Share

BAB SEMBILAN But why is it empty?

Aloha, Baby's!

Mr. & Mrs. Player update! 

Find me on: 

@r_quella99

@girlsknight.official 

Jangan lupa Bintang 🌟 kecil+penuhin in-line komentar, ya 👍

🔹🔹🔹

BAB SEMBILAN

But why is it empty?

Arabella tersenyum sambil menyesap ice green tea nya. Menikmati suasana nyaman bersama Erlan di sampingnya, menemaninya minum setelah dirinya kembali ke New York sore tadi. Arabella mengulurkan tangan menyentuh luka Erlan di sudut mata juga bibirnya. Meringis begitu menyadari kalau luka itu karenanya, tetapi Arabella malah menghabiskan waktu bersama Keenan dan melupakan lelaki itu.

Oh, shit! Sebenarnya ini kesalahan Keenan atau malah kesalahannya sendiri?

"Maaf meninggalkanmu begitu saja, Er." katanya dengan wajah menyesal. Padahal, dalam sudut hatinya Arabella tidak merasa bersalah sama sekali.

Erlan menarik bibir, meringis begitu senyumannya membuat lukanya tertarik. Dia menyentuh tangan Arabella dan mencium punggung tangannya. "Aku tahu kesibukanmu, Ara. Lagi pula aku yang memintamu pergi."

"Tetap saja lukamu karenaku." Arabella kembali menyesap minumannya, mendesah lelah. "Apa kau mengenali siapa pelakunya?"

Erlan menggeleng, tersenyum lembut begitu merasakan sentuhan Arabella di jarinya. "Aku tidak mengenal mereka tapi aku tahu siapa yang mengirim mereka." Erlan menatapnya serius.

"Maaf karenaku kau harus mengalami hal seperti ini, Ara."

Sebelah alis Arabella terangkat. "Musuhmu?"

Erlan menggeleng lagi. Tatapannya berpendar dan dari bahasa tubuhnya, Arabella meyakini kalau Erlan merasa tidak nyaman membicarakan ini. "Bukan. Dia perempuan yang pernah kau lihat ketika ulang tahunku." katanya.

Arabella mengernyit, mencoba mengingat-ingat. Malam itu hanya ada dua teman lelakinya dan satu wanita yang berada di sampingnya.

Ah, I see...

"Siapa namanya?"

"Jessica Ricardo."

Arabella menarik bibir, kembali mengangkat gelasnya dan menyesap isinya. Tampak santai begitu juga tatapannya yang seolah mengatakan kalau itu bukan sesuatu yang perlu diperhatikan. "Nama yang cantik."

"Maaf telah menempatkanmu dalam hal ini, Ara. Jujur aku pun tidak tahu kalau dia berani melakukan sesuatu sampai sejauh itu."

Arabella tersenyum kecil, tampak acuh. "Aku tahu. Sebagai wanita aku mengerti apa yang dia rasakan. Tidak perlu meminta maaf." katanya santai. Tatapannya jatuh pada gelas di meja, memperhatikan sekaligus jemarinya menyentuh pinggiran gelas dengan gerakan melingkar. Tatapannya memperhitungkan.

Seseorang ingin bermain dengannya? Not bad.

"Aku cukup terpesona dengan sikapmu, Ara."

Perkataan Erlan kembali membuat Arabella menoleh menatapnya, tersenyum. "Jangan merendah. Aku tahu kau bisa mendapatkan yang lebih baik dariku."

"Aku hanya ingin kau."

Tatapan mereka bertemu. Inilah yang Arabella inginkan. Membuat mereka tertarik dan memujanya. Arabella menarik bibir, membentuk senyuman. Tetapi ini bukan akhirnya. Kemudian, Arabella mendekatkan wajahnya, mencium sudut bibir Erlan dan beranjak dari sana sambil mengerling.

Tanpa jawaban.

Tanpa kepastian.

Seperti inilah akhir yang Arabella inginkan. Membangkitkan perasaan mereka dan menghempaskanya secara bersamaan.

Bukankah itu menyenangkan?

Arabella yakin setelah ini mereka masih akan mengejarnya. Mencoba menarik perhatiannya, sayangnya itu tidak akan merubah apa pun. Arabella selalu begini. Mengincar mereka di awal kemudian menjatuhkan mereka di akhir.

Segala hal yang dia lakukan selalu berpatok pada algoritma perhitungannya sendiri.

Menarik-ulur perasaan mereka dan setelah mendapat pengakuan cinta mereka, Arabella akan langsung menjauhinya. Merasa kalau apa yang diinginkan sudah tidak lagi menyenangkan karena mereka terlalu cepat menyatakan perasaan padanya.

Anggap saja dirinya jahat. Arabella tidak peduli itu karena percayanya telah di hancurkan begitu kejam oleh orang yang pernah ia anggap bahagianya. Menyakitinya begitu keji. Sampai mati pun Arabella akan selalu mengingat pengkhianatan manusia sampah Carl dan Liana.

Shit! Harusnya Arabella merasa senang dapat melampiaskan pada orang lain. Memberi mereka harapan dan menganggapnya bukan apa-apa. Tetapi, kenapa rasanya masih sakit mengingat semua itu sama sekali tidak mengurangi perasaan bencinya?

Kenapa?

Arabella memasuki kelab. Duduk di meja bar kemudian memesan minuman. Sementara mata birunya bergerak liar, menelusuri isi kelab—dentuman musik yang menggema di telinganya. Pasangan yang asik bercumbu di sudut ruangan juga kelakuan nakal para pria dan wanita yang tengah saling menggoda di lantai dansa.

Arabella mendesah panjang. Meminum wishkeynya sambil menatap bosan dance floor.

"Tumben kau tidak ke sana?" sapa Bobby dari balik mejanya.

Arabella menggeleng malas. Memperhatikan gelasnya dan kembali menghela napas. "Entahlah, aku bosan." keluhnya menyandarkan lengannya ke meja bar sedangkan tatapannya masih menelisir, seolah mencari sesuatu yang dapat membuatnya bersemangat.

Padahal, seharusnya Arabella merasa senang karena berhasil mematahkan satu perasaan orang lain malam ini. Tetapi kenapa ... Kosong?

"Seorang Arabella bosan? Apa aku harus memercayaimu, Ara?" kekeh Bobby dengan tatapan mengejeknya.

Arabella mendengkus, tersenyum geli. "Semua itu wajar, Bob. Aku yakin kau pun pernah mengalaminya juga." sahutnya menarik-turunkan alisnya. Menggodanya.

Bobby tertawa ringan. "Tentu saja. Semua orang pasti pernah mengalaminya, Ara. Terlepas dari itu, harusnya kau menambah tip-ku karena sudah menemanimu." balasnya menggoda.

Arabella mendengkus lagi. Sudut matanya memancarkan kegelian yang sangat kentara. "Well, akan kupikirkan."

"Harus, Ara. Aku memintanya." kekehnya.

"Wuoh, kau tidak pernah berubah memang. Selalu terus terang."

"Aku benci menjadi munafik. Memberi kode tapi tidak ada hasilnya. Begini lebih menyenangkan, bukan?"

Arabella menahan senyum, perutnya terasa lega mendengar pembicaraan ringan mereka. "Tentu. Semua yang berawal dari kejujuran selalu menyenangkan."

Mereka larut dalam perbincangan. Bobby adalah salah satu teman laki-lakinya yang menyenangkan. Meski terkadang sering tidak tahu malu, tetapi Bobby merupakan pria yang jujur dan berterus terang. Hal itulah yang membuat Arabella menyukai cara Bobby memposisikan diri menjadi pekerja sekaligus teman cerita yang cukup open minded. Tidak menghakimi dan cenderung menjadi pendengar yang baik.

Zaman sekarang, menemukan seseorang yang ramah sepertinya adalah sesuatu yang sulit, untuk itu Arabella senang berteman dengannya.

Mata biru Arabella mengedar, sesekali ia memperhatikan sekelilingnya dan menyadari semakin malam, hingar-bingar di sini makin ramai dan intens. Well, tentu saja karena ini kelab.

Tatapan Arabella terhenti begitu matanya tidak sengaja menangkap sosok Keenan di sudut ruangan. Lelaki itu nampak santai di temani dua wanita bergaun cukup seksi di kedua sisi tubuhnya sambil menikmati rokoknya. Salah satu dari mereka sengaja menggoda tubuh bagian atas Keenan yang terbuka hingga memperlihatkan otot dadanya yang bidang. Sedangkan yang satunya lagi sudah menggodanya di bawah sana—bergerak lambat, menekan hingga meremasnya gemas.

Oh, God ... Dia benar-benar bajingan.

Menjijikkan. Namun, Arabella terpikirkan sesuatu. Dan setelah itu ia beranjak dari duduknya dan mendekati meja mereka. Kaki jenjangnya melangkah anggun, penuh tekad lengkap dengan tatapan sombong yang terpatri di wajah.

Begitu sampai di depan Keenan, Arabella menghempaskan bokongnya ke meja dengan kaki yang di silangkan. Hal itu lantas mendapat perhatian penuh dari Keenan begitu suara Arabella mengalun sarkas dari bibirnya.

"Aku tidak tahu kau cukup populer, Baby?" jemari Arabella meraih gelas di tangan Keenan lalu menyesap isinya santai. Tampak menikmati wajah-wajah kesal dua wanita penghibur di samping lelaki itu.

Keenan menyingkirkan wanita-wanitanya, membiarkan mereka mengurai diri dengan enggan sebelum kemudian beralih pada Arabella. Mengukungnya dengan kedua lengan yang ia tumpukan di meja. Sorot matanya berkilat jahil. "Kenapa? Tertarik untuk menggantikan mereka?"

Arabella tersenyum meremehkan. "Kau tahu jawabannya."

"Kasar atau lembut?"

"Tidak keduanya."

Keenan mengangguk seakan paham. "Kau menolakku lagi? Sayang sekali...."

"Kau baru saja mengatakan jawabannya, Baby."

Keenan tersenyum, mendekatkan wajah dan berbisik di samping telinga. "Aku tentu tidak membutuhkan persetujuanmu, Baby." Keenan menjauhkan wajah—menarik tangan Arabella dengan gerakan melingkar hingga jatuh ke pangkuannya, mengukungnya. Sementara sebelah tangannya yang bebas meraih kembali gelas yang di pegang Arabella dan menyesap isinya hingga tandas. Tampak menikmati tatapan kesal Arabella padanya.

"Bagaimana kau akan menyelesaikan apa yang kau mulai, Baby?" bisiknya.

Arabella terkekeh ringan kemudian menyandarkan kepalanya ke pundak Keenan. "Kau memiliki saran?" gumamnya berbisik. Menoleh ke arahnya hingga Arabella dapat melihat dengan jelas wajah Keenan dari samping. Menyentuh jangkunnya dengan gerakan menggoda.

Keenan memejamkan mata, menikmati sentuhan Arabella di tubuhnya. Dan begitu dia membuka matanya, tatapan mereka bertemu. Manik biru Arabella berpendar—menggodanya. "Ara, jangan memancingku."

"Kenapa? Bukankah kau menikmatinya?" jemari Arabella naik ke atas, membelai bibir Keenan yang merekah. "Berapa?"

Keenan hanya menaikkan alisnya.

Arabella tersenyum, menumpukkan kepalanya pada punggung tangan yang masih berada di wajah Keenan. Meniupnya halus. "Bibir yang sudah kau cium malam ini?"

Keenan menarik bibir, manik cokelatnya berpendar melihat kilatan nakal dari mata biru Arabella, menantangnya seperti yang sudah-sudah. "Tiga."

Arabella lalu menciumnya. Hanya kecupan dan kembali bertanya. "Sekarang?"

"Lima." setelah itu Keenan menciumnya. Bibirnya mencoba menyapu keseluruhan Arabella tetapi Arabella menghentikannya, menatapnya sejenak dan kembali mengecupnya ringan. "Enam, Baby. Kau perlu berlatih berhitung." bisiknya kemudian beranjak dari sana sambil mengerling. Meninggalkan Keenan yang hanya mendengkus, tatapannya berubah geli melihat kepergiannya.

Seulas senyum samar tersungging di wajahnya.

Well, seperti biasanya. Selalu tidak bisa ditebak.

HOPE YOU LIKE! 

Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian, mohon untuk selalu support aku terus. Dengan cara like, coment and follow Ya!

Biar makin greget .. Ajak juga teman-temanmu, saudara, pacar, tetangga, kenalan atau bahkan mantanmu untuk baca babang Ken dan qaqa Ara. Sekalian juga kalian bisa share ke w*, i* story, F******k, Twitter ataupun postingan kalian yang lain. Ajak mereka join bareng kamu disini!

Sebelumnya Aku ucapkan terima kasih sangat atas partisipasi dan keikhlasan klean klean klean semua. 

TANGKYUUU and LOVE U Baby's

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status