ke arah tengah, sebelum pergi mereka menyempatkan diri tersenyum pada Harry. Senyum penuh pengharapan. Sebagian sudah berbaris di depan Mrs. Veronika.

"Kenapa wajahmu cemberut seperti itu?" Harry mengelus pipi yang ada tahi lalat Kim.

"Kau menemaniku ke sini pasti berniat tebar pesona, kan? Kau tahu tempat ini penuh dengan wanita berbaju ketat, itu kenapa kau menyuruhku latihan bersama mereka."

Harry mengedarkan pandangan pada teman-teman Kim yang berbaju ballet.  Siapa yang tidak suka dengan wanita cantik yang menari bak angsa cantik. Kim mencubit lengan Harry dengan ekpresi marah.

"Jangan antar aku lagi jika niatmu ingin memanjakan mata."

"Memangnya salah? Lagipula kau yang meminta kutemani kan." Ucap Harry. Kim sangat posesif bila Harry di dekat wanita. Melihat Kim berwajah kesal, Harry semakin ingin menggodanya. "Kau lihat instruktur kalian itu. Sangat cantik dan tubuhnya seksi," bisik Harry. Mengalihkan matanya pada Veronika, gadis itu dari tadi melihat padanya.

"Dia jelek!" Kata Kim keras.

"Pelankan suaramu, Kimi.

"Kim!" teriak Sandra dari barisannya. Kim menoleh sebentar melihat Sandra, ia tidak suka Harry bicara pada orang lain karena ia merasa dilupakan.

"Pergilah, jangan tekuk wajah nanti terlihat kusut." Harry mengelus puncak rambut Kim lembut. "Jangan berpikir aneh-aneh. Tidak ada satu pun temanmu yang menarik perhatianku." Ucapnya.

Kim malah mengerutkan wajahnya. "Apa kau tidak normal?" Kim pura-pura bergidik, membuat Harry berdecak kesal. "Jangan kemana-mana tunggu aku." Kim berlari dengan kostum leotardnya memberi pemandangan tersendiri di mata Harry.

Harry Zayn adalah pria yang sangat tampan. Sosoknya sangat maskulin dan gagah. Siapa pun wanita yang memandangnya akan terpesona. Sikapnya yang dingin dan datar membuat banyak wanita semakin penasaran. Kim jadi bertanya-tanya bagaimana Harry di kampusnya, di sini saja teman-teman Kim sangat menggilai Harry.

"Kenapa kau lama sekali, Kim? Apa yang kalian bicarakan, apakah kakakmu menyebut namaku?" ucap Sandra di cela pergerakannya.

"Katanya kau terlihat gemuk dengan pakaian leotard itu." Ujar Kim. "Jangan dimasukkan ke hati Sandra, Harry suka asal berbicara." Kim berharap setelah ini Sandra berhenti menggoda Harry.

"Kakakmu benar Kim, aku juga merasa baju ini mulai sempit." Sandra menekuk wajahnya. "Dimana dia kuliah? Nanti saat aku masuk kuliah aku mau kuliah di tempat yang sama dengan Harry."

Kim tercengang mendengar balasan Sandra. Kemudian matanya melihat Harry yang berjalan keluar aula, mungkin dia bosan.

🌹🌹🌹

"Kau terlalu memanjakan dia," suara Martin terdengar menyebalkan di telinganya, dan sekarang Harry menyesal mengangkat telponnya. "Aku yakin kau seperti robot menatap gadis-gadis belia itu tanpa bisa menyentuh. Kau bodoh Harry! Harusnya kau ikut denganku."

"Kau tidak akan mendapatkan wanita jika terus di dekat adikmu itu. Hari-harimu akan suram Harry."

Harry duduk di bangku yang berada di belakang gedung. Taman itu sepi membuat Harry tenang menghisap rokoknya sambil mendengar celotehan Martin tanpa berniat menjawabnya. Selalu saja Martin protes jika tahu ia selalu menemani Kim kemanapun. Martin belum pernah bertemu Kim, kalau saja pernah Martin akan berhenti mencelap Kim-nya. Tapi Harry tidak akan membuat mereka bertemu, sumpah ia tidak akan rela Kim di tatap mata mesum itu.

"Kapan kau kembali?" tanya Martin.

"Belum tahu."

"Ayolah Harry! Jangan buang-buang waktumu di sana. Di sini banyak wanita yang sedang menunggumu, mereka akan memberikan apa pun untukmu." Ucap dari seberang. "Aku kesepian kalau kau tidak ada di asrama."

"Berhentilah bicara hal aneh Martin." Gerutu Harry sambil menghisap rokoknya.

Martin teman satu asrama dan satu kampus. Mereka teman satu genk nongkrong dan suka balapan liar bersama. Martin terlihat normal dengan catatan suka meniduri wanita yang berkencan bersamanya. Tetapi jika Harry tidak ada dia seperti kehilangan soulmate-nya.

"Aku serius Harry. Cepat pulang, Genk DARK menantang kita balap liar minggu depan. Aku dan yang lain sudah menyetujuinya." Kata Martin dengan nada serius.

Hening.

Harry belum puas lagi menghabiskan waktunya bersama Kim. Dia terus mendengarkan suara Martin tapi pikirannya pada Kim-nya. Tanpa dia sadari wanita itu kini telah berada di dekatnya dengan dahi mengkerut.

"Harry, kau punya kehidupan sendiri. Lakukan apa yang kau mau." Ujar Martin.

"Harry? Kau menelpon siapa?"

Suara Kim terdengar di belakang Harry. Pemuda itu dengan santai mematikan rokoknya di tanah dan tersenyum pada Kim. Menatap wanita itu seperti seorang pria pada wanita.

"Suara siapa itu? Kim kah? Dia selalu mengganggu-mu, Man?"

"Kim! Kau tahu aku di sini?" Suara Harry lembut. Ekpresinya berubah saat melihat wajah Kim-nya, berbinar dan tersenyum.

"Dia pacarmu? Tapi suaranya seperti laki-laki." Kim menaikkan satu alisnya mendengar suara itu. Harry tergelak dan memutuskan pangggilan ponsel-nya begitu saja.

"Populasi wanita belum punah, Kim. Hingga aku harus berpacaran dengan pria," ujar Harry seraya mencubit hidung mancung Kim. Kulitnya begitu halus. Membuat aliran darah Harry seperti tersengat listrik.

"Siapa yang tahu, kau kan tidak pernah menceritakan pacarmu," Kata Kim, tangannya mengusap hidungnya. "Jangan menyentuhku jika tanganmu bau rokok! BAU!"

Harry tertawa, Kim membuka tasnya dan mengambil tisu basah lalu mengelap tangan Harry dengan tisu basah, sesekali ia mengendus seperti anjing pada tangan Harry. Setelah merasa aroma rokok hilang ia menghentikan kegiatannya.

"Bagaimana kalau kau dapat pacar perokok?" tanya Harry iseng.

"Aku tidak akan berciuman dengannya. Aku suka bau mint yang segar. Jadi aku akan standby banyak permen di tasku, kalau keadaan urgent," jawab Kim santai. Harry terdiam, pembicaraan yang melukai hatinya.

"Harry kau dengar?"

"Ya, aku dengar. Tidak ada pria yang tidak merokok Kim," ujar Harry.

"Ada," jawab Kim. "Sean Kingston, dia tetangga kita. Cowok paling tampan seantero ini. Aku harap kau akan mengenalnya. Aku pernah melihatnya di belakang sekolah dengan teman-temannya. Di saat yang lain merokok dan minum dia tidak."

Harry mengetatkan rahangnya, menatap mata biru-hijau itu berbinar menyebut nama Sean Kingston.

"Kau berciuman dengannya?" Tanya Harry.

Kim menggeleng. "Aku belum pernah berciuman dengan siapa pun." Harry tersenyum mendengar jawaban Kim. Angin yang berhembus meniup rambut Kim. Dengan lembut Harry merapikan rambut Kim.

"Kau tidak mau mencari tahu bagaimana rasa ciuman?" Kata Harry. Kim melihatnya tanpa ekpresi. "Itu seperti memberi nafas buatan. Mau coba?"

Benarkah seperti memberikan CPR? Tapi teman-temannya bercerita hal ciuman mereka seperti magnet yang ingin terus menempel. Kalau di lihat dari gugupnya, Harry yakin Kim terpengaruh dengan ucapannya. Sebelum kembali ke asrama Harry ingin menyentuh bibir Kim untuk kenang-kenangan.  Jemari Harry menyentuh bibir bawah Kim dengan lembut.

"Ini adalah pelajaran untukmu, agar kau tidak terlihat bodoh nanti saat berciuman."

Kim bingung lalu bertanya. "Bagaimana rasanya?"

"Tidak bisa menjelaskannya. Kau harus merasakan sendiri agar bisa berekspetasi." Ucap Harry sambil ibu jarinya memainkan bibir Kim secara sensual. Kim meneguk ludahnya, dia merasa di posisi yang tidak bisa menolak karena Harry terus menyentuh bibirnya. Memaksa untuk masuk ke mulut Kim menyentuh lidahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status