Share

Bab 5

"Sudah baikan, hmm?"

Arjuna mengusap pipi sang kekasih. Tatapan iba ia layangkan ketika melihat Renata yang masih shock setelah kejadian di rumah orang tuanya. Sungguh, Juna tidak pernah menyangka Larissa akan berani bersikap seperti itu di hadapan papa dan mamanya. Ia pikir, Larissa bisa bersikap sopan, tetapi nyatanya malah memperkeruh keadaan.

Juna menyesal telah membujuk mamanya untuk mengundang Larissa. Hal itu ia lakukan agar hubungan keduanya membaik. Entahlah, semenjak melihat kerapuhan Larissa malam itu, hatinya sedikit tersentuh. Ia ingin Larissa diterima dengan baik oleh keluarganya, meski pada kenyataannya ia sendiri sering mengabaikan sang istri.

"Mas."

"Ya?" Lamunan Arjuna buyar mendengar panggilan dari kekasihnya.

"Aku ... aku ingin pernikahan kita dipercepat. Aku ingin segera menjadi istrimu. Aku tidak mau selamanya hanya menjadi kekasih gelapmu," desak Renata. Kejadian di rumah Arjuna membuatnya merasa direndahkan oleh Larissa. Ia ingin statusnya diperjelas. Ia dan Arjuna saling mencintai. Ia yang lebih berhak memiliki pria ini, bukan kakak tirinya.

Arjuna tertegun. Seharusnya ia senang mendengar permintaan kekasihnya karena hal itulah yang ia inginkan sejak dulu. Namun, entah mengapa Arjuna meragu. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Renata juga istrinya, dan ia harus mencari tahu.

"Mas!" Renata mengguncang lengan kekasihnya. Melihat Arjuna yang tidak merespon membuatnya takut. Jangan sampai kekasihnya itu mulai berubah pikiran dan menggagalkan rencana pernikahan mereka.

"Kita bicarakan lagi nanti, ya. Mas harus bicara dulu dengan Larissa."

"Buat apa? Buat minta izin?" Renata menatap tak suka.

"Bukan. Walau bagaimanapun dia itu istri sah Mas. Tentu harus ada persetujuan darinya agar kita bisa menikah secara negara," terang Arjuna.

"Apa Mas tidak berniat untuk menceraikan dia?"

Arjuna menoleh karena terkejut.

"Jangan bilang Mas sudah mulai ada rasa sama dia."

"Tidak, bukan karena itu," kilahnya. "Ini tentang Alkana. Mas sangat menyayanginya dan tidak ingin dia tumbuh di tengah-tengah keluarga yang tidak lengkap."

Arjuna mengingat perjanjian yang telah ia sepakati dengan Larissa. Wanita itu mengancam akan membawa Alkana pergi jauh jika ia memilih bercerai. Arjuna tidak ingin kehilangan Alkana, dan karena itulah, ia terpaksa menyetujui perjanjian tersebut.

"Terserah Mas saja. Aku hanya ingin kita menikah secepatnya dan posisiku setara dengan istrimu. Aku tidak mau terus menjadi bahan gunjingan karena menjalin hubungan dengan pria beristri. Padahal kalau saja mereka tahu cerita yang sebenarnya, mereka pasti akan menyesal telah mengataiku pelakor," geram Renata. Meski di depannya orang-orang itu bersikap baik, tetapi ia tahu bahwa mereka sering menggunjingnya di belakang.

"Atau ... kalau Mas masih saja mengulur waktu, lebih baik kita sudahi saja hubungan ini," tandasnya setengah mengancam. Tidak ada pilihan lain karena ia sudah sangat ingin menikah dengan pria yang dicintainya tersebut.

🍁🍁🍁

"Tanda tangani ini."

"Ini ... Apa?" Larissa menerima kertas yang disodorkan Arjuna.

"Surat persetujuan. Aku akan segera menikahi Renata."

Larissa tertegun. Dipandanginya kertas itu dengan nanar. Ternyata perkataan Arjuna hari itu tidak main-main. Pria itu akan segera menikahi kekasih yang dicintainya.

Tidak dapat dipungkiri rasa sakit itu timbul dalam hati Larissa. Salah dirinya yang begitu mudah jatuh dalam pesona Arjuna, padahal ia tahu bahwa suaminya tersebut tidak pernah bersikap baik padanya, kecuali ketika di depan putra mereka.

Namun, tidak ada yang bisa menolak datangnya perasaan itu secara tiba-tiba. Wajar jika ia sampai jatuh hati karena memang seorang Arjuna sesempurna itu.

"Cepat tanda tangani. Aku tidak punya banyak waktu hanya untuk menunggumu berpikir."

Larissa menghela napas. Matanya menatap Arjuna lekat, sebelum akhirnya melakukan sesuatu yang membuat pria itu terperangah.

Surat di tangan Larissa sudah robek menjadi beberapa bagian. Siapa lagi pelakunya kalau bukan wanita itu.

"Apa yang kamu lakukan!" geram Arjuna.

"Seperti yang kamu lihat." Larissa menjawab santai. Sama sekali tidak terpengaruh oleh tatapan nyalang pria itu. "Aku memang mengizinkanmu menikahi Renata. Tapi hanya sebatas nikah siri."

"Jangan main-main denganku, Larissa!"

"Siapa yang main-main? Aku serius, kok." Larissa berdiri. Sedikit mendongak agar bisa mengimbangi tatapan nyalang suaminya. "Kalian boleh menikah, tapi hanya sebatas nikah siri. Jika kalian menolak maka jangan salahkan aku jika kabar perselingkuhan kalian aku sebar luaskan. Kamu tidak ingin nama baik keluarga dan kekasihmu tercoreng, kan?"

Arjuna makin geram. Hampir saja ia melayangkan tamparan jika tidak mengingat bahwa yang sedang ia hadapi adalah seorang perempuan.

"Baiklah kalau itu maumu, aku akan menikahi Renata secara siri. Tapi kamu jangan senang dulu. Kamu boleh merasa bangga karena menyandang status sebagai istri sahku. Tapi kamu jangan lupa kalau hati dan ragaku hanya milik Renata. Jika bukan karena Alkana, sudah kupastikan kamu akan aku buang dari kehidupanku!" tandas Arjuna sebelum akhirnya pergi meninggalkan Larissa.

Harusnya ia merasa senang. Untuk yang kesekian kalinya Arjuna tidak bisa berkutik karena ancamannya. Namun, entah mengapa hatinya masih saja terasa sakit. Arjuna begitu mencintai Renata hingga rela melakukan apa saja untuk wanita itu. Larissa ingin dicintai dan diperlakukan sama. Ia ingin merasakan bagaimana indahnya diperjuangkan setelah orang-orang yang disayangi meninggalkannya.

Namun sayangnya, hal seperti itu hanya ada dalam angan semata. Pada kenyataannya memang tidak ada yang mau memperjuangkan dirinya.

"Apa aku tidak pantas dicintai?" gumamnya pada diri sendiri, disertai tawa getir.

🍁🍁🍁

Pernikahan Arjuna dan Renata akhirnya dilaksanakan secara siri. Wanita yang hari ini berperan sebagai pengantin itu harus puas dengan status yang disandangnya saat ini.

Tidak ada pernikahan mewah yang diidamkannya selama ini. Hanya pernikahan sederhana yang dihadiri beberapa kerabat dekat dirinya dan Arjuna. Namun meski begitu, Renata senang karena kini ia mempunyai hak yang sama dengan Larissa. Ia tidak akan mengalah lagi karena status mereka sama-sama istri Arjuna Wiratama. Perlahan namun pasti, ia akan menyingkirkan Larissa dan menjadi istri satu-satunya.

Larissa turut hadir di pernyataan kedua suaminya sebagai tanda bahwa ia telah memberikan izin kepada Arjuna untuk menikahi kekasihnya. Wanita yang hari ini nampak cantik dengan kebaya modern warna ungu itu mengabaikan tatapan iba dari sebagian orang yang mengetahui siapa dirinya. Termasuk, tatapan dari seorang pria yang sejak acara dimulai tak lepas dari dirinya.

Pramudya.

Pria itu nampak terkejut setelah mengetahui istri dari Arjuna adalah putrinya sendiri. Pria yang masih nampak gagah di usianya yang sudah berkepala lima itu memandang sendu ke arah sang putri yang jika dilihat dari luar, nampak biasa-biasa saja.

Namun, Pramudya tahu betul bagaimana perasaan Larissa yang sesungguhnya. Sang putri pasti tengah merasakan sakit yang luar biasa karena diduakan oleh suaminya.

Apakah ini yang dinamakan karma? Sang putri harus mengalami hal yang sama dengan ibunya yang juga telah pria itu duakan?

Sebagai seorang Ayah, Pram tidak rela putrinya dipoligami oleh suaminya. Akan tetapi, ia tidak bisa berbuat banyak mengingat tidak ada yang tahu hubungan mereka sebenarnya.

Pramudya menyaksikan bagaimana tegarnya sang putri saat mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Larissa tak henti menebar senyum yang ia tahu adalah senyum palsu.

Tak tahan, ia menyusul Larissa saat melihat putrinya tersebut berjalan menuju toilet. Pramudya menunggu dengan sabar setelah cukup lama Larissa berada di dalam. Entah apa yang sedang dilakukan putrinya tersebut. Pram menebak, sepertinya Larissa tengah menangis di dalam sana karena tidak ingin orang-orang melihat kesakitannya.

Akhirnya pintu itu pun terbuka. Larissa terkejut melihat siapa yang sedang berdiri di depan pintu toilet. Mendengkus, Larissa mengabaikan orang itu dan memilih berlalu dari sana.

"Tunggu, Nak!"

Langkah Larissa terhenti.

"Kenapa kamu tidak pernah bilang kalau suamimu adalah Arjuna?" Pram bertanya dengan suara sedikit bergetar. Menahan tangis yang ingin keluar setelah melihat mata putrinya yang sembab.

"Memangnya apa peduli Anda?"

"Papa tidak rela kamu dipoligami. Andai papa tahu suamimu adalah Arjuna, Papa pasti akan berbuat sesuatu agar pernikahan ini tidak terjadi."

Larissa ingin tertawa mendengar perkataan ayahnya. Berbuat sesuatu? Memangnya apa yang bisa pria itu lakukan untuknya?

"Tidak usah sok perhatian dan mengasihani saya. Anda tidak sadar kalau bisa saja apa yang terjadi pada saya ada hubungannya dengan Anda? Urus saja keluarga baru Anda. Tidak usah mengurusi saya yang jelas-jelas sudah Anda buang!"

"Nak--"

Pramudya tercekat.

"Apa yang saya rasakan tidak ada seberapa jika dibandingkan dengan apa yang Mama rasakan dulu. Anda tahu, Tuan Pramudya yang terhormat? Mama saya bahkan nyaris gila akibat ulah Anda. Kami dibuang layaknya sampah sampai saya lupa bahwa saya pernah memiliki seorang Ayah. Jadi, jangan pernah ikut campur kehidupan saya. Silakan nikmati kebahagiaan yang Anda dapat di atas penderitaan kami."

Larissa mengusap air mata yang hampir saja menerobos keluar. Ia tidak ingin menangis di hadapan Pramudya. Larissa tidak suka dikasihani apalagi oleh orang yang telah menorehkan luka begitu dalam untuknya.

Namun, langkah wanita bertubuh sintal itu terhenti saat melihat seseorang yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan tak terbaca. Larissa terkejut, pun dengan Pramudya yang berdiri di belakangnya.

"Bisa kalian jelaskan apa yang kalian sembunyikan dariku?"

*

*

Bersambung.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
pantas aja ibu mu dicampakkan bapak mu g punya akal sehat. menangisi laki2 yg mencampakkannya. dan itu diwariskan pada mu,njing!! kebanyakan drama kau. udah menjebak si juna tapi g punya kemampuan utk mempertahannya. anjing kebanyakan bacot
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status