Suara lonceng kesekian kalinya bersuara, kedua remaja berbeda jenis kelamin ini masih diam membisu tak ada yang mulai berbicara, lima menit pun telah berlalu membuat Bintang tak sabar lagi menunggu sang lawan bersuara.
"ga mau ngomong heh?" tanya Bintang ketus. Namun Darga malah tersenyum lebar karena tujuannya membuat Bintang bicara pun berhasil.
"akhirnya bicara juga," ujar Darga membuat Bintang mendengus kesal.
"apa?" tanya Bintang singkat.
"jadi aku mau kamu kabulin 3 permintaan aku! Ga ada penolakan!" jelas Darga lancar.
"Gue bukan jin!!" ketus Bintang.
"hmm kamu suka banget ya kalo aku ngancem," balas Darga sambil terkekeh.
"to the piont!" ketus Bintang setelah mendengus kesal.
"ok ok, permintaan pertama ya..... Hmm, ajarin aku matematika tiap pulang sekolah!"
Mata Bintang melotot tajam ke arah Darga disertai kepalan tangan yang ia simpan di atas meja. "Gila hah?" tanya Bintang dengan emosi namun dibalas kekehan oleh Darga membuat Bintang semakin kesal.
"ya udah kalo ga mau! Jangan salahin aku kalo sekolah kamu tiba-tiba viral karena ada salah satu murid yang wow besok," jelas Darga dengan tenang.
"LO!!" geram Bintang namun akhirnya ia mengangguk setuju dengan kesal, kemudian melanjutkan kalimatnya, "hanya seminggu!".
"No! Sebulan! Atau...."
"OK FINE! Pemaksa!" dengus Bintang kemudian bersiap untung pulang namun sebelumnya ia meminta buku diarynya pada Darga.
"aku kasih ini setelah kamu sampai ke rumah!" balas Darga sambil memakai tas nya. Bintang malah mengerutkan kening dan mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya 'apa?' pada Darga. "aku anterin kamu pulang! Ga ada penolakan!".
"gapapa aku anter ke sekolah kamu dulu ambil motor terus aku dibelakang kamu sampe nyampe ke rumah!"
Bintang hanya memutar bola matanya karena kesal. Setelah itu ia melangkah menuju pintu keluar dan menghampiri motor matic hitam milik Darga tanpa memikirkan membayar minumannya karena terlalu kesal.
Setelah Darga membayar pesanannya dan Bintang, ia segera melangkahkan kaki menuju parkiran kemudian mengantarkan Bintang ke sekolah mengambil motor.
Nampak parkiran sekolah Bintang sepi, namun masih ada beberapa orang yang terlihat. Suara dari lapang utama terdengar jelas dari anak ekskul paskibra yang kemungkinan Aryani masih ada disekolah. Segera Bintang mengambil motornya, yang tersisa beberapa motor didekat motor Bintang. Entah mengapa Bintang merasa cemas karena takut salah satu sahabatnya melihat ia dengan Darga.
Setelah merasa aman tak ada yang melihat, akhirnya Bintang menjalankan motornya menuju gerbang Siswa dan Darga dengan anteng mengikuti arah dan tujuan Bintang. Ke pelaminan juga ok ok aja aku mah!" batin Darga sambil terkekeh.
Butuh waktu 30 menit untuk sampai dirumah minimalis namun elegan itu, rumah dimana menjadi tempat keluarga Bintang tinggal, halaman yang asri membuat kenyamanan bertambah.
Bintang berhenti tepat didepan pagar rumahnya tanpa membuka, diikuti Darga yang mematikan mesin kendaraannya dan turun mendekati Bintang. Tangan Bintang sudah menengadah guna meminta bukunya namun Darga malah membalas dengan Candaan yang membuat Bintang mendengus keras.
"jangan minta nafkah sekarang Bi, nanti ya kalo udah sah!" balas Darga.
"Sah matamu!!! Balikin!" kemajuan yang cukup membanggakan ketika Bintang berbicara lebih dari dua kata.
"kasih senyum dulu dong!" ujar Darga sambil mengedip genit dan mengeluarkan buku diary putih milik Bintang dari ranselnya.
Bintang mendengus kesal kemudian merampas buku di tangan Darga, bukannya marah Darga malah tetawa gemas melihat tingkah Bintang.
"jangan lupa ya besok pulang sekolah, tempatnya besok aku chat. Oh iya, sampai jumpa," ucap Darga sambil mengelus kepala Bintang tanpa membuat rambut indahnya berantakan. Sedangkan Bintang hanya mampu berkedip ketika elusan itu meninggalkan bekas hangat hingga sampai ke hatinya.
"bye! Assalamualaikum," pamit Darga dengan senyum manisnya kemudian pergi meninggalkan Bintang yang mematung.
Suara klakson terdengar membuat Bintang tersentak kaget dan menoleh ke arah suara, terlihat sang ayah yang baru pulang dari Gudang dengan mobil pick up nya melongokan kepalanya menyuruh Bintang membuka pagar, dengan segera Bintang melakukannya.
***
Parkiran SMA pancasila terlihat masih sepi, hanya ada beberapa orang yang baru datang padahal jam sudah menunjukan pukul 7 kurang 15 menit. Darga yang baru sampai hanya menghela nafas kecil dengan tingkah teman-teman barunya yang lebih suka datang di waktu mepet.
Tak ingin berlama-lama diparkiran akhirnya Darga memutuskan untuk melangkahkan kakinya menuju kelas, namun baru setengah perjalanan seorang perempuan cantik berbandana pink mengadangnya.
"Ga? Kenalin gue Dinar," ucap Dinar sambil menyodorkan tangannya.
"oh, Darga!" balas Darga sambil menjabat tangan Dinar.
"oh iya, ini gue bawa Roti buat lo! Semoga suka," ujar Dinar sambil memberikan sebuah kotak makan kepada Darga. Namun sayang, Darga tidak menerimanya.
"sorry bukannya ga sopan nolak rezeki! Tapi gue juga bawa roti, buat lo aja. Gue duluan ya!" jawab dan pamit Darga membuat Dinar mengerucutkan bibirnya karena kesal. Untuk pertama kalinya ada orang yang menolak sesuatu dari Dinar, padahal biasanya para lelaki lah yang selalu memberi Dinar makanan namun Dinar tolak.
"apa ini yang namanyanya kurma?" batin Dinar.
(kurma maksud Dinar karma ya.)
Sesampainya dikelas Darga duduk ditempatnya kemudian membuka ponselnya guna menghubungi seseorang, namun kata 'online' pada nama Noubiku membuat ia khilaf dan malah menghubungi Bintang.
Noubiku
Asslamualaikum Noubiku
06.56Waalaikumsalam, Noubiku?
07.00Hehe typo
07.00Tak ada balasan dari Bintang padahal tanda centang dua biru menjadi saksi bahwa Bintang telah membacanya.
"positif thinking aja Ga siapa tau udah ada guru," gumam Darga menyabarkan diri.
"woy Ga!! Lu kemarin ada dicafe dekat lapangan kan? Bareng cewek pula!! Tak ada bagi tau kau orang ya!" Teman sebangku Darga bernama Hans yang notabennya asli sunda namun teobsesi dengan logat medan dan melayu itu mendudukan dirinya disamping Darga sambil berceloteh.
"iya, sama calon!" balas Darga sambil tersenyum.
"CALON? WADAW BADDASSSS.. MAU NIKAH MUDAH KAH?" tanya Hans tak santai membuat Darga meringis karena teman sekelasnya melirik ke bangkunya. Sungguh malu!.
"ga usah pake tua juga Hans! Malu," balas Darga.
"HILIH TUA MUKA KAU!!! TOA YANG BETUL!" nah kan dibilangin malah makin ngegas. Dasar Hans.
"btw calon kata kau tu calon apa? Kalo calon mayat kita orang pun sama!" tanya Hans lebih kalem.
"calon jodoh hehe.. Do'a in aja ya!" balas Darga terkekeh.
Tak lama suara seorang Guru terdengar membuat semuanya berfokus pada pembelajaran.
.
.."Bi?" suara seseorang memanggil Bintang dari belakang membuat si pemilik nama menoleh dan mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya 'ada apa' pada si pemanggil.
"kemarin lu dianterin sape pulang? Ko barengan gitu dari parkiran!" tanya aryani sambil berbisik.
"temen," balas Bintang singkat kemudian kembali melihat ke depan.
Dibalik kekaleman Bintang kali ini tidak seperti biasanya, ada rasa cemas sahabatnya bertanya lagi, dan tidak tau mengapa rasanya cemas jika teman temannya tahu jika teman yang Bintang maksud adalah Darga, orang yang menjadi pembicaraan di SMK widya Kusuma sejak beberapa hari yang lalu.
Tak terasa waktu istirahat pun tiba, ketika Bintang dan para sahabatnya bersiap untuk pergi ke kantin, suara notifikasi dari ponselnya membuat ia mengurungkan niatnya melangkah dan malah membuka terlebih dahulu notifikasi tersebut.
Kang maksa
OnlineKetemu di halte, kita belajarnya di cafe Angkasa aja.
Y.
Tanpa menunggu balasan Darga, Bintang pun menyusul para sahabatnya ke kantin yang kebetulan ketika keluar dari kelas punggung sahabatnya masih terlihat membuat ia bergegas menyusul.
pagi ini terlihat cerah, sang surya memancarkan sinarnya diangaksa yang biru, sudah sebulan sejak Bintang sadar dari komanya, semuanya berjalan sebagaimana mestinya, tak ada lagi pesan ancaman, tak ada lagi bayangan kekerasan. Satu bulan penuh Bintang menjalani berbagai macam terapi ditemani keluarga, sahabat dan kekasihnya.Rasa takut dalam dirinya perlahan hilang ketika ia mulai konsultasi ke salah satu Dokter psikologi atas saran Bagas dan bujukan orang orang terdekatnya, Kakinya yang patah kini mulai membaik walau masih belum bisa berlari. Dokter Vian menjadi dokter yang terus mengawasi pengobatan Bintang atas permintaan Dokter Bagas. Hingga akhirnya Bintang dapat dinyatakan sembuh total dan bisa kembali bersekolah setelah sekian lama ia tak masuk ke sekolahnya. Kakinya menginjakan kaki diparkiran sekolah dengan bantuan Darga yang kini tengah merapikan rambutnya. Banyak pasang mata yang menatap Bintang pangling karena hamoir satu bulan setengah Bintang tak
Terik matahari sore masih terasa menyengat dikulit, suasana ramai didukung dengan cuaca panas tak membuat banyak orang mengurungkan dan menunda kegiatannya, banyak orang yang berkeliaran diparkiran rumah sakit, Yasa dan Niken yang sudah menunggu sejak sepuluh menit yang lalu mulai gerget karena ketiga orang yang keduanya tunggu tak kunjung datang, Niken memang tahu ruangannya namun sudah janjian diparkiran. Tak enak jika ia dan Yasa duluan padahal yang mengajaknya Aryani dan sahabatnya.Keduanya tengan berdiri dibawah pohon mangga yang tidak terlalu tinggi namun sedikitnya bisa menghindari panasnya sengatan matahari walau hanya sedikit tubuhnya saja yang terhalangi."kita masuk duluan aja yuk, panas, mana disini ga ada tempat buat neduh," ujar Yasa pada Niken yang tengah mengedarkan pandangannya ke sekeliling parkiran yang nampak banyak orang bolak balik dan kendaraan yang tanpa henti keluar masuk."ga enak kalo duluan, kan kita cuma ikut sama
Sudah satu minggu sejak kejadian para wartawan mengejar siswa siswi, guru dan kepala sekolah SMK Widya Kusuma, semuanya sudah mereda sejak kemarin pagi akhirnya perwakilan dari guru dan siswa yang bersangkutan mau untuk diwawancara dengan syarat tidak mau dipublikasikan. Hanya sedikit penjelasan agar para wartawan berhenti mengganggu kenyamanan sekolah.Siswa yang menjadi perwakilan yaitu Yasa sebagai ketua OSIS yang sebentar lagi akan lengser. Banyak pertanyaan yang para wartawan ajukan, namun tak banyak yang dijawab oleh Yasa temasuk korban, Yasa tidak memberitahunya demi kenyamanan berbagai pihak.Suasana kelas OTKP 2 terlihat hening dengan Bu Yash yang tengah menjelaskan materi didepan kelas. Seminggu terakhir ini suasana kelas terlihat muram membuat para guru sedikit memberi arahan karena hampir semua muridnya terlihat tak bersemangat."materi hari ini cukup sekian, minggu depan tugasnya harus sudah selesai ya," jelas Bu Yash yang dibalas
Yasa mengecek satu persatu CCTV, ia baru ingat mengenai kejadian beberapa hari yang lalu ketika Bintang diculik Sandi, dengan bergerak cepat Yasa membuka CCTV kelas Bintang.Terlihat pada jam istirahat kelas Bintang hanya Bintang seorang yang tengah memakan bekalnya, tak lama seseorang masuk yang tak lain Sandi membuat Bintang mematung, Senyum Yasa mengembang seketika.Namun senyumnya surut dan berubah menjadi umpatan ketika Yasa melihat jika rekaman CCTV kejadian itu dihapus dan hanya ada kelanjutannya ketika Sandi membawa Bintang yang terkulai lemas keluar kelas.Dengan tangan yang cepat, Yasa membuka satu persatu dari sekian banyak. Bahkan CCTV parkiran pun dihapus. CCTV hari ini bahkan tak bisa diputar semuanya dijam sembilan lebih. Sepertinya kejadian tadi sudah direncanakan.Dengan cepat Yasa bertanya pada security yang menunggunya diluar ruangan, "pak?" panggil Yasa."iya den?""apa sebelumnya ada yang mi
Entah sudah berapa lama Darga beridam diri dikursi itu, Matanya menatap kosong ke arah lantai dengan kedua tangan disatukan dengan dikepalkan, kepalanya menunduk dengan memejamkan matanya yang sesekali keluar air mata.Silahkan jika kalian anggap Darga cengeng, satu hal yang membuat ia bisa tertawa lepas dengan kehidupan yang penuh warna selain dari keluarganya, ia bisa melalu itu hanya ketika bersama Bintang seorang.Niken mentapa Anggun dan Darga dengan tangan bergetar karena masih syok dan merasa bersalah. "Anggun? Darga?" panggil Niken membuat keduanya menoleh dan bertanya dengan sorot matanya."ada yang mau gue jelasin," ujar Niken membuat Anggun yangs sejak tadi berdiri menatap jendela pintu UGD yang tertutup gorden.Dengan langkah pelan, Darga dan Anggun berjalan menghampiri Niken kemudian duduk disamping gadis itu. Niken menutup matanya sekejap kemudian membuka matanya kembali dengan tangan yang tidak terlalu bergetar sekar
Sorak sorai dengan tepuk tangan yang meriah menggema diseluruh penjuru SMK Widkum. Baik laki laki ataupun perempuan, siswa ataupun guru, semuanya ikut berpartisipasi menjadi supporter yang sangat dibutuhkan bagi para pemain.Dua tim yang kini tengah bersiap untuk berlawan yaitu Tim Yasa dengan Tim Romi dari SMA Pancasila membuat kedua tim mendapat banyak dukungan. Tribun yang biasanya hanya diisi paling banyak setengahnya kini tiba tiba penuh, pinggir lapangan dikelilingi para supporter yang akan mendukung tim sekolah masing masing.Berbeda dengan teman teman Darga yang kini bersemangat untuk mendukung Romi dan Timnya, Darga malah sibuk mencari sosok yang mengganggu pikirannya sejak tadi malam hingga ia tak bisa tidur.Matanya terus memindai dari sisi ke sisi, namun Darga belum menemukan satu orang yang ia cari dianta ratusan manusia dengan suara yang menggema disuruh antero sekolah. Ala Bintang tidak menonton pertandingan?Dengan geraka
Baju tidur motif beruang dilengkapi dengan jaket hitam polos menjadi pilihan Bintang saat ini, dengan langkah tergesa Bintang berjalan ke ruang keluarga untuk menemui Darga yang tadi mengantarnya pulang. Sakit dikakinya tak ia perdulikan saking semangatnya, dengan senyum yang terus mengembang tak luntur dari wajahnya.sampai diruang keluarga ia tak melihat Darga sama sekali, hanya ada Nur yang tengah mengajarkan Rangga dan Fiza menulis huruf. Nur yang sadar jika anak pertamanya berdiri disamping sofa sambil mengedarkan pandangannya mencari seseorang seketika memberi tahu kepulangan Darga."nyari Darga Teh?" tanya Nur basa basi yang padahal sudah tau alasan Bintang menghampiri ruangan ini."kenama dia Bu?" tanya Bintang malu malu."takut kemaghriban pulangnya jadi buru buru tadi, kamu kan lagi bersih bersih jadi Aga pamitnya sama Ibu aja," jelas Nur membuat senyum diwajah Bintang sirna digantikan dengan wajah murung dengan bibir cemberut.
Suasana SMK widya kusuma sore ini masih terbilang ramai di waktu ketika bel lulang sekolah sudah terdengar sejak setangah jam yang lalu, masih banyak siswa siswi yang mempersiapkan segala hal untuk esok hari, Pertandingan persahabatan antara sekolah sebelum ujian kenaikan kelas berlangsung bulan depan, maka sebagai bentuk kepedulian kedua sekolah ini kepada seluruh anak didiknya, kedua sekolah ini mengadakan perlombaan yang akan berlangsung selama beberapa hari kedepan.Tak ingin para siswanya dilanda stress untuk menghadapi ujian, jadi kedua sekolah ini berinisiatif untuk membuat siswa siswinya santai sejenak dengan adanya perlombaan ini. Istirahat sejenak dari banyaknya materi yang dipupuk sejak awal tahun ajaran lalu. "perlombaannya emang apa aja?" tanya Anggun yang melihat beberapa anggota OSIS dengan panitia penyelenggara membawa beberapa dus yang entah isinya apa."banyak loh, mulai dari olah raga, sains, senirupa sama kesenian lainnya," ujar
Tangan Bintang memeluk erat leher Darga membuat sesekali Darga menepuk tangan Bintang, namun bukannya dilepaskan malah semakin dieratkan, Bintang tertawa puas dan Darga menderita karena itu.Dengan sengaja Darga memutarkan tubuhnya dengan cepat membuat Bintang menjerit histeris karena putaran yang dilakukan Darga dilorong sekolah dengan lantai yang tak seberapa. Bagaimana ketika Darga berputar dan kakinya tak seimbang malah menabrak dinding kelas atau pilar?Sekarang terbalik, Darga yang tertawa puas dan Bintang yang menderita, beberapa orang yang kenal dengan Bintang ragu untuk menyapa karena jarang jarang Bintang yang dingin dan pendiam tertawa selepas itu."Ga udah ih cape," ujar Bintang disela jeritannya."yang cape aku, kan aku yang jalan," balas Darga dengan senyumnya."aku juga cape jerit jerit terus," ujar Bintang lelah kemudian menyimpan kepalanya dibahu Darga, membuat Darga mengembangkan senyumnya karena gema