Share

BAB DELAPAN Why shouldn't you include that

Aloha, Baby's!

Mr. & Mrs. Player update! 

Find me on: 

@r_quella99

@girlsknight.official 

Jangan lupa Bintang 🌟 kecil+penuhin in-line komentar, ya 👍

🔹🔹🔹

BAB DELAPAN

Why shouldn't you include that

Kegembiraan terpancar dari wajah-wajah mereka begitu berkumpul di tepian pantai merayakan ulang tahun Kylie. Setelah acara tiup lilin, mereka mengadakan barbeque dan menjadikan pesta di pantai ini terasa lebih menyenangkan.

Arabella memberikan kadonya pada Kylie yang bocah itu terima dengan senyuman, tetapi tatapan matanya tetap memusuhinya. Arabella sebenarnya tidak tahu kenapa Kylie bisa tidak menyukainya. Terhitung sejak Kylie kerap kali diajak ketika perkumpulan Girls knight, bocah kecil itu terus menatapnya tidak suka.

"Ky, Aunty ingin bertanya denganmu, kenapa kau tidak menyukai Aunty?"

Pertanyaan Arabella disambut tawa oleh mereka. Arabella tentu saja tidak peduli apalagi setelah itu Kylie memilih duduk di kursinya dan mulai membuka kado pemberiannya.

"Aunty sok cantik." Kylie menjawab polos. "Ky gak suka." tambahnya.

Sebentar ... Dia tidak salah dengar, ‘kan?

Arabella berkedip dua kali, terpengarah tentu saja. "Sok cantik?" ulangnya.

Kylie mengangguk lugu sambil mencebikkan bibirnya lucu. Menatapnya tidak suka. "Aunty selalu menjadi pusat pelhatian. Banyak plia tampan menyukai Aunty dan tidak melihatku!" katanya tidak terima.

Oke, sepertinya alasan itu cukup jelas untuk tahu persoalan antara mereka. Kylie si judes merasa tersainggi dengannya. Kebenaran baru saja terungkap. Tidak heran, pantas saja Kylie selalu tidak suka ketika hari perkumpulan Girls Knight bertemu. Semata karena Kylie cemburu dengannya? Oh, astaga ... Lucunya.

"Ale, sebenarnya dia kau beri makan apa? Menggemaskan sekali." Arabella terkekeh geli, mencubit pipi Kylie yang cubby. Tersenyum begitu Kylie makin menatapnya tajam. Well, dia merasa seperti melihat Alessia versi kecil ketika melihat matanya.

Tangan Kylie terangkat, melebarkan gaun pemberian Arabella dan menatapnya dengan pandangan menilai. Dress tutu berwarna biru dongker dengan manik disepanjang garis leher lengkap dengan pita kecil yang melingkar disepanjang pinggang tampak sempurna di depannya.

Kylie menatapnya sekilas. "Well, not bad. Setidaknya yang ini lebih belkesan." komentarnya membuat Arabella mendelik kesal.

Tidak buruk katanya? Oke, mari kita ralat ucapan yang mengatakan kalau bocah kecil ini menggemasakan. Kylie benar-benar menyebalkan.

Lagi-lagi hingar-bingar tawa mengudara begitu perkataan frontal Kylie meluncur mulus dari bibir mungilnya. Tawa Alessia paling keras di antara yang lain. Dia hanya geleng-geleng kepala menyadari kepolosan putrinya.

"Kau tahu mengapa biru dongker?"

Kylie menoleh ke arah Arabella, menatapnya dengan satu alis terangkat. "Kenapa?"

"Karena itu melambangkan dirimu." Arabella mencebik. "Kau menyukai ketenangan tapi selalu menciptakan keributan. Kau suka menarik perhatian tapi menolak memberi penjelasan. Dasar setan cilik." jelasnya lengkap dengan umpatan di akhir kalimatnya.

"Jangan mengumpati putriku, Ara."

Arabella tidak menanggapi protesan tidak terima Alessia begitu suara Kylie kembali meluncur tanpa filter.

"Tidak teldengal demikian. Tak apa, aku memaklumi kekesalanmu." balas Kylie tidak minat.

Mulut Kylie terkadang lebih berbahaya dari pisau kesayangannya. Arabella yakin besar nanti, mulut kurang ajar Kylie pasti menimbulkan masalah untuk dirinya sendiri. Terlepas dari itu, Arabella masih kesal. Usaha yang dia lakukan 3 hari 3 malam untuk menyelesaikan kado untuknya hanya di apresiasi cibiran.

Memang dasar peri neraka.

"Setidaknya kau bisa menghargai perjuangan Aunty. Aunty sendiri yang merancang dan menjahitnya, tahu!" dengkusnya tidak terima.

Oh, ayolah ... Kenapa dia bisa semenyebalkan itu?

"Belapa?"

Arabella mengernyit. "Apa?"

Kylie mendengkus malas. "Kata Aunty halus menghalgai. Jadi belapa halganya?" katanya dengan santai.

Bukan begitu cara mainnya!

Astaga ... Anak ini!!!

"Sebenarnya apa yang kau ajarkan padanya, Al? Dia terlihat seperti dirimu."

Alby tersenyum geli sambil mengacak-acak puncak kepala putrinya sayang. "Tentu saja karena dia anakku, Ara. Stevano selalu seperti itu kalau kau lupa." kekehnya.

Itu fakta.

"Setidaknya dia mengatakannya dengan jujur, Ara." sahut Keira mengejek.

Arabella mengendikan bahu, mengkibaskan rambut panjangnya sambil menyeringai. "Fakta yang tidak bisa kau tolak adalah para pria lebih tertarik denganku daripada denganmu, Ky. Aunty tidak bisa menghentikan mereka." kekehnya mengerling ke arah Kylie yang memilih menatap Alessia dan mengulurkan tangannya meminta gendong.

Alessia tersenyum geli seraya mengelusi sisi kepala Kylie yang nampak bosan. Mata birunya berair, mulai mengantuk. "Lihatlah, Kylie bahkan tahu kalau kau selalu berusaha menarik perhatian banyak pria, Ara. Kurangi kebiasaanmu itu." sahutnya yang dibalas kedipan nakal Arabella.

"Tanpa aku melakukannya mereka tetap tertarik padaku, Ale. Pesonaku terlalu sulit untuk ditolak. Bukan begitu?" kekehnya.

"Well, terserahmu saja Ms. Alison."

Mereka masih saling menggoda sambil sesekali menyahuti lontaran-lontaran Kylie yang polos, meminta untuk tidur. Tanpa sadar waktu sudah semakin larut. Tetapi itu sama sekali tidak melunturkan keramaian di sini meski beberapa yang lain memilih beranjak dan memasuki Villa untuk beristirahat.

Para tetua sudah lebih dulu berlalu tetapi Girls Knight dan para laki-laki masih di luar. Menarik meja di mana daging-daging sudah selesai di panggang dan membawanya dekat ke sisi mereka sambil membuat api unggun.

Rasanya, mereka seolah kembali ke masa senior high school ketika pendakian. Tenang, nyaman dan menyenangkan. Arabella sangat menikmati kebersamaan mereka, saling menggoda, mencibir dengan sesekali bergosip.

Suasana terasa semakin mendukung kala angin malam makin berembus kencang di iringi dengan petikan gitar yang Keenan mainkan. Well, Arabella bahkan baru tahu kalau Keenan cukup mahir memainkankannya. Dan ketika menilik dari pribadinya, sepertinya itu bukan suatu yang cukup mengejutkan.

Arabella mengerutkan kening, dengan bakat juga tampangnya, sudah sangat jelas menggambarkan dia yang seperti Casanova. Cukup mengagumkan di tambah kekayaan laki-laki itu yang melimpah. Pantas saja kalau dia selalu menganggap mudah wanita. Itu karena Keenan memang sempurna. Dan terlepas dari apa pun itu, ia tentu saja mengiyakan semua pemikirannya.

Arabella melirik ke arah para laki-laki yang tengah bernyanyi, menatap mereka bergantian dan begitu matanya berhenti pada lelaki terakhir, Arabella mendapati Keenan tengah menatapnya. Arabella sebenarnya menyadari kalau Keenan terang-terangan memperhatikannya sejak tadi, tetapi Arabella mencoba mengabaikannya.

Ketika Alessia bergabung dengan mereka, Girls knight kembali melanjutkan gosipnya. Bercerita seraya menikmati alkohol dan menikmati daging panggangnya. Arabella kembali melirik Keenan ketika merasakan tatapan lelaki itu perlahan membakarnya, semakin dalam hingga membuatnya terpaku.

Astaga ... Mereka bahkan tidak mengatakan apa pun, tetapi kenapa kekuatan tatapan lelaki itu terasa kuat menghujami tubuhnya yang hanya terbalut gaun tipis. Mengingat pesta mereka di adakan di pantai tentu saja Arabella memilih pakaian santai dan tentunya tak jauh dari kata seksi.

Tatapan mereka saling beradu, menyelami dan tenggelam dalam keramaian di sekitar mereka. Arabella merutuk karena untuk mengabaikan seorang Keenan Maxfield nyatanya bukanlah perkara mudah. Dari masing-masing kubu perempuan dan laki-laki di sini, dan mereka saling menatap seolah tidak ada orang lain dan hanya mereka.

Mengherankan sekali.

Keenan menarik bibirnya, membentuk senyuman menawan. Jemarinya mulai memetik senar gitarnya hingga membentuk sebuah nada yang sontak di iringi dengan nyanyian bait pertama dari lagu just the way you are. Ia bernyanyi tanpa mengalihkan pandangan, mengunci pergerakan Arabella dari kejauhan.

Suara Keenan mengalun merdu, halus dan menyenangkan untuk di dengar. Sebenarnya hal apa yang tidak bisa lelaki itu lakukan? Kalau Keenan terus-menerus memperlihatkan kesempurnaan sekaligus kebisaanya, hal itu tentu saja menyulitkan Arabella.

Dia perempuan dan dia sensitif untuk hal-hal sederhana. Dia tidak ingin jatuh dalam pesona Keenan. Mereka sama-sama gelap dan kelam, dan tentunya bagaimana mereka akan bangkit dengan gelungan sisi itu jika mereka bersama? Jawabannya tentu tidak ada atau mungkin, mustahil yang menyulitkan.

Pertanyaan terdalam Arabella tidak berlangsung lama karena begitu dia kembali menyelami mata cokelat Keenan, dia menemukan jawabannya. Dan itu menakutinya.

Suara Keenan terus mengalun, menyanyikan setiap bait terus begitu hingga sampai di reff dan di sambut suara-suara mereka yang ikut menyanyikan lagu itu penuh keceriaan. Uniknya, diam-diam mereka masih saling menatap—mengabaikan semua yang ada didekatnya tanpa mereka semua menyadarinya.

When I see your face

There's not a thing that I would change 'cause you're amazing

Just the way you are

And when you smile

The whole world stops and stares for a while

'Cause girl you're amazing

Just the way you are

Yeah

Arabella tanpa sadar mengulum bibirnya ketika tatapan Keenan menariknya lebih dalam diiringi lirik lagu yang sialnya semakin membuat dirinya gugup.

Her lips, her lips, I could kiss them all day if she'd let me

Her laugh, her laugh she hates but I think it's so sexy

She's so beautiful, and I tell her everyday

Perlahan ... Aliran darah Arabella mengumpul, ia menahan napas menyadari setiap bait yang meluncur dari bibir Keenan setiap kali menyanyikannya, tatapannya tidak berubah. Dada Arabella berdebar-debar keras begitu dia mengalihkan pandangan.

Tidak bisa. Tidak boleh. Jangan berdebar untuknya sialan! Umpatnya dalam hati.

Terlalu complicated.

Udara dingin bergelung di sekitar mereka. Malam semakin larut begitu satu persatu dari mereka kembali ke Villa. Meninggalkan keceriaan yang sayangnya terlalu singkat untuk dinikmati. Menyebalkan! Kenapa sesuatu yang indah lebih cepat berlalu?

Cukup lama Arabella merenung, membuka-menutup mata sebelum kemudian memutuskan berjalan keluar ketika matanya masih terjaga. Entah mengapa ia sulit memejamkan matanya padahal, Keira sudah tertidur sejak tadi. Kaki telanjang Arabella menyusuri bibir pantai, menatap jauh ke depan sementara pikirannya kembali tenggelam dalam lamunan.

Akankah dia benar-benar mampu untuk jatuh cinta lagi?

Arabella mengambil napas lalu membuangnya perlahan. Menikmati bagaimana keheningan menyelimuti dirinya.

Sampai kapan dirinya akan seperti ini? Menyalahkan takdir yang seolah bermain-main dengan perasaannya. Membuatnya jatuh berkali-kali dalam perasaan dendam yang masih merayap di benaknya—tumbuh dan berkembang padahal, dia tidak benar-benar marah. Dia hanya kecewa dengan pengkhianatan yang mereka lakukan dan bukan untuk jalinan emosional mereka.

Nyatanya, kenyataan terlalu sulit untuk diajak berdamai, berusaha melupa atau mungkin mengikhlaskan namun nyatanya itu hanya sebuah kata-kata penenang untuk dirinya sendiri.

Tiupan halus di telinganya membuat Arabella sontak menoleh dan terkejut mendapati Keenan di sini. Berjalan beberapa langkah darinya, duduk di bibir pantai.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Alih-alih menjawab, Keenan malah menimpalinya dengan pertanyaan. "Kenapa di luar?"

"Tidak bisa tidur." jawabnya sebelum kemudian Arabella mendekatinya dan mengambil duduk di sebelahnya.

Bersama Keenan, dia tidak perlu repot-repot menjadi orang lain dan setidaknya untuk saat ini, itu menguntungkan baginya.

"Ingin mengulang yang kemarin?" kali ini Keenan menatapnya, memperhatikannya tanpa senyuman tetapi hal itu tetap membuat Arabella memerah mengingat itu. Pengalaman antimainstream yang pernah dilakukannya dengan seseorang yang seharusnya ia hindari.

"Tidak." jawab Arabella cukup lama.

Keenan menarik senyuman. "Kenapa?"

"Tidak semua kenapa harus menyertakan karena, bukan?"

Arabella berusaha keras mengatakan itu. Berharap Keenan tidak mendesaknya dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa menyudutkannya. Tidak lagi setelah beberapa kali dirinya terus bersikap bodoh ketika bersama lelaki itu.

"Kau akan datang?"

Sebelah alis Arabella terangkat. "Apa?"

"Pernikahan mantan tunanganmu."

Well, Arabella tidak akan kaget bagaimana Keenan tahu tentang itu. Masalahnya, untuk apa dia menguntitnya terlalu jauh?

Alih-alih mengutarakan ketidaksenangannya, Arabella menjawab santai. "Kenapa tidak?"

"Aku belum tentu mau,"

"Priaku masih banyak. Aku tidak akan kesulitan hanya karena kau pernah kukenalkan dengan mereka."

"Kau masih dendam dengan mereka?"

"Bukan urusanmu!" dan seakan menyadari arah pembicaraan mereka, mata biru Arabella membola, mengerjap-ngerjap beberapa kali sebelum kemudian menatap Keenan dengan tatapan membunuhnya. "Dari mana kau tahu tentang itu?!"

Keenan menyunggingkan senyum, tatapannya berubah geli. "Apa aku harus menjelaskan bagaimana cara kerja uang, Baby?" kekehnya.

Arabella mendengkus. Tentu saja karena dia memilikinya. Sialan! Seberapa banyak yang Keenan ketahui tentang dirinya?

"Ken apa kau—"

"Mau?" Keenan menyodorkan sebungkus rokok ke arahnya, menyumpal keingitahuannya.

Dan Arabella tahu lelaki itu sengaja. Tapi sayangnya, sepertinya dia memang membutuhkan itu. Sebelah tangan Arabella hendak meraihnya, tetapi Keenan lebih dulu menjauhkannya. Menarik Arabella mendekat, Keenan menghapus jarak di antara mereka hingga Arabella dapat merasakan helaan napas Keenan menerpa wajahnya. Terus mendekat hingga Arabella memilih menghentikannya dengan jari telunjuk.

"Cukup, Ken. Kau sudah terlalu banyak melanggar peraturanku."

"Apa semua itu penting?"

"Tentu saja!"

"Sayang sekali," Keenan menarik bibir, menyeringai. "Sebanyak apa pun aturanmu, sebanyak itu pula kau perlu mengingat tidak ada seorang pun yang dapat menghentikanku, Ara."

Dan semua itu terjawab sudah. Arabella tahu tidak ada yang bisa menghentikannya, sayangnya ... Saat ini, justru dia setuju dengan pernyataan Keenan. Karena yang Arabella butuhkan bukan izin tetapi dengan apa dan bagaimana seseorang itu akan merubuhkan tembok pertahanannya.

Bibir Keenan memangutnya dengan lembut—bergerak pelan dan seirama. Menyeluruh—lebih dalam dan intens. Arabella tidak dapat mencegahnya begitu tubuhnya mengkhianatinya. Menerima segala hal yang Keenan lakukan bahkan meresponssnya.

Oh, astaga ... Kenapa dia bisa menjadi seperti jalang sungguhan?

"Jauhi rokok, Baby. Aku memperingatimu." gumamnya di sela-sela ciuman mereka.

HOPE YOU LIKE! 

Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian, mohon untuk selalu support aku terus. Dengan cara like, coment and follow Ya!

Biar makin greget .. Ajak juga teman-temanmu, saudara, pacar, tetangga, kenalan atau bahkan mantanmu untuk baca babang Ken dan qaqa Ara. Sekalian juga kalian bisa share ke w*, i* story, F******k, Twitter ataupun postingan kalian yang lain. Ajak mereka join bareng kamu disini!

Sebelumnya Aku ucapkan terima kasih sangat atas partisipasi dan keikhlasan klean klean klean semua. 

TANGKYUUU and LOVE U Baby's 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status