Kayla merapikan rambut dan pakaiannya. Kemudian mengoleskan pemulas bibir warna merah muda dan membereskan meja kerjanya.
Ia telah kembali pada realita kehidupan sehari-hari. Melupakan semua kemeriahan Las Vegas dan kembali mengumpulkan rupiah demi rupiah di tanah air. "Gak sabar rasanya pengin ketemu Gavin," gumam Kayla sambil meraih kunci mobilnya.Sengaja ia tak mengatakan pada kekasihnya perihal kunjungannya kali ini untuk memberi kejutan. Bahkan sebelum berangkat ia mengatakan akan singgah di Singapura barang dua malam untuk beristirahat sejenak."Gavin suka nggak ya sama oleh-oleh yang aku bawa," gumam Kay dari balik kemudi.Hubungan yang dibina lebih dari dua tahun bersama Gavin memang membuatnya begitu mencintai lelaki berkulit putih ini. Terlebih saat ia kedapatan dirinya menikah semalam dengan lelaki asing yang justru menimbulkan perasaan bersalah sepanjang waktu.Kali ini Kayla mencoba untuk mendatangi kekasihnya, memberikan hadiah dan tentu saja memberikan servis memuaskan pada kekasihnya. Ia harus kembali menata hubungannya yang ternoda akibat keliaran yang baru dilakukannya.***Oscar tampak duduk sambil memainkan ponselnya. Ia melihat kembali foto-fotonya semasa perjalanan bisnis di Amerika. Sekaligus menghapus hal-hal yang behubungan dengan Kayla."Dasar cewek, dimana aja tetep ada foto selfie, bahkan pas mau begituan," gumamnya sambil memperhatikan swafoto dirinya bersama istri Vegasnya.Saat itu Kayla masih mengenakan pakaian dalam dengan pengait belakang yang tengah dilepaskan olehnya. Sambil bibirnya mengecup pundak gadis itu mesra."Kalo dilihat-lihat Kayla cantik juga," pikir Oscar sambil tertawa sendiri, apalagi jika ingat akan hubungannya dengan Kayla malam itu."Itu anak lagi ngapain ya? Aman-aman aja nggak nih?" Oscar kembali bertanya-tanya. Tentu saja ia mengkhawatirkan istrinya lantaran penasaran apakah perbuatan mereka malam itu membuahkan hasil atau tidak. Lelaki blasteran itu akhirnya mengusap wajah dan mendengkus."Huft! Apa yang kupikirkan? Tidak aku tak boleh melakukan hal ini. Aku tidak boleh memikirkan Kayla lagi, karena masa depanku Aurelia. Ya aku akan menikahi Aurelia, masalah Kayla tentu aku akan bertanggung jawab dan hanya sebatas finansial," Oscar masih bicara sendiri, kemudian menghapus semua foto tentang Kayla.Kurang dari dua bulan lagi adalah pernikahannya dengan Aurelia, seorang selebgram sekaligus model yang telah menjalin hubungan dengannya tiga tahun belakangan. Malam ini pun ia akan menghadiri ulang tahun Ibu Aurelia, dan tentunya tak ingin timbul keributan saat kekasihnya memeriksa ponsel miliknya.Sebenarnya Oscar tak suka jika privasinya diusik, ia juga tak suka mengumbar kemesraan dengan tunangannya. Apalagi jika harus memeriksa dompet, ponsel dan akun sosial media.Sangat berbeda dengan Aurelia yang kerap mengunggah momen kebersamaan mereka, dan memeriksa ponsel miliknya. Namun Oscar tak bisa melakukan apapun untuk mencegah keinginan kekasihnya yang manja.Jika dilarang, gadis itu pasti akan marah dan tak mau menegurnya berhari-hari, paling parah akan terus mencari perhatian dengan mengunggah ungkapan kekesalannya di sosial media dan menandai dia dan perusahaannya. Jika sudah begini, ucapan simpati akan berbondong-bondong memenuhi beranda sosial medianya, sementara Oscar hanya mendapat cibiran. Ia pun mengenakan jas nya, dan segera meluncur ke rumah wanita pujaannya. Terus berharap agar rencana pernikahan dengan tunangannya berjalan lancar."Tunggu aku sayangku," katanya kemudian tersenyum.***Mobil sedan milik Kayla langsung saja masuk ke dalam pekarangan Gavin yang masih terbuka. Sementara mobil milik kekasihnya sudah terparkir rapi di sana."Tumben dia dah pulang, batal donk kasih kejutan buat dia di ranjang," pikir Kayla sedikit kecewa.Namun ia kembali tersenyum, karena ia masih punya plan B yang bisa dilakukan untuk mengejutkan kekasihnya. Kali ini ia akan memeluk Gavin dari belakang tiba-tiba."Gavin pasti nggak bakal nolak. Dia kan paling seneng kalau gue peluk dari belakang tiba-tiba," batinnya.
Rencana awal, Kayla memang akan menunggu sang kekasih dan berganti kostum, lalu duduk di atas ranjang menunggu kekasihnya pulang. Kostum cheerleader lengkap dengan pom pom telah ia siapkan, dan berencana mengajak kekasihnya untuk memainkan peran cheerleader and nerd student.Perlahan, gadis itu pun membuka pintu utama rumah Gavin dan bersiap untuk melangkah ke lantai dua. Namun, tiba-tiba seorang wanita berdaster setengah berlari memanggilnya."Mbak ... Mbak Kayla," panggil wanita itu."Eh Rukmini, Gavin di kamar kan?" tanya Kayla santai, pada wanita yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga di tempat Gavin."Eh iya Mbak, tapi Mas Gavinnya,-" katanya kemudian terhenti.Rukmini tampak meremas ujung dasternya dan memandang ke arah bawah. Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.Ingin sekali ia mengatakan pada Kayla kalau Gavin tak ada di rumah, agar gadis itu segera pergi. Namun sepertinya semua percuma. Kayla sudah terbiasa datang ke sini, ada atau tidak ada Gavin. Lagipula, kekasih Tuannya pasti sudah melihat mobil Gavin di depan."Apaan sih? Mau bilang Gavin lagi capek terus tidur? Udah tenang aja, ntar capeknya juga bakal ilang kok kalau aku datang," balas Kayla cuek dan terus melangkah meninggalkan Rukmini yang masih berusaha untuk memanggilnya."Mbak ... Mbak Kayla jangan," Wanita yang sudah lama bekerja dengan Gavin ini masih berusaha mencegah Kayla untuk ke kamar majikannya, tapi tak diindahkan. Wanita itu pun mengangkat bahu dan kembali pada pekerjaannya.Kayla pun perlahan menekan kenop pintu kamar kekasihnya. Berusaha untuk tidak menimbulkan suara.Melangkah perlahan-lahan melewati kamar mandi yang terletak di dekat pintu masuk."Sepi, sepertinya Gavin di ruangan lain. Bagus deh, aku bisa kasih kejutan dia," batinnya.Namun ternyata dugaan Kayla keliru. Setelah ia melewati kamar mandi, ialah yang mendapatkan kejutan dari sang kekasih."Gavin!" teriaknya penuh kejutan, saat mendapati pria yang dicintainya tengah berbaring bertelanjang dada dan berada dalam pelukan seorang laki-laki yang tubuhnya sedikit lebih besar dari dirinya. Sebuah pemandangan yang dinilai berlebihan untuk disebut sebagai seorang sahabat."Kayla!" seru Gavin yang terlihat gugup.Laki-laki berkulit putih, dengan wajah yang licin itu pun bangun dan mendekati Kayla. Tak peduli dirinya yang hanya memakai pakaian dalam saja.Kayla hanya menggeleng kepala saat mendapati kekasihnya datang mendekat. Sesekali ia melirik laki-laki yang masih berbaring di ranjang Gavin."Kalian? Apa yang kalian lakukan?" tanya perempuan berlesung pipi ini tak percaya."Kay dengar aku dulu," pinta Gavin sambil meraih tangan Kayla dengan lembut.Namun gadis itu menghempaskannya dan,Plak! Tamparan pun mendarat di pipi laki-laki di hadapannya dengan sukses."Apalagi yang mau kamu jelasin? Aku udah ngeliat semuanya, kamu udah nggak bisa berkelit lagi Vin.""Aku tahu Kay, aku ngaku salah. Sebenarnya aku ini,-""Dia sama sepertiku, penyuka sesama jenis," kata laki-laki berjambang yang ada di ranjang Gavin tiba-tiba.Kayla tak kalah terkejutnya dengan Gavin saat melihat sosok yang berada di depan pintu. Namun Kayla masih bisa menunjukkan sikap yang tenang tak seperti Gavin yang mengisyaratkan kebencian.Gavin yang awalnya kecewa dengan perlakuan Kayla yang manipulatif pun mendadak protektif pada Kayla. Ia sangat tidak suka dengan lelaki yang saat ini berdiri di depannya. Dilihat dari penampilan, lelaki di hadapannya begitu angkuh.“Loe mau ngapain datang ke sini? Mo gangguin Kayla lagi?”Lelaki itu tak mengindahkan perkataan Gavin, ia justru nekad maju sampai menubruk lengan Gavin, dan itu dilakukan dengan sengaja. Gavin langsung meraih pundak lelaki yang baru datang itu untuk menghentikannya berbicara dengan Kayla.“Hei gue tanya loe sekali lagi! Ada apa loe datang kesini?” bentak Gavin.Kayla yang melihat kejadian itu hanya tersenyum sinis dan berdiri dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Boleh jadi ia bangga dengan apa yang dilihatnya kali ini. Dua orang lelaki membuat keributan hanya untu
Gavin yang kelelahan membuka mata perlahan-lahan dan meraba ke sisi ranjangnya dan mendapati kalau tak ada siapa-siapa di sana.“Kayla?” tanyanya kemudian bangun dan mencari sosok perempuan yang sampai saat ini masih mendapatkan tempat di hatinya.“Huft! Kamu di sini rupanya?” gumam Gavin setelah melihat sosok gadisnya duduk di depan meja pantry sambil memainkan ponsel.Langsung saja ia melangkah dan memeluk pinggang Kayla dari belakang. Lekas-lekas perempuan itu menyimpan ponsel ke dalam sakunya. Kayla memang tengah menyimpan videonya bersama Gavin untuk digunakan menjadi kartu matinya jika suatu saat ia berubah pikiran.Usai menyimpan ponsel, ia pun melepaskan pelukan Gavin dan meminta lelaki itu menjauh.“Ada masalah apa Kay?” tanya Gavin, ia sama sekali tidak tahu kalau Kay menyembunyikan sesuatu.Gavin hanya berpikir kalau Kayla kembali aneh, kadang ia begitu menggoda, kadang ia menjauh dan antipati terhadap dirinya.“Aku salah lagi ya Kay?” tanya Gavin merasa bersalah.Kayla men
Sambil tersenyum Oscar pun menatap mesra perempuan yang begitu ia cintai. Dengan percaya diri ia menggenggam tangan Aurelia dan bersiap untuk mengecupnya mesra.Namun sayang, saat kedua telapak tangan lembut Aurelia hampir menempel pada bibir tipisnya. Perempuan bertubuh tinggi itu menepiskannya dengan kasar dan berdiri sambil berkacak pinggang. Kedua matanya yang memakai lensa kontak berwarna violet menatapnya nyalang.“Nggak usah sok romantis loe. Mending loe pergi dari sini!” usir Aurelia.“Kok kamu gitu sih Rel?” tanya Oscar mencoba untuk merayu kekasihnya.Aurelia mendongakkan kepalanya dan menantang kekasihnya.“Kenapa emang? Loe nggak suka? Ya udah nggak usah ketemu gue lagi. Nggak usah punya mimpi buat nikah sama gue. Dengar ya, pria yang ingin menikah dengan Aurelia Destiani bukan cuma Oscar Rionaldo. Jadi kalau loe nggak bisa penuhi persaya
“Arghhh! Sial!” Gavin kembali melayangkan tinjunya ke udara melampiaskan emosi yang muncul oleh ucapan Kayla barusan.Sulit untuk menggambarkan bagaimana perasaannya sekarang, semuanya campur aduk. Ia marah, kecewa dan juga cemburu.Tak pernah ia mengira kalau Kayla akan melakukan tindakan senekad dan sejahat ini. Ia seolah merasa asing dengan sosok Kayla kali ini. Perempuan mandiri yang kadang bersikap manja saat bersama dengannya telah berubah total. Keceriaan di wajah perempuan itu pun hilang seketika.Sebetulnya ia merasa iba dan ingin memluk mantan kekasihnya setelah mendengar pengakuan Kayla. Ia berharap bisa memberikan rasa tenang bagi perempuan berlesung pipi itu. Namun sepertinya hal itu tak bisa ia lakukan. Kayla sama sekali tak mengharapkan belas kasihan.Ia setuju kalau apa yang diterima oleh mantan kekasihnya semasa SMU itu memang sungguh keterlaluan, tapi ia sa
Kayla meneguk air putih hingga tak bersisa, kemudian ia kembali melirik ke arah Gavin yang masih menertawai ulah Oscar yang ia sebut cowok sarap.“Dia gak salah Vin, laki-laki itu emang suami gue,” aku Kayla sambil menunduk.“Apa? Loe masih mabuk Kay?” tanya Gavin yang tak percaya.“Iya, dia emang suami gue, kita menikah di Amerika,” jawab Kayla dengan tatapan yang kosong.Gavin langsung meletakkan roti yang rencananya akan diberikan pada Kayla dengan kasar. Kemudian ia mendekat ke arah mantan kekasihnya dan memegang kedua pundaknya yang putih. Sepertinya ia terbakar oleh rasa cemburu yang begitu menggebu.“Kay! Bilang ke gue kalau apa yang loe bilang itu boong. Loe pasti boong kan Kay. Loe nggak mungkin nikah dengan orang itu. Loe nggak mungkin,-” balas Gavin kemudian melepaskan telapak tangannya dari pundak Kayla.
“Ya ampun Kay, loe kenapa?” tanya Gavin begitu Kayla membuka pintu apartemennya, setelah ia mengetuk beberapa kali.Pemuda berkulit putih ini mendapati mantan kekasihnya nyaris ambruk menubruk tubuhnya. Dari aroma bibirnya, ia dapat mencium aroma alkohol yang cukup kuat.“Hmm, mulai deh, abis berapa banyak loe Kay?” gumam Gavin kemudian mengangkat tubuh Kayla yang ramping dengan kedua tangannya.Perlahan ia membaringkan Kayla pada ranjang berukuran king size. Gavin mengambil selimut putih yang ada di ranjang untuk memberikan kehangatan padanya.Saat selimut itu terbuka, mendadak Gavin pun menghentikan apa yang ia lakukan karena melihat rok Kayla yang tersingkap. Kulitnya yang putih mulus terlihat jelas di depan mata, belum lagi tonjolan ranum yang sedikit menyembul dari blouse berpotongan Queen Anne nya.Sejenak Gavin menelan liurnya sendiri, ia t