Share

BAB TUJUH I'm not your bitch

Aloha, Baby's!

Mr. & Mrs. Player update! 

Find me on: 

@r_quella99

@girlsknight.official 

Jangan lupa Bintang 🌟 kecil+penuhin in-line komentar, ya 👍

🔹🔹🔹

BAB TUJUH

I'm not your bitch

Arabella mengerjap ketika usapan halus di wajahnya terus mengusik tidurnya. Arabella lelah, dirinya masih mengantuk. Erangan protes meluncur mulus dari bibirnya. Dan seharusnya semua orang sudah tahu kalau dia benci di ganggu di pagi hari. Menyebalkan!

Sayangnya, sentuhan itu makin lama semakin mengusiknya, apalagi ketika jemari kasar seseorang membelai bibirnya yang terbuka. Oh, shit! Siapa yang mengganggunya sepagi ini!

"Bangun, Ara...."

Suara ini...

Sedetik setelahnya Arabella merasa bagaikan disiram air dingin begitu ia membuka mata dan mengumpat ketika mengingat semalam dia dan Keenan tidur di atas bebatuan. Tetapi, kenapa ketika terjaga bisa ada selimut juga ... Dirinya di dalam kamar?

"Aku di mana?" tanya Arabella bersandar pada headboard. Mata birunya masih mengerjap sambil sesekali menguap. Lalu, pandangan Arabella mengedar memperhatikan sekelilingnya. Kamarnya cukup luas dan mewah. Pandangan Arabella jatuh pada Keenan yang sudah duduk di sana sambil membaca iPadnya di temani segelas kopi di atas meja.

Lelaki itu tampak segar dengan setelan santainya. Celana jeans, kaos putih polos dilapisi jaket boomber seperti jaket anak motor. Well, selera Keenan cukup manly dan membuatnya terlihat lebih tampan ketimbang menggunakan setelan jas dan celana bahannya.

"Menikmati pemandangan, huh?" kekeh Keenan mengalihkan atensi pada Arabella sepenuhnya. Lelaki itu menggerakkan tanganya meminta Arabella mendekat.

Arabella turun sambil mendengkus. "Apa yang bisa kukagumi darimu, Bastard? Kau tidak lebih baik dari pria-priaku." katanya kemudian duduk di depan Keenan yang terhalangi meja.

"Oh, benarkah?"

"Tentu saja." jawabnya meyakinkan.

Keenan menarik bibir, tersenyum geli. "Tapi kau melupakan sesuatu, Ara."

Arabella mengangkat satu alisnya. "Hm?"

"Kau tidak pernah tidur dengan mereka. Tapi dengan lelaki yang kau sebut bastard ini, sudah berapa kali kau terbangun dengan ada aku di sisimu?"

Ini bukan pertanyaan melainkan pernyataan. Sialan! Arabella bahkan tidak mengingat kalau dirinya yang memberi peraturan untuk tidak ada tidur selama berkencan. Oh, shit! Lagi-lagi Keenan Maxfield kembali merubuhkan pertahanan dirinya. Melanggar ketentuan yang selama ini dia bentangkan untuk semua pria.

Ada apa dengan dirinya?

Arabella baru hendak angkat bicara sebelum seorang wanita berseragam pramugari menghampiri mereka. Mata biru Arabella tidak teralih begitu memperhatikan penampilan wanita itu. Dua kancing atasnya terbuka sekaligus memampangkan belahan dadanya yang ketat dan Arabella tahu dia sengaja.

Wanita yang tidak Arabella tahu namanya itu menyajikan beberapa jenis sarapan beserta minuman di atas meja. Ketika wanita itu merunduk, terang-terangan Arabella dapat melihat kalau wanita itu sengaja menggoda Keenan tapi lelaki itu sama sekali tidak meliriknya. Oh, ayolah ... Dia yang player saja tidak pernah berlaku sampai seperti itu tetapi wanita pramugari ini kenapa bertindak layaknya jalang sungguhan?

Wait ... Pramugari?

Arabella kemudian meyingkap tirai di sampingnya dan mengangga ketika melihat gumpalan awan putih dari balik kaca jendela.

Astaga ... Dia ada di udara?

Mereka benar berada di pesawat sekarang?

Bagaimana mungkin?

"Ken, kau tidak berniat menculikku, ‘kan?" Arabella bertanya dengan wajah bodoh. Nada suaranya menuduh lengkap dengan delikan tajam yang sengaja ia perlihatkan dalam menuntut jawaban.

Sialnya Keenan malah menarik bibir, sama sekali tidak terpengaruh oleh tatapannya sekaligus menatapnya dengan senyum meremehkan yang sangat kentara. "Menculikmu? Bagian tubuh bagian mana yang bisa kunikmati, Baby? Terlalu kecil." katanya terang-terangan.

Mata Arabella membola mendengar pertanyaan sirat ejekan itu. "Terlalu kecil katamu? Heh! Kalau tidak salah ingat kau bahkan pernah tertarik denganku ketika di pesta topeng. Jangan berkata seolah kau tidak tertarik menyentuhnya, Bastard!"

"Tidak lagi ketika kau menolakku." seringai Keenan tersungging, penuh ejekan. "Sejak saat itu aku menganggapmu bukan apa-apa."

Arabella menarik senyum, balas menyeringai. "Benarkah?" katanya dengan suara ditarik-tarik.

Kemudian Arabella beranjak dan mendekati Keenan. Mengambil duduk di pangkuannya seraya menjalankan jari-jarinya di sekitar pundak lalu naik ke rahangnya, mengelus lembut di sana seakan benar-benar menggodanya.

Alih-alih menyingkirkannya, Keenan malah bersandar santai ke belakang, terang-terangan memberitahunya kalau dia menikmati permainan yang ia lakukan. Sialan! Seharusnya Arabella tidak perlu ragu akan hal itu mengingat bagaimana tabiat keberengsekan seorang Keenan. "Jangan menantangku Ken." bisiknya beberapa inchi dari bibirnya.

"Aku suka tantangan," katanya santai sementara kilatan matanya berpendar penuh ketertarikan.

Arabella mengecup ringan bibir Keenan, tertantang sekaligus menguji dirinya sendiri. Sejauh mana dia akan bertindak dan sejauh mana Keenan sanggup menahannya. Jawaban dari pertanyaannya tidak berlangsung lama begitu dia menyadari kalau jemarinya sudah lambat dan bergerilya lebih berani, sentuhannya bergerak turun, penuh tekad dan semakin ke bawah—Mengusap otot dadanya kemudian turun lagi melintasi perut hingga sampai di sana dan mengelusnya.

Berengsek! Ketika Arabella mengintip Keenan dari balik bulu matanya, dengan jelas ia melihat mata cokelat Keenan berkabut, ia terangsang. Oh, boy...

Tangan Keenan tidak tinggal diam. Satu tangannya menahan pinggang Arabella dan satunya lagi mengelus rahangnya, merambat ke atas kemudian membelai bibir merah mudanya yang merekah tanpa polesan lipstik.

"Kau menikmatinya, Ken...." bisik Arabella di telinganya. Merasa menang lalu meninggalkan kecupan di sana.

Dan ketika Keenan bergerak menahan dan bermaksud menciumnya, Arabella menjauhkan wajahnya. Ia melepaskan lengan Keenan darinya sambil meniup mata Keenan hingga lelaki itu menutup matanya. Arabella menjauhkan diri sambil menyeringai ketika Keenan menatapnya lapar. 01- 00 dia mengerling lalu masuk ke kamar mandi meninggalkan Keenan yang terbakar godaannya.

Well, bastard itu pantas merasakannya. Enak saja mengatainya kecil di saat banyak pria di luar sana yang berlomba mendapatkannya.

Selesai membersihkan diri. Arabella melonggokkan kepala dan tidak mendapati Keenan di sana. Arabella mendesah lega dan keluar untuk mencari sesuatu yang bisa dipakainya. Astaga, dia bahkan tidak tahu Keenan akan membawanya ke mana. Dan parahnya lagi dia tidak mempersiapkan apa pun kebutuhannya. Menyebalkan!

Dia wanita dan dia tidak membawa apa-apa ketika pergi. Itu adalah bencana.

Melihat Arabella yang tampak kebingungan dengan memakai jubah mandi membuat langkah Keenan terhenti di pintu masuk. Ia bersandar di sana sambil bersiul dan mengangkat tinggi paper bagnya. "Kau membutuhkan ini, Baby?"

Arabella menegang, ia memutar leher kaku seraya mengeratkan jubah mandinya lebih erat. Ya, Tuhan ... Arabella bahkan tidak memakai apa pun di balik jubah ini. Jangan biarkan bajingan Keenan tahu dan semakin menekannya. Tidak boleh.

"Berikan padaku, Ken." desisan Arabella di sambut kekehan geli lelaki itu.

"Bagaimana kalau kita kompromi?" lalu, perlahan Keenan menutup pintu. Berjalan mendekatinya dengan seringaian nakal khas di bibirnya.

Secara naluriah Arabella berjalan mundur. "Aku tidak butuh itu,"

"Sayang sekali...." Keenan mengatakannya tanpa mengurangi langkah pastinya, seolah menyimpan janji.

Shit! Arabella mengumpat begitu punggungnya menyentuh meja di sudut ruangan. Terpojok dengan Keenan yang berhasil mengukungnya dengan kedua lengannya. "Berikan padaku, Ken!"

Arabella berusaha keras menahan suaranya agar tidak bergetar. Tubuhnya lagi-lagi gugup ketika Keenan berada dekat dengan dirinya. Bagusnya Keenan dengan suka rela memberikan paper bag yang di bawanya tanpa perlu mengajaknya berdebat lebih dulu dan tentunya itu Arabella terima dengan embusan napas lega.

Tetapi tidak bertahan lama karena hitungan detik selanjutnya bibir Keenan sudah menyapu bibirnya. Menyecapnya, menerobos masuk tanpa kesusahan begitu Arabella membuka bibir berniat berteriak padanya. Hingga, lama kelamaan mereka mulai membaur, seirama, dalam dan meletup-letup. Keenan melumatnya, tidak memberinya jeda dan ciumannya makin liar—menyeluruh. Oke ... Arabella dapat menangkap sinyal yang Keenan berikan. Lelaki itu mencoba menegaskan dia untuk tidak bermain-main dengannya. Mempermainkan gairahnya.

Semakin lama ciumannya lebih dalam, hangat dan sanggup menghantarkan getaran lain yang menyapu aliran darah Arabella. Semakin keras hingga keduanya tanpa sadar mengerang. Keenan baru melepaskannya ketika mereka berdua kehabisan napas. Napasnya pendek-pendek, berat. Tersenggal begitu cepat.

"Bastard!" gumam Arabella mengatur napasnya.

Keenan menyeringai, tampak menikmati wajah Arabella yang memerah dengan bibirnya yang membengkak karena ulahnya. "I'm." katanya kembali mengecup Arabella ringan sebelum melenggang pergi dan mengambil duduk di dekat jendela.

Sialan!

***

Arabella masih memberengut ketika private jet Keenan mendarat bahkan sampai ketika mereka di dalam mobil saat ini. Keenan sudah menjelaskan kalau dia membawanya ke California ke tempat pulau pribadi Stevano. Tempat di mana mereka akan menghadiri pesta ulang tahun Kylie Valeria Stevano. Putri pertama Alessia dan Albyazka yang akan genap berusia 3 tahun.

Untungnya, Arabella sudah mengkonfirmasikan pada Keira untuk membawa kadonya karena mereka pasti telat mengingat private jet milik Stevano sudah lebih dulu menjemput yang lain semalam ketika dia malah bersenang-senang dengan lelaki menyebalkan Keenan Maxfield.

"Hanya ciuman dan kau sudah semarah ini, Baby?" goda Keenan memecah keheningan yang Arabella sambut dengan dengusan lengkap beserta delikan tajam ke arahnya.

"Seharusnya tanyakan itu pada dirimu sendiri, Sir. Sudah berapa kali kau menciumku sejak malam itu!"

Keenan mengangkat tangan dan mulai menekuk jemarinya sambil mencoba mengingat, terlihat santai seolah itu pertanyaan wajar yang mana membuat Arabella ingin mencekik lehernya! "Tiga atau mungkin, empat? Entahlah, aku tidak mengingatnya."

Arabella semakin menatap tajam dan menarik bibir menjadi satu garis. "Dan kau masih berani menjawabku, huh!"

Keenan tersenyum tanpa dosa. "Kau bertanya, kupikir kau menginginkan jawaban. Apa aku salah mengartikan, Baby?"

"Berhenti memanggilku baby! Aku bukan jalangmu!" Arabella berteriak kesal dengan wajah memerah padam. Oh, ayolah ... Jangan katakan dia memang sudah menjadi salah satu mainan lelaki itu. Terhitung sudah seberapa jauh Keenan mempermainkannya.

Senyuman Keenan berganti menjadi satu garis, menatapnya seolah Arabella baru saja mengatakan sesuatu yang salah. "Jangan merendahkan dirimu sendiri, Ara. Hanya aku yang boleh melakukannya."

"Berengsek!"

"That's me." katanya mengiyakan. "Lagi pula aku belum menidurimu. Artinya kau bukan salah satu dari mereka."

"Tapi kau sudah merencanakannya, bukan?"

Mobil mereka berhenti di pelataran yang menyajikan pemandangan cantik di sekitarnya. Beberapa meter dari mobil mereka berhenti, matanya bahkan sudah di manjakan dengan panorama pantai di sekitarnya. Indah dan menawan. Keenan turun lebih dulu tanpa menjawab pertanyaannya. Lelaki itu mendekati kumpulan Alby dan temannya yang lain lalu bergabung di sana—meninggalkan kekesalan yang menumpuk sekaligus meninggalkannya lagi seperti yang sering dia lakukan.

Siapa dia hingga dapat seenaknya datang dan pergi sesukanya? Menyebalkan sekali!

Arabella mengembuskan napas kemudian menghampiri Girls knight dan mengambil duduk di antara mereka. Dia kesal, dan terlihat lebih jelas lagi begitu mendapati tatapan ingin tahu teman-temannya.

Persetan! Arabella tidak peduli apa yang mereka pikirkan dan ketika dia mengedarkan pandangan, ia melihat Shevana—ibu Alby dan Kylie bermain air dengan Leonel Stevano—ayah Alby. Kylie tampak bahagia dengan kakek-neneknya.

Ah, senangnya melihat keluarga mereka yang tampak bahagia.

Akankah kebahagiaan menghampirinya suatu hari nanti?

"Bagaimana kau bisa datang bersama Keenan, Ara?" Alessia bertanya hingga membuat mereka mengalihkan atensi penuh padanya.

Dan Arabella masih bungkam.

"Dari yang kulihat, semalam kau berada di sekitar pantai." Keira menambah. "Aku tidak mau tahu dengan siapa kau di sana tapi, apa yang kau lakukan tengah malam di sana, Ara?"

"Aku merasa kecolongan." sambung Velove. Singkat, padat dan menusuk.

Oke ... Arabella merasa de javu dengan situasi ini. Tepatnya beberapa tahun lalu ketika Alessia menghilang di kelab. Kejadiannya tidak signifikan tapi konteksnya sama.

"Kami hanya kebetulan, Girls. Lagi pulakau lupa siapa aku, hm?"

Mereka mendengkus mendengar jawaban tidak meyakinkan dari Arabella. Kesal tapi juga tidak memiliki hak untuk bertanya lebih banyak.

Keira mengendikkan bahu. "Well, player dengan siapa pun bebas."

Arabella menarik bibir sambil menahan senyum. "Right."

HOPE YOU LIKE! 

Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian, mohon untuk selalu support aku terus. Dengan cara like, coment and follow Ya!

Biar makin greget .. Ajak juga teman-temanmu, saudara, pacar, tetangga, kenalan atau bahkan mantanmu untuk baca babang Ken dan qaqa Ara. Sekalian juga kalian bisa share ke w*, i* story, F******k, Twitter ataupun postingan kalian yang lain. Ajak mereka join bareng kamu disini!

Sebelumnya Aku ucapkan terima kasih sangat atas partisipasi dan keikhlasan klean klean klean semua. 

TANGKYUUU and LOVE U Baby's 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status