"Apa yang sedang kamu rencanakan, Mas?"Arjuna menoleh. Pria itu paham jika Larissa terkesan curiga atas kehadirannya di tempat itu. Namun, ia mengabaikan pertanyaan sang istri dan kembali fokus pada ibu mertuanya yang tengah menatapnya bingung. "Maaf, saya baru sempat menjenguk Mama. Tapi saya janji akan sesering mungkin berkunjung ke sini bersama Larissa."Arumi menitikkan air mata. Dengan sigap Larissa menghapus lelehan bening itu di pipi sang Mama. "Mama kok nangis?"Arjuna memperhatikan sang istri yang kini berpindah duduk di samping mamanya. Menyaksikan bagaimana telatennya Larissa menenangkan sang mama dan membisikkan kata-kata penyemangat.Hati Arjuna menghangat saat melihat sisi lain dari istrinya. Larissa tidak seburuk yang ia pikirkan selama ini. Wanita itu begitu menyayangi mamanya meski sang mama belum bisa mengenali Larissa sepenuhnya. Hanya karena dendam dan rasa sakit yang membuat Larissa menjelma menjadi wanita tidak berperasaan. Melakukan segala cara demi membalas
Larissa mengabaikan keberadaan Arjuna yang entah kenapa tiba-tiba datang ke klinik miliknya. Pria itu bahkan berpura-pura bersikap manis padanya di depan Regan persis seperti orang yang tengah cemburu. Tidak. Larissa tidak ingin menjelaskan apa pun tentang Regan pada Arjuna. Toh, pertemuannya dengan putra Nyonya Marta tersebut memang hanya sebuah kebetulan. Mobil miliknya tiba-tiba mogok dan kebetulan Regan lewat di sana. Pria itu menawarkan bantuan dengan memberi tumpangan dan menelepon pihak bengkel untuk membawa mobil miliknya. Larissa tidak menolak karena memang ia harus segera tiba di klinik. Ada beberapa pembukuan yang harus ia selesaikan menjelang akhir bulan dan gajian para karyawannya. Larissa ingin pulang lebih awal agar bisa bermain dengan Alkana. Kegiatan yang akhir-akhir ini tidak sempat ia lakukan karena terlalu sibuk dengan pekerjaan. "Kamu sudah kenal lama sama pria itu? Kelihatannya kalian akrab banget."Arjuna yang duduk di depan Larissa merasa gatal ingin bertan
Arjuna tidak pernah merasa se-marah dan se-kecewa ini. Wanita yang selama ini ia cintai sepenuh hati telah membuatnya malu di depan Larissa. Video semalam. Permainan panasnya dengan Renata disaksikan Larissa, wanita yang berstatus istrinya juga. Entah apa maksud Renata hingga melakukan tindakan menjijikkan seperti itu. Arjuna ingin marah. Namun mengingat mereka sedang berada di tempat umum, ia mencoba menahan sekuat tenaga agar tidak hilang kendali dan berakhir dengan tindakan kekerasan. Ia seorang pria yang pantang berbuat kasar apalagi menyakiti fisik seorang wanita. Akan tetapi perbuatan Renata sudah di luar batas dan kemarahan Arjuna sangat sulit dikendalikan. Alhasil, pria itu meminta istri keduanya pergi dari tempat tersebut. "Pergilah. Aku tidak ingin sampai hilang kendali dan berakhir menyakitimu," perintahnya terdengar dingin. "Mas--""Pergi, Renata!""Mas, tolong dengar dulu penjelasanku!""Pergi atau aku akan menyeretmu sampai ke parkiran!"Nada suara Arjuna terdengar m
Larissa mendudukkan Arumi di depan cermin yang cukup besar. Ia tatap wajah sang Mama yang berubah sendu. Larissa sadar bahwa mamanya belum sepenuhnya melupakan pengkhianatan Pramudya dan ia pun memakluminya. Arumi berpura-pura tegar di hadapan Pramudya dan Wanda agar kedua orang itu tidak merasa bangga karena telah berhasil meluluh lantakkan hatinya. Ia tidak ingin mereka merasa senang karena telah berbahagia di atas penderitaannya. Akan Arumi tunjukkan ia baik-baik saja meski sebenarnya rasa sakit itu belum sepenuhnya hilang. "Ma ...."Usapan lembut Arumi rasakan di bahunya. "Ya, Sayang?""Mama masih sedih?"Arumi memaksakan senyum. "Enggak. Ayo, katanya mau bikin Mama cantik," kilahnya mengalihkan pembicaraan."Oke, tunggu sebentar."Larissa meninggalkan sang Mama untuk mengambil peralatan. Diam-diam ia menghapus air mata yang hampir jatuh di kedua pipinya. Larissa tidak kuat melihat mamanya kembali merasakan kesakitan itu. Pertemuan mendadak dengan Pramudya tidak pernah terpikir
Renata terlalu percaya diri jika ia berpikir Larissa akan takut karena kehadirannya. Wanita itu justru makin menegaskan bahwa di sini Larissa-lah istri sah Arjuna Wiratama.Lihatlah bagaimana cara mereka memperlihatkan kemesraan di depan umum. Larissa tak hentinya menempel pada Arjuna, pun dengan tangan pria itu yang melingkar di pinggang istri pertamanya. Selama acara berlangsung, senyum bahagia terus terukir di bibir keduanya. Mereka bak keluarga bahagia yang mengundang rasa iri dari para tamu undangan di sana. Siapa yang tidak mengenal Arjuna Wiratama? Putra sulung dari keluarga Wiratama yang sekarang menjadi direktur utama perusahaan Pertamina terbesar di Indonesia. Selain parasnya yang tampan, kekayaan yang berlimpah tentu menjadi penambah daya tarik pria tersebut. Larissa adalah wanita beruntung yang dipersunting Arjuna, setidaknya begitulah anggapan orang-orang di luar sana. Namun tidak dengan Renata. Wanita yang jelas tahu bagaimana kondisi pernikahan mereka yang sebenarnya
Arumi terlalu syok dengan apa yang ia dengar. Kenyataan pahit yang keluar dari mulut besannya sama sekali tidak pernah ia duga. Larissa menjebak Arjuna. Tidak mungkin putrinya melakukan hal memalukan seperti itu. Larissa putrinya yang baik. Ia tidak pernah mengajarkan kejelekan apalagi sampai merugikan orang lain. Larissa tumbuh di bawah pengasuhan dan didikan darinya. Sang putri adalah anak yang penyayang serta hormat kepada siapa saja. Tidak licik dan culas seperti yang dikatakan Rita. Arumi tidak boleh mempercayai ucapan Rita begitu saja. Ia harus menanyakan langsung kepada Larissa juga Arjuna tentang kejadian yang sebenarnya. Arumi memilih kembali ke kamarnya meski acara belum selesai. Ia terlalu malu karena beberapa tamu undangan mendengar apa yang Rita katakan. Sepertinya memang Larissa tidak disukai oleh mertuanya tersebut. Hal itulah yang menambah beban pikiran Arumi makin berat. Akan tetapi andai kejadiannya seperti apa yang dikatakan Rita, mengapa Arjuna terlihat sangat
Larissa mengerjap. Tubuhnya terasa berat ketika akan digerakkan dan ia merasa aneh dengan sesuatu yang melingkar di pinggangnya. Sebuah tangan. Matanya refleks terbuka ketika menyadari bahwa ada seseorang yang memeluknya. Perlahan, ia menyingkirkan lengan tersebut dan berbalik. Terpaku. Larissa menatap Arjuna yang tengah terpejam. Wajah mereka begitu dekat hingga Larissa bisa merasakan hembusan napas hangat suaminya ketika tidur. Ia tidak percaya. Arjuna memeluknya? Apakah pria itu sedang bermimpi bahwa wanita yang berada satu ranjang dengannya adalah Renata?Ya, pasti karena itu sebab setahu Larissa, Arjuna tidak pernah mau menyentuhnya. Larissa memilih beranjak dari tempat tidur sebelum Arjuna terbangun dan menyadari jika wanita yang sedang pria itu peluk bukanlah Renata. Ia tidak ingin berdebat dengan suaminya karena ia terlalu lelah. Namun, Larissa hampir memekik ketika lengan Arjuna kembali melingkari pinggangnya hingga tubuhnya kembali terhempas ke atas ranjang dan hampir m
Sikap Arumi berubah. Itu yang dirasakan Arjuna setelah ibu mertuanya tersebut mengetahui kondisi pernikahannya dengan Larissa. Arjuna paham Arumi kecewa. Namun, tidak bisakah ia diberi kesempatan?Dan Larissa. Jangan tanyakan sikap istrinya tersebut karena semenjak kemarin menganggap perkataanya hanya bualan. Sang istri lebih sering menghindar ketika ia mencoba mengajaknya kembali berbicara. Arjuna merasa kesal. Larissa dan Arumi menjauhinya dan ia tidak nyaman akan hal itu. "Mas!"Arjuna terperanjat. Renata memasuki ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ingin sekali menegur istri keduanya tersebut, tetapi Arjuna terlalu lelah untuk berdebat. Maka, ia biarkan saja Renata berbuat sesukanya, termasuk ketika wanita itu tiba-tiba duduk di atas pangkuannya. "Kenapa lagi?" Arjuna membelai surai hitam sang istri yang mulai sesenggukan. "Klinik kami resmi ditutup. Bahkan Mama sudah memasang pengumuman tempat itu akan dijual."Arjuna cukup terkejut mendengarnya. Ia pikir Klinik