Share

BAB ENAM  Fond memories

Aloha, Baby's!

Mr. & Mrs. Player update! 

Find me on: 

@r_quella99

@girlsknight.official 

Jangan lupa Bintang 🌟 kecil+penuhin in-line komentar, ya 👍

🔹🔹🔹

BAB ENAM

 Fond memories

Arabella mengembuskan napas dengan senyum lebar yang terpantri di wajahnya. Ia mengangkat gaun indah nan lucu yang baru saja selesai ia kerjakan dan menatapnya puas. Ulang tahun Kylie dirayakan di pulau pribadi milik Stevano dan hanya dihadiri kerabat dekat mengingat pesta acaranya mulai dari pagi sampai malam, menginap di sana seraya liburan. Bukankah itu menyenangkan?

Beberapa kali Arabella sempat berpikir untuk membeli hadiah tetapi ketika dipikir kembali, dia adalah seorang desainer. Lalu, kenapa ia tidak memberi hadiah yang memiliki kesan daripada mewah. Dan akhirnya, Arabella memilih untuk membuatkannya gaun, merancang dan menjahitnya sendiri. Dia yakin kalau si judes Kylie pasti menyukainya.

Arabella menatanya dalam kotak persegi berwarna pastel dan menaruhnya ke dalam paper bag. Selesai mengemas, Arabella melirik jam yang melingkar di tangannya dan tersenyum begitu menyadari waktu dengan cepat berlalu. Dia memiliki janji dengan Erlan di kelab kemudian ia mulai bersiap dan beranjak pergi menggunakan taksi karena hari ini dia tidak membawa mobil.

Sampai di sana Arabella mengedarkan pandangannya dan tersenyum begitu Erlan mengangkat tangannya tinggi. Arabella mendekatinya, mengambil duduk di sampingnya. "Maaf terlambat."

Erlan tersenyum manis hingga lesung pipitnya terlihat jelas. "It's okay. Aku tahu kau bukan wanita yang cukup senggang, Ara." balasnya sambil mengangkat gelasnya, mengajaknya bersulang.

Arabella menerimanya dengan senyuman menawan yang masih setia menghiasi bibir merahnya. "Kau mengertiku dengan baik, Er."

Mereka saling mengobrol santai sebelum akhirnya Erlan mengajaknya turun ke lantai dansa. Menari di sana sambil bernyanyi riang mengikuti musik. Dari segala hal, ini adalah kegiatan yang disukainya. Menari sambil mabuk dan melakukan aksinya—menggoda pria-prianya.

Lengan Erlan merambat di sisi tubuhnya sementara wajahnya semakin mendekat, hendak mencium Arabella sebelum Arabella mengalihkan atensi hingga bibir Erlan mendarat di pipinya.

"Why?"

Arabella menatapnya sambil tersenyum. Kenapa ketika Erlan hendak menciumnya, bayangan Keenan di malam itu malah menghentikannya? Memang sejak Keenan mengantar Arabella dua hari lalu sampai sekarang mereka belum bertemu lagi. Tetapi ... Kenapa harus bibir Keenan yang terekam jelas dalam ingatannya?

"Ara?" panggil Erlan membuatnya tersadar.

Arabella mengulum bibir sambil melepaskan tangan Erlan darinya dan pergi meninggalkan kerumunan di sana.

Erlan mengikutinya tanpa Arabella sadari. Memperhatikan sekeliling dan menyadari seseorang mengikuti Arabella di kejauhan. Melihat itu Erlan melaju lebih cepat dan menarik tangan Arabella di antara mobil-mobil di parkiran. Detik setelahnya suara tembakan bertubi menggema di udara.

Arabella sempat terkejut ketika Erlan menariknya tetapi setelah itu Arabella melengkungkan bibir. Seseorang menargetkannya. Well, mereka salah mencari lawan.

"Are you okay, Ara?" tanya Erlan sirat kecemasan yang sangat kentara.

Sebenernya Arabella hampir saja tersenyum geli mendapat tatapan mengkhawatirkan darinya. Dia Arabella Alison. Masalah semacam ini sudah menjadi mainannya tetapi seseorang bertindak seolah Arabella wanita lemah. "I'm fine. Bagaimana kau tahu mereka mengikutiku?"

Erlan mengintip dari balik kaca mobil lalu berganti melihatnya. "Aku melihat bayangannya." Erlan kemudian memberinya kunci mobil hingga Arabella hanya menatapnya dengan tatapan tidak mengertinya. "Pulanglah dengan mobilku. Biar aku mengalihkan mereka."

Kening Arabella mengernyit, menggeleng tidak setuju. "Terlalu berbahaya. Kita bisa melakukannya bersama."

"No, Ara. Terlalu berbahaya untukmu."

Derap langkah mulai mendekati mereka. Erlan meminta Arabella segera pergi lewat tatapannya sementara dia sudah keluar dari persembunyiannya —menghadapi orang-orang itu hingga suara perkelahian mulai terdengar, saling memukul dan menendang secara bergantian.

Arabella sempat berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Sebenarnya ia bisa saja menghabisi mereka dengan mudah tetapi kalau seseorang ingin membuktikan kemampuannya kenapa ia tidak memberinya kesempatan? Ah, okay ... Untuk semalam saja biarkan orang lain memainkan perannya. Lagi pula dia juga lelah.

Lalu, Arabella mengendik—memasuki mobil dan pergi dari sana. Mobil Lamborghini veneno hitam membelah jalanan kota. Melewati beberapa toko yang sudah mulai tutup karena waktu sudah semakin larut. Hampir tengah malam.

Arabella menepikan mobil di pinggiran jembatan dan turun dari sana. Pemandangan kota di malam hari memang terasa lebih indah apalagi di temani kesunyian malam yang terasa menenangkan ini. Arabella duduk di kap mobil sambil menatap jauh di sana. Entah mengapa tiba-tiba Arabella sering kali memikirkan Keenan. Hanya beberapa kali pertemuan dan lelaki itu sanggup mengecoh pikirannya? Oh, astaga ... Bahkan, pesta pernikahan dua pengkhianat di hidupnya saja terkalahkan dengan seorang Keenan Maxfield.

Ada apa dengan dirinya sebenarnya?

Arabella mengeluarkan bungkus rokok dari dalam tasnya, membakar ujungnya dan menyelipkannya di antara bibir, mengisapnya nikmat dan mengembuskan asapnya perlahan. Tampak menikmatinya.

Malam makin larut begitu Arabella menyadari kehadiran seseorang di sampingnya dan sempat membuatnya terkejut. Ia mencebik mendapati Keenan duduk di sebelahnya sambil memandangnya dengan tatapan yang sulit dimengerti.

Jemari kasar Keenan meraih bungkus rokok Arabella dan mengambil isinya—mengapitnya di antara bibir dan mengarahkannya ke ujung rokok Arabella yang menyala.

Terlalu dekat. Di tatap sedalam ini membuat Arabella tanpa sadar menahan napas.

"Bernapas, Baby." kekeh Keenan sambil mengembuskan asap rokoknya perlahan. Tatapan lelaki itu mengunci pandangan Arabella, menatapnya lekat-lekat.

Arabella buru-buru mengalihkan pandangannya. Terlalu berbahaya. Seorang Keenan sejak awal memang bukan seorang yang bisa dengan mudah dia baca. Hal itu menjadi salah satu alasan dia tidak menyukai kehadiran Keenan yang tidak terduga.

"Bagaimana kau tahu aku di sini?" tanya Arabella tanpa menoleh ke arahnya.

"Hanya menebak."

Arabella mencebik, memutar bola matanya malas. Menatapnya bosan. "Itu bukan jawaban, Maxfield." katanya sambil mengisap rokoknya sendiri.

Jeda sejenak, Keenan menatap Arabella dalam—seakan tatapannya dapat menembus diri Arabella. Gurat wajahnya terlihat lelah lengkap dengan kantung matanya yang menghitam. Nampak kurang tidur. Keenan mengembuskan asap rokoknya ke depan wajah Arabella hingga perempuan itu terbatuk.

Arabella mengumpat sambil mengibas tangannya menghilangkan kepulan asap rokok itu menjauh darinya. "Sialan kau, Ken!" sentaknya dengan wajah memerah.

Keenan menarik bibir, membentuk senyuman. Ia mendekatkan wajahnya dan berbisik tepat di depan bibir Arabella. "Apa kau tahu itu berbahaya, Baby?"

Arabella menaikkan alis. "Apa?"

"Yang kau hirup."

Arabella balas menatap Keenan meremehkan. Jauh berbanding dengan tubuhnya yang gugup berada sedekat ini dengannya, hanya beberapa inchi lagi bibir mereka hampir saling bersentuhan. "Bukankah kau juga menghirupnya, Sir?" balasnya berbisik.

Keenan tersenyum, menjauhkan sedikit wajahnya sambil terus mengunci tatapan Arabella. Tidak membiarkan dia mengalihkan atensi. "Karena aku melihatmu melakukannya."

"Kau memiliki pilihan untuk mengabaikanku."

"Setelah aku melihatanya di depan mataku?"

Arabella mendorong Keenan menjauhinya, mendengkus. "Kau mengatakannya seolah kau bukan perokok saja." cibirnya.

Keenan menarik senyum, mengendikkan bahunya. "Aku memang bukan perokok aktif."

"Bullshit!"

"Aku hanya merokok sesekali. Dan ketika melihatmu, apa aku harus membiarkanmu, Baby?"

"Apa pedulimu?" dengkusnya.

Keenan mengembuskan asap rokoknya dan membiarkannya mengudara hingga lama-kelamaan mulai menghilang. "... Hanya mengingatkan."

Keheningan membentang di antara mereka. Tidak ada yang bersuara selain hembusan angin yang berderak di sekitar keduanya. Setelahnya, Keenan membuang rokoknya, menginjak apinya kemudian meraih kunci mobil di samping Arabella dan masuk di bangku kemudi. "Masuklah, Ara."

Arabella hanya mengangkat satu alisnya tetapi tetap mengikuti instruksi Keenan, duduk di samping kemudi setelah membuang rokoknya sendiri. "Ke mana?" tanyanya begitu mobil mulai melaju.

Keenan hanya tersenyum tampan tanpa menjawab pertanyaannya. Sudah biasa, Arabella hampir hapal dengan kebiasaan Keenan yang satu itu. Ia mendengkus, mengalihkan pandangan sambil sesekali mencuri pandang ke arah Keenan yang tampak menawan: jeans hitam dengan kaos polos berwarna senada yang membungkus otot-otot dada dan perut Keenan yang tercetak jelas lengkap dengan jaket denim yang menyempurnakan penampilannya. Oh, Shit! Hanya dengan pakaian santai dan lelaki itu sudah terlihat sangat memesona?

Keenan Maxfield benar-benar pesona yang sulit ia hindari. Tunggu ... Sejak kapan dia menganggumi lelaki itu?!

Arabella menggelengkan kepala beberapa kali seolah ingin menyingkirkan bayangan sempurna Keenan dari kepalanya. Tidak boleh, selain tidak terduga, berada di dekat Keenan menjadi sangat berbahaya. Ketika mobil yang mereka tumpangi memasuki kawasan yang tidak Arabella ketahui, ia lalu menoleh ke arah Keenan. "Sebenarnya ke mana kau akan membawaku, Ken?"

"Kau akan mengetahuinya, Ara." jawabnya santai sambil mengerling padanya.

Astaga ... Ini bahkan sudah hampir jam satu pagi dan lelaki itu masih ingin bermain-main dengannya?

"Keenan max—"

"Sampai."

Ucapan Keenan sontak menginterupsi protesan Arabella. Dia mengalihkan pandangan ke luar jendela. Pantai? Untuk apa Keenan membawanya kemari? Belum sempat bertanya Keenan lebih dulu keluar dari mobil dan meninggalkannya.

Lelaki itu benar-benar...

Arabella mencebik kesal, keluar mengikuti Keenan yang sudah berjalan cukup jauh darinya. "Tunggu, Ken!" Arabella berhenti sejenak, melepaskan sepatunya kemudian berlari kecil menyusul Keenan yang sama sekali tidak berniat menunggunya. Menyebalkan!

Cukup jauh Arabella berlari hingga akhirnya ia sampai di tepi pantai dengan napas tersenggal. Kakinya lelah harus berlari tanpa alas kaki. Untung saja pasirnya lembut hingga tidak melukai kaki mulusnya. Kalau sampai terluka maka Keenan harus bertanggung jawab atas lukanya. Sialan memang!

Keenan memasukkan kedua tangan ke saku celana sambil memandang jauh ke depan sana. Melihat itu Arabella mencebik sebelum kemudian melemparkan sebelah sepatunya hingga mengenai punggung Keenan. "Akh!”

"Rasakan! Itu karena kau membuatku harus berlari tanpa alas kaki!" gerutu Arabella dengan bibir yang mengerucut sambil memelotot padanya.

Senyum Keenan tersungging di antara bibirnya. Ia menggeleng pelan sambil menatap Arabella dengan binar geli yang sangat kentara. Apalagi setelah itu Arabella malah mendekat ke bibir pantai dan membiarkan kakinya basah tersapu deburan ombak yang pasang-surut. Keenan mendekatinya, meraih tangan Arabella dan membawanya menyusuri bibir pantai dengan jemari yang saling bertautan.

Angin malam di tambah suara ombak yang memenuhi sepertiga malam ini membuat suasana terasa lebih menenangkan sekaligus membuatnya nyaman. Mereka saling mengobrol ringan, tampak seperti teman setelah banyaknya pertikaian yang sering terjadi, hingga mereka sampai di bebatuan besar. Keenan membantu Arabella naik dan mengambil duduk di atas bebatuan itu.

Damai. Benar-benar menyenangkan di sini. Arabella menutup mata, merasakan ketenangan sekaligus kebebasan yang selama ini dia cari. Menikmatinya dengan mata terpejam.

"Kau suka?"

Arabella mengangguk seraya menyunggingkan senyum tulusnya. "Hm." gumamnya puas.

Keheningan membentang di antara mereka. Sejenak ketegangan dan kekhawatiranya menguap begitu saja. Tidak ada yang bersuara, hanya suara ombak dan angin berembus yang memenuhi mereka.

Arabella membuka mata, merasa dingin begitu terpaan udara malam yang lama kelamaan menerpa kulit telanjangnya. Keenan menyadarinya, perlahan ia menidurkan dirinya sambil merentangkan sebelah tangannya, meraih Arabella untuk tidur di atas lengannya. Awalnya Arabella menolak tetapi bukan Keenan namanya kalau tidak bisa membuat Arabella menurutinya.

"Aku tidak akan menyentuhmu kalau itu yang kau takutkan." katanya kemudian menarik Arabella lebih dekat.

Arabella hanya mendengkus, tidak peduli. Mereka tiduran di atas bebatuan besar ini sambil menatap langit pekat dengan bintang yang mulai bergantian menghilang perlahan.

"Kau baru saja menggambarkan dirimu dengan baik, Ken."

"Hm?"

Senyum Arabella menghiasi wajahnya. "Bebas dan tidak beraturan." Arabella mencebik geli. "Well, lihatlah jam berapa sekarang?" katanya tidak percaya mereka berada di sini—disepertiga malam.

Benar-benar sesuatu yang tidak pernah terduga.

"Aku tidak peduli waktu. Mereka terlalu berprinsip."

"Kau tidak suka sesuatu yang berprinsip?"

Keenan mengendik. "Prinsip hanya menghalangi pergerakan seseorang. Aku berjiwa bebas tapi bukan berarti aku tidak menyukai segala yang berprinsip." katanya seraya membungkus tubuh Arabella menggunakan jaketnya.

Arabella terlalu lelah untuk menanggapi Keenan lebih jauh. Dia bahkan membiarkan Keenan memeluknya. Alih-alih menolak, ia malah menikmati bagaimana jemari Keenan mengusap lembut punggungnya—menghantarkan kenyamanan hingga dia mulai mengantuk dan akhirnya benar-benar terlelap.

Di bawah langit tanpa penghalang ditemani deburan ombak sebagai alunan penghantar tidur, saling memeluk dengan mata terpejam. Untuk malam ini biarkan ingatan mereka merekam sesuatu yang mungkin akan sulit mereka lupakan. Di pantai ini ... Batu karang dengan banyaknya pepohonan di sekitarnya menjadi saksi bisu kedekatan mereka yang pasif.

HOPE YOU LIKE! 

Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian, mohon untuk selalu support aku terus. Dengan cara like, coment and follow Ya!

Biar makin greget .. Ajak juga teman-temanmu, saudara, pacar, tetangga, kenalan atau bahkan mantanmu untuk baca babang Ken dan qaqa Ara. Sekalian juga kalian bisa share ke w*, i* story, F******k, Twitter ataupun postingan kalian yang lain. Ajak mereka join bareng kamu disini!

Sebelumnya Aku ucapkan terima kasih sangat atas partisipasi dan keikhlasan klean klean klean semua. 

TANGKYUUU and LOVE U Baby's 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status