Share

BAB EMPAT Tittup

Aloha, Baby's!

Mr. & Mrs. Player update! 

Find me on: 

@r_quella99

@girlsknight.official 

Jangan lupa Bintang 🌟 kecil+penuhin in-line komentar, ya 👍

🔹🔹🔹

BAB EMPAT

Tittup

Sepasang high heels membelah jalanan koridor. Wajah cantik dan tubuh molek Arabella menyala sempurna di tengah-tengah padatnya keramaian salah satu pusat perbelanjaan ternama di kota New York.

Gaun putih gading dengan belahan dada rendah di atas lutut itu melekat di tubuh rampingnya yang indah begitu juga dilengkapi dengan tas berwarna senada yang tersampir pada pundaknya dan menyempurnakan penampilannya. Polesan make up tipis juga rambut cokelat mudanya yang tergerai jatuh di pundaknya semakin menampilkan kesan seksi nan elegan darinya.

Beberapa kaum adam terang-terangan menatapnya penuh keterkaguman sementara sebagian yang lain beberapa kali terlihat mencuri pandang ke arahnya. Well, dengan segala pesona yang ada pada dirinya, tidak heran mereka kesulitan untuk hanya sekedar meliriknya sekali saja.

Sejak terakhir kali Arabella memergokinya menjalin hubungan diam-diam dengan Liana, tepat saat itu juga semuanya selesai. Dia tidak perlu repot-repot menemui Carl hanya untuk mengulang mimpi buruknya selama ini. Dan dia tidak membutuhkan penjelasan atau pun kata maaf dari mereka karena semua itu tidak ada gunanya. Lagipula, Arabella juga melihat kecocokan mereka, hubungan antara penggoda dan pengkhianat.

Bukankah itu terdengar manis?

Dering ponselnya bedengung, persis seperti beberapa jam yang lalu ketika Arabella mencoba mengabaikan mereka—pria-prianya. Ia menghela napas panjang, berpikir apakah mereka tidak memiliki kesibukan selain mengganggu dan menanyakan waktunya. Karena jujur saja ... Terkadang hal-hal remeh semacam itu sering kali membuatnya muak.

Dengan wajah ogah-ogahan, Arabella menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponselnya ke samping telinga.

"Hallo, Sweety ... Apa kau memiliki waktu?" suara lelaki mengalun dari ujung telepon.

Arabella menarik bibir, tersenyum kecut. "Maaf, Dear. Aku masih punya pekerjaan." jawabnya dengan nada menyesal.

Arabella sempat mendengar helaan napas lelaki itu sebelum kembali menjawab.

"Baiklah, semoga harimu menyenangkan."

"Tentu. Bye-bye...."

Dan dengan itu dia mengakhiri panggilan, kembali melanjutkan langkahnya—berniat mencari kado untuk Kylie Stevano; anak pertama Alessia—karena bocah itu terus saja menagih kado darinya yang tidak semahal pemberian Velove tahun kemarin. Menyebalkan memang, tetapi karena Kylie keponakan pertamanya maka dia tidak bisa marah pada bocah kecil itu.

Ponsel Arabella kembali bedengung dan bergetar dari dalam tasnya ketika ia menaiki tangga jalan pada undakan pertama. Dia sama sekali tidak mengharapkan wajah siapa pun terpampang dilayar ponselnya karena lagi-lagi mereka adalah salah satu teman kencannya.

"Yes, Dear?" Jawabnya dengan nada suara santai yang dipaksakan.

"Apa kau senggang, Honey?"

Pertanyaan yang sama dengan beberapa lelaki yang sebelumnya telah Arabella tolak ajakannya. Terlalu banyak selingan terkadang membuatnya kepusingan juga. "I'm so sorry ... Aku sedang bersama teman-temanku."

"It's okay, have fun honey."

"Yoo too, Dear. Bye-bye...."

Arabella mengembuskan napas panjang. Sepertinya ada baiknya ia mematikan ponselnya sementara. Dia ingin shopping dan menikmati me timenya.

Jadi, bisakah ada seseorang yang dapat mengerti dirinya?

Arabella sedang dalam mood yang cukup buruk hanya untuk kembali meladeni pria-prianya lagi. Sehari saja dia ingin bebas dan lepas. Tanpa gangguan seperti biasanya. Siang ini ia ingin libur dari gelar playernya. Nanti malam? Well, itu bisa dipikirkan nanti.

Arabella memasuki toko mainan anak-anak, berkeliling sebentar lalu keluar lagi. Tidak ada yang menarik. Arabella bahkan masih sangsi akan memberi hadiah apa pada si judes Kylie, bocah kecil itu terlalu menyebalkan seperti Albyazka Stevano, ayahnya. Dan ketika mata birunya masih mengedar menjelajahi sepanjang lantai ini, Arabella sempat terdiam begitu melihat di depan toko Hugo boss, seorang pria tampan berdiri di sana—nampak sibuk dengan ponselnya.

Well, libur bukan berarti tidak boleh menebar pesona, bukan?

Arabella berjalan penuh percaya diri sambil menenteng kacamata hitamnya yang sengaja ia lepaskan. Menyenggol pundak lelaki tampan itu dan menjatuhkan kacamatanya. Sontak hal itu membuat Arabella hampir terjatuh jika saja lelaki itu tidak menahannya.

"Kau baik-baik saja?" lelaki itu bertanya ketika melepaskan tangannya, dia menatap Arabella lengkap dengan pandangan keterkaguman.

Arabella mengerjap polos sambil mengulas senyum. "Maaf, aku tidak melihatmu tadi."

Lelaki itu tersenyum manis hingga memperlihatkan lesung pipitnya. "Bukan masalah, aku malah takut kau terluka."

Arabella menyunggingkan senyum menawannya. "I'm fine." balasnya membuat lelaki yang tidak ia ketahui namanya terpana beberapa detik ketika menatapnya. Lalu, lelaki itu merunduk dan memungut kacamata Arabella dan mengembalikannya.

"Milikmu." katanya menyodorkan.

"Thank you." katanya mengambil alih.

Tepat setelah itu satu kecupan mendarat di pipinya—membuat Arabella terperanjat. Ia menoleh dan lagi-lagi terkejut mendapati Keenan Maxfield berada di sampingnya. Parahnya lagi, lengan Keenan sudah bertengger di pinggangnya—menariknya lebih dekat sambil menunjukkan senyum jahilnya.

Ah, shit ... Jangan katakan kalau lelaki gila ini berniat menyingkirkan targetnya.

"Sorry, kekasihku tidak melukaimu, ‘kan?"

Lelaki asing itu tersenyum kikuk. "Oh, tidak. Bukan apa-apa. Aku masih ada urusan. Permisi." pamit lelaki itu pergi menjauhi mereka.

Seketika Arabella mencebik lalu menyikut perut Keenan keras, dan mengambil jarak. "Berhenti menggangguku, Ken!" sentaknya cukup pelan. Mereka di keramaian. Tentu saja Arabella harus menjaga imagenya.

Keenan sempat mengaduh sebelum kembali menyunggingkan senyum jahilnya. "Sepertinya kita berjodoh, Baby. Di mana ada kau, di situ juga ada aku."

"Itu karena kau mengikutiku!" sergahnya dengan wajah cemberut.

Keenan tersenyum tampan dengan jemarinya ia masukan ke saku celana. Tampak menawan dengan setelan kaos abu-abu yang di balut jas berwarna hitam yang ia gunakan pagi tadi. Dia terlihat santai dan fancy. "Kau terlalu memandang dirimu tinggi, Baby. But, its okay, aku tidak—”

Bunyi perut Arabella seketika menghentikan ucapan Keenan. Lelaki itu menyeringai lebar mendapati wajah Arabella sudah memerah malu.

Sialan! Kenapa harus sekarang?

Arabella memang belum sempat mencari makan siang ketika menghindari Carl yang bersikeras menunggunya di lobby butiknya. Alhasil dia memilih lewat dari samping gedungnya dan bergegas pergi tanpa sempat makan siang.

"Lepas, Ken." protes Arabella ketika Keenan menggandeng tangannya mengikuti langkah kakinya yang panjang. "Keenan Maxfield!"

"Diamlah, Ara. Kau tidak dengar? cacingmu kelaparan." katanya dengan tatapan lurus ke depan, tidak mengindahkan gerutuan Arabella di belakangnya seraya terus menggenggam tangan halus Arabella memasuki cafetaria.

Dan dengan ini Arabella menurut saja karena sejujurnya ia memang lapar. Pagi tadi ia hanya sarapan sedikit karena terburu-buru. Baru hendak membuka buku menu, Arabella mengangkat wajahnya begitu suara Keenan sudah mengalun. Tetapi bukan itu yang membuat Arabella terpengarah, melainkan beberapa menu yang Keenan pesan. Dan dengan santainya dia menutup buku menunya tanpa melirik Arabella sama sekali.

Menyebalkan!

Keenan menaikkan alis ketika Arabella memelototinya. "Kenapa kau menatapku begitu?"

"Kau tidak bertanya aku ingin makan apa?" kesalnya.

Keenan terkekeh pelan, menyunggingkan senyum geli. "Apa yang aku pesan belum cukup untukmu?" katanya.

Arabella terdiam sejenak. Ia pikir Keenan memesan untuk dirinya sendiri.

"Aku sudah makan kalau itu yang kau pikirkan." kata Keenan lagi.

Dan perkataan Keenan menjadi tanda tanya besar untuknya. Arabella mengernyit, menatapnya penuh pertimbangan. Jadi, menu yang Keenan pesan memang untuknya? Tetapi kenapa bisa kebetulan sesuai dengan yang dirinya sukai?

Alih-alih mengutarakan keingintahuannya, Arabella mencibir. "Percaya diri sekali aku memikirkan lelaki tidak penting sepertimu." ia mencebik sambil mengerucutkan bibir. "Kau menguntitku terlalu banyak, Maxfield." gerutunya.

Keenan hanya tersenyum miring dan kembali sibuk dengan ponselnya tanpa menanggapi gerutuan Arabella, sementara makanan yang Keenan pesan sudah terjejer rapi di atas meja hingga membuat Arabella semakin lapar. Arabella mengangkat wajah menatap Keenan yang masih menyibukkan diri dengan ponselnya, tampak benar-benar sibuk. "Kau tidak mau makan lagi?"

Keenan berhenti kemudian menatapnya sejenak. "Mau menyuapiku?" katanya tersenyum jahil.

Arabella mendengkus malas. "Tidak."

"Kalau begitu, makan." katanya santai namun mengandung perintah tanpa bantahan yang sangat kentara.

Keheningan membentang di antara mereka. Hanya suara dentingan sendok dan piring yang memenuhi meja, Arabella menikmati makanannya sendiri tanpa berniat ingin tahu apa yang Keenan lakukan dengan ponselnya. Dan ketika selesai, Keenan lalu membayar makanan Arabella dan kembali menggandeng tangannya untuk mengikutinya.

"Ke mana lagi?"

Pasrah dan menyerah. Arabella tidak mau susah payah mengelak hanya untuk berdebat dengan Keenan. Ia hanya menurut saja mengikuti langkah kaki Keenan karena dia tahu semua bentuk perlawanannya itu hanyalah sesuatu yang sia-sia.

Alih-alih menjawab, Keenan malah melingkarkan lengannya ke pundak Arabella, merangkulnya posesif begitu tatapan-tatapan haus dari kaum adam disepanjang mereka melintas terang-terangan menatapi Arabella.

"Turunkan tanganmu, Ken." protes Arabella mencebikkan bibirnya—tidak rela.

Seringaian jahil menghiasi wajah tampan Keenan. "Seperti ini?" kekehnya menarik Arabella lebih dekat.

"Keenan Maxfield...." Wajah Arabella sudah memerah menahan emosi yang siap meledak kapan saja. Dia Arabella Alison. Bisa-bisanya lelaki gila ini memperlakukannya seenaknya. Ingatkan Arabella untuk mencekik Keenan ketika mereka hanya berdua saja. Menyebalkan!

Keenan mengerling seraya mengulas smirknya yang Arabella tanggapi dengan putaran bola matanya. Dia membawa Arabella ke arena bermain. Arabella sontak berhenti dan bergeming di tempat ketika menginjakkan kakinya di sana.

What the hell! Untuk apa mereka kemari?

"Apa yang kau pikirkan, Ken? Untuk apa kemari?" tanya Arabella dengan wajah bodohnya.

"Tentu saja bersenang-senang. Aku tahu kau akan menolakku di ranjang jadi aku membawamu ke sini." jawabnya sekenanya.

Oke, Arabella akui apa yang Keenan katakan memang benar. Tetapi kenapa harus arena bermain? Tidak adakah tempat lain yang lebih berkesan lagi?

Otak Keenan memang benar-benar di luar dugaan.

Keenan membawa Arabella ke sudut ruangan dan mendudukkannya dibangku sembari memberi isyarat pada bawahannya untuk mendekat. Seorang lelaki bersetelan hitam dengan pin berwarna silver di dada kirinya itu lantas memberikan sebuah paper bag berukuran sedang pada Keenan lalu kembali ke tempat semula.

Well, Arabella bahkan baru menyadari kalau Keenan memiliki pengawal yang mengikutinya dari jarak yang cukup jauh—tepat ketika matanya tidak sengaja melihat keluar dari kaca bening di depan sana.

"Apa yang kau lakukan?" Arabella terkejut begitu menyadari Keenan berlutut di depannya seraya melepaskan sepatu tingginya dan menggantinya dengan sepatu sneakers berwarna putih yang sudah terpasang cantik di kedua kakinya.

Keenan mengulurkan tangannya yang Arabella raih dengan kening berkerut. "Untuk hari ini jadilah dirimu sendiri." katanya mengajak Arabella berkeliling.

Jadilah dirimu sendiri?

Kening Arabella kian melipat ke dalam. Kenapa seolah Keenan mengenalnya dengan baik, bahkan memintanya untuk menjadi diri sendiri setelah beberapa tahun terakhir Arabella menyadari kalau dia terlalu memaksakan diri dan menjadi orang lain yang bukan dirinya?

Arabella menyipitkan matanya, menatapnya curiga. "Apa kau juga menguntit kehidupanku, Ken?" tanyanya hati-hati.

Alih-alih menjawab, Keenan malah menempelkan bibir ke pelipis Arabella, mengecupnya ringan.

"Ken...," rengek Arabella menghentikan langkahnya. "Jawab aku." katanya serius.

Keenan tersenyum jahil. "Kalau kau mau tidur denganku, aku akan dengan senang hati menjawabmu, Ara." kerlingnya yang dibalas delikan tajam Arabella.

"Dalam mimpimu, Bastard!"

"Well, kalau dalam mimpi aku lebih sering melihatmu berada di bawahku dengan desaha—"

"Keenan Maxfield tutup mulut kotormu!" sentaknya galak. Ya lord ... Arabella sudah kepalang kesal menghadapi sikap Keenan yang tidak mudah ditebaknya. Pemikiran lelaki itu sama sulitnya memahami arti tatapan matanya yang misterius.

Lalu, pandangan Arabella terpaku pada game dance-dance revolution di belakang Keenan. Dulu ketika Girls knight masih remaja, Arabella sangat jago dibidang musik dan juga dance. Ingatan masa itu tiba-tiba berputar di kepalanya: masa remajanya yang menyenangkan dan jauh dari pengaruh laki-laki di saat itu. Dan hari ini ia kembali melihat permainan itu lagi, rasanya ... Seperti mengenang waktu yang telah lalu.

Keenan menyadari arah tatapan Arabella lalu mengulurkan satu tangannya. "Ingin battle?"

Arabella tercengang, berkedip dua kali. "No, Ken. Jangan bercanda."

"Aku tidak pernah main-main dengan perkataanku, Ara."

Setelah itu entah bagaimana ceritanya mereka berdua sudah asik berjoget mengikuti gerakan pada layar monitor game, seirama dengan gambar yang ada di depannya. Arabella tertawa lepas karena berhasil mengalahkan Keenan untuk yang ketiga kalinya. Mereka masih bermain—berteriak dan sesekali melemparkan gurauan, tampak asik sendiri tanpa memedulikan tatapan-tatapan beragam dari orang-orang di sekitarnya.

"Kau kalah, Ken!" teriak Arabella semangat.

Kalau bahagia sesederhana ini, lalu untuk apa arti kemewahan selama ini?

Keenan tersenyum, seakan tertarik begitu melihat binar bahagia dari wajah Arabella yang berseri-seri. "Sekali lagi. Setelah ini kita ganti permainan." tawarnya.

Arabella berdiri angkuh, tersenyum sombong. "Siapa takut?" kekehnya kembali bermain hingga Arabella lagi-lagi menang dalam 4 kali pertandingan diikuti tepuk tangan dari orang-orang yang sedari tadi mengerubungi mereka.

Arabella terkekeh malu dan menarik tangan Keenan pergi dari sana.

"Ini memalukan." gumam Arabella yang masih Keenan dengar.

"Apa itu malu? Apa itu sejenis makanan?"

Arabella tertawa ringan sambil memukul lengan Keenan geli. "Menyebalkan!" katanya geli.

"Sedih, senang, kau sendiri yang merasakannya, Ara. Jangan mau diperbudak ego, dia adalah sesuatu yang sering menyakiti diri sendiri."

Arabella terpana, menatapnya dengan pandangan baru. Dia tidak menyangka Keenan yang terlihat sangat kritis ternyata pemikirannya sangatlah sederhana. Dan itu jauh dari kesan kemewahan yang mengelilinginya. "Poin bagus, Dude."

"Siap untuk permainan selanjutnya?"

Arabella mengangguk antusias. Tersenyum begitu Keenan membawanya mencoba permainan Maximum Tune dan kembali mengajaknya berduel. Arabella tentu saja tidak keberatan dan mereka sudah siap di posisi masing-masing. Terlintas sebuah ide dibenak Arabella ketika mereka hendak memulainya. "Kali ini aku ingin hadiah kalau aku menang."

Keenan mengangkat satu alisnya. "Apa pun. Semuanya mudah bagiku."

Arabella mendengkus, nampak geli dengan kesombongan Keenan. "Sombong sekali Anda. Well, bukan apa tapi aku mau kau menepati janji."

Keenan lagi-lagi mengangkat satu alisnya.

"Ken...," rengek Arabella.

Keenan mengalah. Menganggukan kepalanya pasrah. "Ya-ya ... Katakan."

"Kau harus menepati janji kalau kau tidak boleh menyentuhku tanpa seizinku."

"Deal."

Arabella menyipitkan mata, tidak percaya. "Kau janji?"

"Cepatlah, Ara. Kapan kita akan memulainya,"

"Janji dulu!"

"Baik-baik ... Aku janji. Tapi kalau aku menang, aku tidak perlu izin untuk menyentuhmu."

"Enak saja!" balas Arabella melotot.

Keenan menyeringai jahil. "Harus adil, Baby." katanya santai.

"No! Hanya aku yang boleh mengajukan permintaan. Kau tidak boleh." tolak Arabella sambil menggeleng keras.

"Semaunya saja." cibir Keenan mengendikkan bahu hingga membuat Arabella tersenyum semangat.

"Jangan lupakan kalau kau yang mengajariku, B-a-b-y...."

Mereka saling menatap, tersenyum.

"Ready?"

Keenan menunjukkan smirk yang Arabella tangkap sebagai sebuah penghinaan. Hal itu tentu saja Arabella tanggapi dengan senyum meremehkan yang sangat kentara. Terlebih, Arabella merasa yakin dan percaya diri mampu mengalahkan Keenan seperti permainan yang sebelumnya.

"Go!"

HOPE YOU LIKE! 

Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian, mohon untuk selalu support aku terus. Dengan cara like, coment and follow Ya!

Biar makin greget .. Ajak juga teman-temanmu, saudara, pacar, tetangga, kenalan atau bahkan mantanmu untuk baca babang Ken dan qaqa Ara. Sekalian juga kalian bisa share ke w*, i* story, F******k, Twitter ataupun postingan kalian yang lain. Ajak mereka join bareng kamu disini!

Sebelumnya Aku ucapkan terima kasih sangat atas partisipasi dan keikhlasan klean klean klean semua. 

TANGKYUUU and LOVE U Baby's 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status