Home / Romansa / Luapan Gairah Panas Ayahmu / Bab 48. Periksa Alesha

Share

Bab 48. Periksa Alesha

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-09-13 08:27:04

“Kalau begitu ... boleh aku yang periksa Alesha?” ucap Rayhan, hati-hati memilih kata. “Biar aku sendiri yang pastikan kondisinya aman.”

Arif menatapnya dengan ekspresi lega. “Itu bagus sekali. Justru aku lebih tenang kalau dia ditangani oleh kamu. Aku tahu kamu dokter yang bisa dipercaya.”

Rayhan mengangguk pelan. Senyum tipis terbit di bibirnya, meski hatinya dicekam rasa bersalah.

***

Pintu lift terbuka dengan bunyi ting yang datar. Mereka melangkah masuk. Arif berdiri di depan, sementara Rayhan mengikuti di belakangnya. Selama perjalanan menuju lantai VIP, pikiran Rayhan berputar cepat.

Bagaimana jika Arif tahu? Bagaimana jika Alesha keceplosan bicara sesuatu? Bagaimana ia harus menjaga ekspresi ketika berdiri di antara dua dunia: dunia sahabat lama, dan dunia rahasia terlarang bersama Alesha?

Lift berhenti. Pintu terbuka. Lorong VIP menyambut dengan aroma antiseptik yang lebih tajam, tembok putih yang bersih, dan suasana sunyi.

Mereka berhenti di depan sebuah pintu berlapis kayu,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 57. Kecurigaan Zira Semakin Dalam. 

    “Lesha, kamu pikir aku nggak mikirin itu? Aku udah atur jadwalku. Kita berangkat pagi-pagi sebelum Zira sempat lihat. Pulangnya, aku jemput malam. Kita nggak usah turun dekat gerbang. Aman.”Alesha menelan ludah. Matanya bergetar menatap sosok pria yang sudah terlalu dalam mengikat hatinya. “Aku cuma … takut hubungan kita jadi bencana kalau ketahuan.”Rayhan mengangkat tangan, membelai pipi pucat itu. Jari-jarinya hangat, kontras dengan kulit dingin Alesha. “Aku bukan anak kecil. Aku tahu risikonya. Tapi aku juga tahu, kamu penting buatku. Selama kamu belum pulih total, aku nggak akan biarkan kamu sendirian.”Alesha menunduk. Perkataan itu menyusup ke hati, membuatnya semakin sulit melawan. Ia ingin mengatakan tidak, tapi tubuh dan perasaannya justru berkhianat.“Jadi kamu rela menyamar sebagai sopir pribadi?” gumamnya, mencoba bercanda.Rayhan terkekeh, lalu menunduk dan cepat mencium leher Alesha. “Sopir pribadi yang bisa kamu peluk dan cium sesuka hati—tapi hanya di tempat tertutu

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 56. Antar Jemput Alesha

    “Mau kupotongin buah?” Zira berinisiatif, mengubah arah obrolan.“Mau banget,” Alesha cepat menyambut.Zira menyiapkan piring, pisau, dan memotong apel satu per satu. Sementara itu, Alesha duduk di sofa, menatap sahabatnya dengan senyum tipis.“Kamu tahu, aku seneng banget kamu dateng,” kata Alesha. “Aku butuh banget temen ngobrol.”Zira mengangguk, tersenyum kecil. “Aku juga. Kangen ngobrol sama kamu.”Namun jauh di dalam hati, Zira masih merasa ada yang tak beres. Kata-kata ayahnya di lobby, ekspresi gugup Alesha, dan aroma ruangan yang seperti baru saja dipaksa segar—semuanya menumpuk menjadi pertanyaan besar.Kenapa Papa ada di sini pagi-pagi? Apa yang sebenarnya terjadi di balik semua alasan itu?Ia menahan diri untuk tidak langsung menanyakan. Untuk saat ini, ia masih mencoba percaya. Masih ingin percaya bahwa semua ini hanyalah kecurigaan berlebihan.Meski begitu, satu hal pasti: bayangan tadi pagi, ketika ia berpapasan dengan ayahnya di lobby, akan terus menghantuinya.Percaka

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 55. Berpapasan di Apartemen

    Langit pagi itu muram, seakan menyimpan rahasia yang enggan diungkap. Awan kelabu menggantung rendah, menutupi sebagian cahaya matahari yang seharusnya menebar hangat. Angin berembus pelan, menyapu dedaunan di sepanjang jalan menuju kompleks apartemen modern yang menjulang di tengah kota.Zira memarkir mobilnya di basement. Ia mengambil kantong plastik berisi buah segar dan beberapa camilan kesukaan Alesha, lalu melangkah mantap ke arah lift. Meski Alesha sempat berpesan semalam agar tidak usah repot menjenguk, Zira tetap memutuskan untuk datang.Ada sesuatu dalam dirinya yang tak bisa diam hanya dengan pesan singkat. Rasa peduli sebagai sahabat bercampur dengan kegelisahan yang tak bisa ia jelaskan. Ia ingin memastikan Alesha benar-benar baik-baik saja.Namun, begitu sampai di lobby, langkahnya mendadak terhenti.Dari arah lift, muncul sosok yang begitu dikenalnya: Rayhan. Dengan sweater abu-abu dan tas kulit cokelat tua di tangan, pria itu tampak seperti baru saja keluar dari unit a

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 54. Rasa Curiga yang Menyelinap

    Malam itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Di kamar bernuansa krem muda dengan meja belajar yang dipenuhi buku kuliah dan sticky notes warna-warni, Zira berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke taman belakang. Daun-daun mangga bergoyang pelan tertiup angin, sementara suara cengkerik dan sesekali gonggongan anjing tetangga menjadi musik latar yang tak ia harapkan.Tangannya terlipat di dada, bibirnya terkatup rapat, dan matanya menatap kosong ke luar. Baru saja ia selesai video call dengan teman kampus, pura-pura tertawa, pura-pura baik-baik saja. Padahal, ada satu hal yang membuat dadanya terasa sesak: pesan singkat dari ayahnya.[Papa harus mantau pasien pasca operasi malam ini, jaga di RS. Jangan tungguin ya. Istirahat yang cukup, Sayang.]Zira menatap layar ponsel itu lama, seperti mencoba membaca kebenaran di balik kata-kata. Ia menggertakkan gigi. Ini sudah kali ketiga dalam seminggu Rayhan mendadak ‘jaga pasien’. Dulu, setiap kali ayahnya mengatakan hal itu, Zir

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 53. Kembali ke Apartemen. 

    Begitu sampai di lobi, mobil hitamnya sudah menunggu. Supir pribadi membukakan pintu, tapi Rayhan sendiri yang menuntun Alesha masuk, memastikan gadis itu duduk nyaman di kursi penumpang.Perjalanan pulang ke apartemen berlangsung hening, namun bukan berarti kosong. Jalanan Jakarta sore itu ramai, kendaraan saling berebut jalur, klakson terdengar di sana-sini. Namun di dalam mobil hitam yang melaju pelan itu, seakan tercipta dunia kecil yang hanya berisi dua orang: Rayhan dan Alesha.Rayhan memegang kemudi dengan tenang, matanya fokus ke jalan, tapi sesekali ia melirik ke arah kursi penumpang. Di sana, Alesha sudah terlelap. Rambut hitam panjangnya terurai di bahu, sebagian menutupi wajah pucatnya. Bibirnya terbuka sedikit, napasnya teratur—meski masih ada sisa letih dari sakit yang baru saja ia lawan.Setiap kali Rayhan menoleh, dadanya menghangat sekaligus menegang. Ada rasa lega melihat wanita itu bisa tidur dengan tenang, tapi juga ada ketakutan samar: bagaimana kalau tadi ia terl

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 52. Diperbolehkan Pulang. 

    “Aku masuk, ya?” suaranya dalam, berat, tapi hangat—suara yang selalu punya cara menenangkan sekaligus mengguncang hati Alesha.Ia hanya mengangguk pelan. Ada rindu samar di matanya, meski ia tak berani mengucapkannya.Rayhan menutup pintu dengan perlahan, melangkah mendekat. Kursi di samping ranjang ia tarik, lalu duduk di sana. Tangannya—besar, kokoh, tapi selalu terasa hangat—menyentuh punggung tangan Alesha. Sentuhan itu pelan, hati-hati, seakan takut terlalu kuat akan menyakiti.“Arif nggak bisa jemput,” ucap Rayhan dengan nada lirih. “Dia harus langsung ke bandara. Ada meeting mendadak di Eropa. Katanya minta maaf … dan titip kamu padaku.”Alesha menunduk. Kata-kata itu menohok lebih dalam dari yang ia kira. Tenggorokannya tercekat, rasa sesak merayap naik. Bukan hanya karena sakit fisik, tapi karena perasaan ditinggalkan yang terlalu sering ia telan sejak kecil.“Kenapa selalu begitu, ya …,” bisiknya pelan. “Aku bahkan belum benar-benar sembuh ….”Rayhan menatapnya tanpa berked

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status