Share

BAB LIMA Ugly wolf doll

Aloha, Baby's!

Mr. & Mrs. Player update! 

Find me on: 

@r_quella99

@girlsknight.official 

Jangan lupa Bintang 🌟 kecil+penuhin in-line komentar, ya 👍

🔹🔹🔹

BAB LIMA

Ugly wolf doll

Sial!

Arabella merengut sambil menatap Keenan kesal. Sementara Keenan hanya tersenyum geli, sengaja mendekatkan wajahnya hendak mencium Arabella, tetapi Arabella lebih dulu menutup bibirnya menggunakan telapak tangan yang mana kecupan Keenan mendarat di punggung tangannya.

Mencebik, Arabella mendorong tubuh Keenan dan mengambil jarak. "Aku memang kalah, tapi kau tetap tidak boleh menyentuhku sembarangan."

Keenan memasukkan tangan ke saku celana, tersenyum begitu Arabella terus menatapinya dengan sorot peringatan. "Aku pernah bilang padamu kalau aku tidak perlu persetujuanmu, Ara."

"Tetap tidak. Ini tubuhku. Aku yang memiliki keputusan."

"Sudah kalah tidak mau menerima kenyataan." cibirnya.

Kemudian, Keenan menggenggam tangan Arabella dan membawanya ke mesin capitan boneka. Di sana Keenan menukar uang dengan koin lalu menghampiri Arabella yang terpaku pada boneka-boneka di dalam sana.

"Mau main?" Keenan menyodorkan koinnya sambil bersandar pada mesin.

Arabella terlihat menimbang. Dari dulu dia selalu beranggapan kalau mesin capit boneka itu pasti melakukan hal curang dan mengerjainya. Arabella selalu mencoba, sebanyak apa pun dia bermain sebanyak itu pula dia gagal dan berakhir moodnya berantakan karena kelelahan mendumel.

No, more...

"Tidak. Aku tidak mau merusak moodku lagi."

"Merusak?"

Arabella mengangguk malas, menatap mesin di depannya dengan tatapan sebal. "Aku tidak pernah berhasil mendapatkan boneka dari mesin tipu ini. Bertahun-tahun dan aku selalu gagal. Aku tidak mau." jelas Arabella dengan bibir mengerucut.

Hal itu tidak terlewat dari penglihatan Keenan. Segala hal yang Arabella perlihatkan selalu nampak lucu di matanya. Ia tersenyum geli, menarik Arabella mendekat hingga memunggungginya kemudian memasukkan koin sebelum bergerak meraih tangan Arabella—menuntun dan menggerakkan alat capitnya. "Kalau kau tidak mau mencoba sampai kapan pun kau tidak akan merasa puas." bisik Keenan di samping telinganya.

Posisi mereka terlampau dekat, hingga Arabella dapat mencium aroma tubuh Keenan yang menguar di sekitarnya. Mendadak dadanya berdebar-debar. Bukan hanya karena khawatir gagal lagi—ini lebih dari itu. Kedekatan mereka memengaruhi Arabella sekaligus membuatnya gugup. Selama ini Arabella tidak pernah membiarkan pria-priannya menyentuh atau pun berdekatan terlalu dekat dengannya. Dengan posisi intim mereka tentu saja Arabella merasakan sensasi lain dari dirinya sendiri.

Sambil berusaha keras menahan gejolak dalam dirinya, Arabella membasahi bibir, mencebik sekaligus mempertahankan ekspresi tidak sukanya. "Apa itu juga alasan yang kau gunakan ketika meniduri banyak wanita? Karena tidak puas dengan mereka?"

Arabella merasakan pergerakan Keenan terhenti. Dan ketika dia menoleh, Arabella kembali mencebik melihat seringai menggoda di bibir Keenan. "Aku hanya memberi apa yang mereka inginkan dariku. Aku tidak pernah merayu mereka atau pun yang lainnya."

Arabella menyipitkan mata, tidak percaya. Tentu saja Arabella tahu kalau hal itu bisa saja terjadi mengingat bagaimana penampakan lelaki itu: tubuhnya yang atletis, kuat dan tampan. Tetapi tetap saja, tidak merayu? Omong kosong. Dia bahkan selalu mencoba menggodanya.

"Kau mau boneka apa?"

Pertanyaan Keenan menginterupsi lamunannya. Arabella mengalihkan atensi—meneliti boneka-boneka di sana dan memilahnya. Tepat ketika matanya melihat boneka serigala yang tampak lucu di antara boneka lainnya, Arabella mengulas senyum. Kalau tidak salah mengingat, dia pernah melihat tato serigala di lengan Keenan dua tahun lalu dan ya, memiliki bonekanya sepertinya tidak buruk.

"Ara...."

"Serigala!" serunya. "Aku mau serigala."

Keenan memperhatikan Arabella sejenak kemudian kembali menggerakkan alat capitnya, mencoba dua kali namun selalu gagal. Arabella berdecak malas. "Kan, sudah kukatakan mesin ini penuh tipuan." dengkusnya kesal, keluar dari lengan Keenan dan bergerak menjauhinya—bersandar pada pinggiran mesin sambil menatap sebal ke depan.

Keenan menggeleng, tersenyum geli mendengar gerutuan lengkap dengan hinaan yang ditujukan untuk mesin capitnya. "Kenapa serigala?"

"Huh?"

"Kau memilihnya."

Ah, itu ... Arabella melipat tangan ke dada, memiringkan badan sambil menatapnya yang masih berusaha mendapatkan boneka incarannya. "Kau sendiri? Aku sempat melihat tatomu waktu itu."

Jeda sejenak, Keenan hanya diam meski rahangnya mengetat.

"Tidak banyak yang tahu sifat asli serigala. Masyarakat lebih sering menerjemahkan sebagai binatang buas dan berbahaya, padahal dia juga simbol perlindungan. Kesetiaan adalah kebenaran sifatnya."

Arabella mengerjap-ngerjap. "Oh, ya?"

"Sekuat apa pun seseorang, dia tetap membutuhkan perlindungan. Bukan hanya fisik, mental juga perlu."

"Karena itu kau membuatnya?"

Keenan hanya mengendik.

"Kau memiliki masa lalu yang buruk?"

Lebih dari itu ... Seorang yang hidup dengan dikelilingi keluarga yang cukup bahagia sepertimu tidak akan mengerti rasanya tumbuh dalam keretakan. Hal itu hanya Keenan katakan dalam hati. Dia tidak bisa menyalahkan siapa pun karena semua orang berhak bahagia. Mungkin juga dirinya.

"Ken?"

Tahu kalau Keenan sengaja mengabaikannya, Arabella mencibir dan kembali mengomentari usaha sia-sia yang Keenan lakukan. Matanya menatap sekelilingnya di mana banyak pasang muda-mudi sibuk bercengkrama dan seolah terbalut dalam cinta.

Cinta, huh? Mereka belum tahu saja efek samping dari kalimat tabu itu. Terlalu menyakitkan untuk dikatakan.

Seulas senyum samar menghiasi bibirnya begitu berhasil mendapatkan boneka yang Arabella minta. Keenan meraih boneka yang keluar dari mesin lalu mengarahkannya ke depan Arabella hingga wanita itu berbinar, tidak percaya.

"Aaa ... Kau berhasil mendapatkannya!" seru Arabella tanpa sadar melompat girang seraya melingkarkan lengan—memeluk leher Keenan ketika dia meraih boneka serigala itu. Tampak puas karena ini kali pertama ia menerima boneka dari mesin yang selalu dia anggap penipu.

Lengan Keenan melingkar di pinggang Arabella, menahannya agar tidak jatuh dengan gerakan tiba-tiba yang dia lakukan. Dan ketika Arabella tersadar dengan apa yang dilakukannya, dia sontak menurunkan tangannya dan berdeham. Berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya sambil mengalihkan pandangan.

Ah, astaga ... Kenapa respons tubuhnya sangat kekanakan? Memalukan!

"Itu ... Mph... "

"Ayo cari makan." Keenan meraih tangan Arabella dan membawanya keluar dari sana. Arabella sempat menatap tangannya yang berada dalam genggaman Keenan lalu tersenyum. Arabella pikir Keenan akan menggodanya, menjahilinya seperti yang sudah-sudah.

Sepertinya Keenan Maxfield tidak seburuk yang ia kira.

Ketika di dalam mobil, keheningan memenuhi mereka. Keenan terlihat sibuk dengan ponselnya sementara Arabella masih malu untuk memulai percakapan hingga dia memilih diam sambil memeluk bonekanya.

"Ara, sepertinya aku tidak bisa menemanimu."

Bahu Arabella turun, ia menoleh. "Kenapa?" tanyanya dengan nada suara yang terdengar tidak rela. Melihat senyum Keenan, Arabella buru-buru meralat ucapannya. "Maksudku, kau bilang mau mencari makan. Ya, itu...."

Arabella meringis dalam hati. Kenapa ia malah bertindak seolah tidak ingin Keenan meninggalkannya begitu saja? Padahal, kemarin-kemarin dia sendiri yang mengatakan untuk menjauhi lelaki itu, lalu kenapa sekarang menjadi seperti ini?

Keenan mengelus puncak kepala Arabella sambil tersenyum geli. "Aku ada urusan mendadak. Lain kali aku akan mentraktirmu." katanya.

Wajah Arabella seketika merona. Ia mencebik sambil mengalihkan atensi ke luar jendela. "Tidak perlu. Lagipula, aku juga sibuk." elaknya tidak minat.

Demi Tuhan, Arabella malu!

Untungnya Keenan tidak menanggapi ucapannya, lelaki itu terlihat biasa saja bahkan usapan halus tangannya di puncak kepala Arabella sejenak membuatnya terpaku. Arabella sekuat tenaga menormalkan detak jantungnya. Tidak bisa. Tidak boleh. Ini salah. Darahnya berdesir pasti bukan karena lelaki menyebalkan itu. Itu hanya karena dia malu. Ya, tapi ... Kenapa rasanya seakan Arabella tidak percaya dengan perkataannya sendiri?

Keheningan kembali membentang di antara mereka. Arabella melirik Keenan dari ekor matanya—lelaki itu sedari tadi sibuk dengan ponselnya sementara dirinya dianggurkan. Menyebalkan!

Dia Arabella Alison. Sejak kapan seorang lelaki bisa memperlakukannya semena-mena seperti ini?

"Apa kau tidak ingin turun, Baby?"

Mata biru Arabella membulat. "Ha?"

Keenan memberi isyarat untuk Arabella menoleh, tepat ketika Arabella melihat pelataran apartemennya, ia menutup mata sekilas, merutuk. Sudah ke berapa kali hari ini dia mempermaluakan dirinya sendiri? Oh, astaga...

Arabella mendengkus, membuka pintu mobil lalu turun dari sana tanpa mengatakan apa-apa, bahkan menoleh pun tidak. Dan ketika Arabella hendak mengabaikan tatapan Keenan di belakangnya, dia teringat kalau mobilnya masih tertinggal di parkiran ketika Keenan memaksanya untuk ikut satu mobil dengannya. Melawan egonya, Arabella berbalik. "Ken, jangan lupa memulangkan mobilku." katanya.

Keenan hanya mengangguk santai. Dan ketika Arabella kembali berbalik, Keenan memanggilnya.

"Apa?"

"Kemari," perintah Keenan meminta Arabella mendekat yang ternyata dengan bodohnya Arabella mengikutinya. Dia mendengkus begitu Keenan memintanya semakin mendekat seolah ingin membisikkan sesuatu padanya.

"Ken...," rengek Arabella ketika Keenan masih memintanya semakin mendekat hingga menghapus jarak antara mereka. Dengan senyum yang terulas di bibirnya, Keenan mencium pipi Arabella dan tersenyum saat Arabella hanya terpaku di tempat.

"Good night, Baby." katanya mengerling sebelum meninggalkan Arabella yang masih terdiam dengan wajah bodohnya.

"Sialan!" dengkus Arabella mengepalkan tangannya sambil menatap tajam mobil Keenan yang sudah mulai menjauh.

Ah, kenapa Arabella kembali terlihat seperti wanita yang mudah di bodohi lagi? Menyebalkan sekali!

***

Arabella memasuki apartemen dengan wajah cemberut. Kesal karena Keenan berhasil membodohinya. Keira yang kebetulan tengah di ruang televisi menoleh ketika Arabella sibuk mendumel sambil memarahi boneka serigalanya.

"Ara ... Jangan menyakitinya."

Arabella berkedip satu kali. "Apa?"

Keira mendekatinya, mengelus boneka di tangannya dengan wajah berbinar. "Sejak kapan serigala menjadi imut seperti ini? Kau mendapatkannya di mana?" tanya Keira penuh antusias.

Okay, dari semua member Girls knight memang hanya Keira yang hobi mengoleksi berbagai jenis boneka dan tentu saja hal itu berbanding terbalik dengannya.

Arabella mendengkus, menjauhkan bonekanya dari Keira sambil memeluknya erat-erat. "Jangan sentuh milikku, Kei-kei. Beli saja kalau kau mau yang seperti ini."

Keira mencebik. "Sejak kapan kau pelit terhadap barangmu, Ara? Kita selalu berbagi barang yang sama."

"Tidak untuk yang satu ini."

"Kenapa?"

"Pokoknya tidak!" seru Arabella posesif.

Mereka saling melemparkan tatapan kesal. Hal itu tidak berlangsung lama apalagi setelah itu suara Velove menginterupsi mereka. "Kalian sudah menyiapkan kado untuk Kylie?" tanyanya tanpa menyadari perubahan wajah mereka.

Keduanya menggeleng serentak. Arabella meringis dalam hati mengingat hari ini seharusnya dia membeli kado untuk Kylie, tetapi ia malah bersenang-senang dengan si cabul Keenan.

Bersenang-senang, huh? Kenapa kalimat itu terdengar mengganjal di telinganya?

"Lalu boneka di tanganmu, Ara?" tanya Velove membuat Arabella melengkungkan bibir masam sambil menggeleng.

"Ini milikku."

Velove menaikkan satu alisnya sambil melipat tangan ke depan begitu mendapati seorang Arabella memeluk boneka. "Sejak kapan kau mengoleksi boneka? Seingatku kau bahkan tidak menyukainya."

Arabella berkedip dua kali. Benar juga. Sejak kapan dia menyukai boneka setelah bertahun-tahun menganggap barang itu seperti sampah? Apalagi, kalau melihat kamar Keira yang terdapat banyak boneka berjejeran. Oh, God ... Itu mengotori pandangannya.

"Nah, kan ... aku bahkan tidak boleh meminjamnya. Aneh sekali." cibir Keira menimpali.

Arabella mendadak gugup entah karena apa. Dia menatap keduanya lalu menjawab cepat. "Akhir-akhir ini aku menyukainya, kok. Sudah malam, Girls. Good night, All. Muach-muach...." Arabella meniupkan ciuman jarak jauh sebelum berlalu ke kamarnya.

Arabella terengah begitu menutup pintu kamar. Kenapa rasanya seakan dia baru saja melakukan dosa besar? Mengerikan sekali. Ia melemparkan dirinya ke ranjang. Mengembuskan napasnya sambil menatap langit-langit kamar sementara jantungnya masih berdegup entah karena apa. Arabella tidak meyakininya dengan pasti. Ia mengangkat boneka serigalanya dan menatapinya seraya mengulum bibir—menahan senyuman mengingat penjelasan Keenan mengenai filosofi tatonya.

Dan untuk pertama kalinya dia tidak keberatan membawa sebuah boneka ke dalam kamarnya. Sebenarnya apa yang membuat Arabella menjadi aneh sendiri? Apa karena memang dia mulai menyukai boneka atau karena dia tahu Keenan berusaha keras mendapatkannya untuk dirinya? Atau malah keduanya?

Entahlah ... Segalanya terasa membingungkan.

HOPE YOU LIKE! 

Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian, mohon untuk selalu support aku terus. Dengan cara like, coment and follow Ya!

Biar makin greget .. Ajak juga teman-temanmu, saudara, pacar, tetangga, kenalan atau bahkan mantanmu untuk baca babang Ken dan qaqa Ara. Sekalian juga kalian bisa share ke w*, i* story, F******k, Twitter ataupun postingan kalian yang lain. Ajak mereka join bareng kamu disini!

Sebelumnya Aku ucapkan terima kasih sangat atas partisipasi dan keikhlasan klean klean klean semua. 

TANGKYUUU and LOVE U Baby's 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status