Home / Romansa / Luapan Gairah Panas Ayahmu / Bab 66. Malam yang Tak Pernah Usai. 

Share

Bab 66. Malam yang Tak Pernah Usai. 

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-09-22 08:33:09

Basement hotel relatif sepi. Suara langkah sepatu Alesha terdengar jelas saat ia berjalan di antara deretan mobil. Aroma bensin tipis bercampur dengan udara dingin dari pendingin ruangan.

Lampu mobil sedan hitam dengan kaca gelap menyala pelan. Alesha segera mengenali itu milik Rayhan. Ia berjalan cepat, membuka pintu penumpang, dan masuk ke dalam.

Tak lama kemudian, Rayhan muncul dari arah lain, membuka pintu pengemudi, lalu masuk.

Hening sesaat. Hanya suara napas mereka berdua.

Rayhan menoleh, menatap Alesha dari dekat. “Kamu baik-baik aja? Ada yang lihat kamu keluar?”

Alesha menggeleng. “Aku buru-buru. Rasanya semua orang sibuk sama urusannya masing-masing.”

Rayhan menghela napas lega. Tangannya terulur, menyentuh pipi Alesha, seakan butuh memastikan gadis itu nyata di hadapannya. “Aku hampir gila tadi, lihat kamu pakai gaun itu … dan semua mata tertuju padamu.”

Alesha menunduk, menggigit bibir bawahnya. “Itu pilihan Zira … aku nggak bisa nolak.”

“Ya,” Rayhan mengusap pipinya pelan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 86. Setenang Itu. 

    Gadis itu menyembulkan kepala dengan rambut yang masih berantakan, beberapa helai menempel di wajah. Matanya sipit karena baru bangun, tapi senyumnya lebar penuh energi khas pagi.“Papa masak, lho. Jarang banget. Kamu harus coba, enak pasti!” katanya, menambahkan dengan semangat. Ada rasa bangga terselip dalam suaranya, seperti seorang anak kecil yang ingin memamerkan mainan baru.Kata “Papa” menancap begitu keras di telinga Alesha, membuat seluruh tubuhnya menegang. Seketika wajah Rayhan melintas di pikirannya—bukan wajah seorang ayah yang sedang menyiapkan sarapan, melainkan wajah yang semalam begitu dekat, begitu intim dengannya.Ia merasakan sensasi panas menjalar dari pipi ke telinga, lalu turun ke leher. Seolah tubuhnya sendiri menolak untuk bersikap normal. Tolonglah, jangan ketahuan …Alesha menarik napas dalam, menelan kegugupan yang menumpuk di tenggorokannya. Ia tahu, wajahnya pasti sedikit merah. Tapi untung cahaya pagi yang masuk dari tirai tidak terlalu terang.Dengan se

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 85. Pura-Pura Normal. 

    Pelan, ia membuka pintu kamar Zira. Suara engsel yang berderit membuat jantungnya hampir meloncat. Ia menoleh sebentar, memastikan Rayhan tidak pergi. Pria itu masih berdiri di sana, menyandarkan punggungnya ke dinding, menatap Alesha dengan mata yang penuh arti.Alesha masuk ke kamar dengan langkah pelan. Ruangan itu gelap, hanya diterangi sinar bulan yang menembus gorden tipis. Di ranjang, Zira sudah terlelap, wajahnya tenang, nafasnya teratur.Dengan hati-hati, Alesha melepas sandalnya, lalu merangkak naik ke ranjang. Ia berbaring di sisi Zira, menatap langit-langit. Dadanya masih berdegup kencang, bukan hanya karena apa yang ia lakukan dengan Rayhan, tapi juga karena ketakutan: bagaimana jika suatu saat Zira tahu?Zira bergeser sedikit dalam tidurnya, tanpa sadar memeluk lengan Alesha. Gerakan itu membuat Alesha nyaris menangis. Ia menggigit bibirnya, menahan air mata yang tiba-tiba menggenang. Ada rasa bersalah yang begitu besar, tapi juga ada kebahagiaan yang tidak bisa ia tolak

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 84. Tidak Ada Penyesalan. 

    Rayhan mengusap punggungnya, menenangkan. Suaranya serak tapi lembut. “Tidak ada penyesalan, kan?”Alesha menutup mata, mendengar detak jantungnya. Bibirnya melengkung dalam senyum samar. “Tidak. Tidak pernah.”Dan rahasia itu, terkubur rapat di dalam dapur kecil itu, menjadi milik mereka berdua—malam yang tidak akan pernah hilang dari ingatan.Rayhan mencium puncak kepalanya, menahan dirinya untuk tidak tenggelam terlalu jauh. Tapi ia tahu, mereka sudah terlanjur terlalu dalam.***Cahaya lampu dapur yang temaram kini hanya menyisakan bayangan. Malam semakin dalam, udara makin dingin, tapi tubuh Alesha dan Rayhan masih dipenuhi sisa hangat yang baru saja mereka ciptakan. Napas mereka perlahan mereda, tidak lagi terburu-buru, meski dada keduanya masih naik-turun, menandai betapa intensnya apa yang barusan terjadi.Rayhan meraih kaos abunya yang tadi terlepas di lantai, lalu memakainya kembali. Gerakannya pelan, tidak tergesa, seolah ingin memberi waktu bagi Alesha untuk mengatur diri.

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 83. (++) Semakin Panas. 

    “Aku gila karenamu ….” Rayhan berbisik di sela ciuman, tangannya sudah menggeser pinggul Alesha, menekan ke meja dapur.Alesha mendesah, suara kecil keluar dari tenggorokannya. “Rayhan ….” Suaranya bergetar, tapi bukan karena menolak.Ciuman itu pecah sebentar ketika Rayhan menurunkan bibirnya ke leher Alesha. Ia mengecap kulit hangat itu, menjilat pelan, lalu menggigit ringan hingga Alesha menggeliat. Tubuhnya merunduk, bibirnya bergerak di sepanjang tulang selangka.“Rasanya … aku tidak bisa menahan diri malam ini,” Rayhan mengaku, suaranya rendah, hampir seperti geraman.Alesha menggenggam bahunya erat, seolah itu satu-satunya pegangan agar tidak jatuh. “Kalau begitu ... Jangan … berhenti.”Rayhan menatapnya sekejap, matanya berkilat. Senyum tipis di bibirnya liar sekaligus menyakitkan. Ia meraih pinggiran baju tidur Alesha, perlahan menggeser ke atas. Suara kain yang bergesek terdengar jelas di ruang dapur yang sepi.Piyama tipis itu segera melorot dari bahunya, meninggalkan kulit

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 82. (++)Dapur yang Panas

    Rayhan menggeser kursinya perlahan, bunyi kayu berderit halus mengisi ruang dapur yang sepi. Alesha menoleh, dan detik itu tatapan mereka bersua. Ada jarak yang nyaris lenyap di antara mereka.Rayhan menempelkan dahinya ke dahi Alesha, napasnya berat, dadanya naik turun. “Kamu sadar, kan? Setiap kali kita mencoba berhenti, kita justru kembali … lebih dalam dari sebelumnya.”Alesha menelan ludah, jantungnya berdegup kacau. Ucapan itu menghantam tepat di inti hatinya. Ia tahu Rayhan benar—mereka seharusnya berhenti sejak lama. Namun, setiap pertemuan justru semakin menjeratnya.“Om … jangan,” bisik Alesha, hampir tak terdengar. Suaranya bergetar, seperti tali rapuh yang siap putus. Tapi Rayhan bukanlah orang bodoh; ia tahu persis arti di balik getaran itu. Itu bukan penolakan, melainkan permohonan lemah yang penuh paradoks.Rayhan tersenyum miring, tatapannya intens, penuh keyakinan. Jemarinya terangkat, menyusuri garis rahang Alesha dengan kelembutan yang berbahaya. “Kamu bisa menyuruh

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 81. Bertemu di Dapur. 

    Malam sudah dalam. Hujan deras yang sedari senja turun kini tinggal sisa rintik, menetes pelan di atap rumah keluarga itu. Jam dinding di ruang keluarga menunjuk hampir pukul satu dini hari. Semua penghuni rumah terlelap dalam tidurnya, kecuali satu orang: Alesha.Ia berbaring di ranjang empuk kamar Zira, tapi matanya menolak tertutup. Cahaya lampu tidur remang-remang hanya membuat pikirannya makin bising. Di sampingnya, Zira sudah terlelap sejak lama, bernapas pelan dengan posisi meringkuk.Alesha menatap langit-langit kamar, lalu menoleh ke jendela yang tertutup tirai tipis. Suara rintik hujan masih terdengar samar, beradu dengan desir angin. Ia merasa gelisah. Entah karena suasana asing dari rumah besar itu, atau … karena sosok seseorang yang terus membayang di kepalanya.Rayhan.Nama itu muncul tanpa diundang. Setiap kali ia mencoba memalingkan hati, bayangan pria itu semakin kuat menjerat. Tadi sore, di ruang keluarga, tatapan mereka berulang kali bersua. Bahkan di depan Zira sek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status