Dengan napas yang memburu, Kayla mencoba menahan untuk kuat. Dalam hati ia menyemangati diri sendiri untuk tidak menangis. Namun tak sanggup, dan ia memutuskan untuk berbalik meninggalkan kamar utama lelakinya.
"Kay ... Kay tunggu aku. Aku akan jelaskan semuanya!" seru Gavin saat mengejarnya, sementara lelaki berjambang itu memilih untuk duduk di ranjang Gavin."Nggak ada yang perlu kita omongin lagi Vin, semua udah jelas," balas Kayla tanpa menoleh ke arah lelaki berambut cepak yang mengikutinya.Gavin mempercepat langkah hingga berhasil menghalangi Kayla untuk masuk ke dalam mobilnya."Jangan sentuh aku Gavin, aku jijik!" seru perempuan berlesung pipi ini sambil menepiskan tangan dari genggaman Gavin."Maaf Kay. Aku benar-benar minta maaf, aku tidak bermaksud untuk,—" Belum juga Gavin melanjutkan kalimat, tapi Kayla sudah memotong ucapannya."Untuk mengatakan kalau kamu tidak menyukai perempuan? Atau mengatakan kalau kamu mencoba mengingkari seleramu dengan berkencan denganku, dan menjadikan aku tameng agar orang lain tidak mengetahui rahasiamu?"Mulut pria bertinggi 175cm itu mendadak terkunci mendengar tuduhan kekasihnya. Ia hanya bisa mematung, karena apa yang dituduhkan itu nyaris benar.Di mata Gavin, Kayla memiliki kecantikan seorang Dewi, tubuh dan kulitnya begitu menawan, terutama saat bersentuhan dengannya. Namun pesona Choky lebih menarik dan berkesan untuknya. Perasaan nyaman bersama pria berjambang itu tak bisa dikalahkan oleh pesona dan cinta yang diberikan Kayla."Kenapa? Nggak bisa jawab kan?" balas Kayla kasar dan menggeser tubuh Gavin yang masih bertelanjang dada menyingkit dari pintu mobilnya.Seketika mobil sedan itu pun meninggalkan halaman rumah Gavin yang dulu sering menjadi tempatnya memadu kasih. Tak hentinya Kayla memukul setir mobil dan memaki, menyesali kebodohannya.***"Kay, loe kenapa?" tanya Erin begitu membuka pintu apartemen dan mendapati mata sahabatnya membengkak dan merah."Gavin," jawab Kayla sambil menangis.Erin langsung merangkul Kayla dan membawanya untuk masuk, dan mengajak bicara di dalam saja. Erin memang selalu menjadi tempat Kayla berkeluh kesah semenjak mereka berdua masih remaja, begitu pula sebaliknya."Loe cerita sama gue apa yang terjadi sama loe dan Gavin," kata Erin meletakkan si gelas air putih dingin di hadapan Kayla.Sambil sesenggukan perempuan setinggi 165cm ini pun menceritakan apa yang ia lihat di rumah Gavin. Sama seperti Kayla, Erin pun juga nyaris tak percaya dengan apa yang didengarnya.Sepengetahuannya, Gavin sering mengumbar kemesraan dengan Kayla. Pria 29 tahun ini tak segan untuk merangkul dan mencium pipi Kayla di depan umun. Meskipun terkejut, tapi Erin yakin sahabatnya tak mungkin berbohong."Loe yang sabar ya Kay. Loe cantik, loe sukses, pasti loe bisa dapetin yang lebih hebat dari Gavin," Erin masih berusaha menghibur Kayla yang masih berlinangan air mata."Loe minum dulu gih Kay, biar lebih tenang," tawar Erin lagi.Kayla pun meraih gelas air putih yang telah disediakan Erin dan meneguknya sedikit, lalu meletakkan kembali. Namun sepertinya kegundahan dan kesedihan yang dialami membuat Kayla tidak konsentrasi, dan tangannya malah menyenggol gelas berkaki itu."Ups maaf Rin, aku nggak sengaja," katanya sambil mengambil tisu untuk membersihkan tumpahan air, lalu mengambil majalah yang tergeletak agar tidak basah."Udah nggak apa-apa, cuma basah aja."Kayla pun meletakkan kembali majalah yang ia ambil ke atas meja dan merapikannya. Saat itulah ia mendapat sesuatu yang mengejutkan di cover depan majalah."Hah, dia!" serunya sambil menutup mulut, dan mengundang rasa penasaran Erin yang mendengarnya."Loe kenapa Kay?"Kayla tak menjawab, ia justru mengambil majalah yang ada di meja dan memastikan apa yang ia lihat. Kemudiaan ia mencari artikel yang menjelaskan cover depan majalah, dan mendapati "Oscar Rionaldo, menduduki peringkat pertama pengusaha muda tanah air.""Pantas dia yakin bener kalau mampu tanggung jawab secara finansial semisal gue hamil," gumam Kayla."Loe ngomong apaan sih Kay?" tanya Erin yang tidak sengaja mendengar.Kayla mengambil napas panjang, kemudian menghadap ke arah Erin. Perlahan ia pun berkata,"Ada satu rahasia dari gue yang belum loe tahu Rin, dan sekarang gue akan cerita ke loe.""Rahasia apaan?"Kembali Kayla menghembuskan napas dengan lepas,"Gue ... Gue, sebenarnya gue udah nikah di Vegas," akunya sambil menunduk malu."What?" tanya Erin terkejut."Iya Rin, gue udah nikah, dan ini laki-laki yang menikah sama gue Oscar Rionaldo," katanya sambil menunjuk pada majalah yang ia temukan."Serius loe?"Kayla pun menceritakan tentang pengalamannya di Las Vegas, dua hari sebelum mereka kembali ke tanah air. Juga bercerita tentang kesepakatan yang dia buat bersama Oscar. Erin yang mendengar pun hanya geleng-geleng kepala."Parah banget loe Kay, emang loe habis minuman berapa botol?""Gue nggak ngerti, dan pernikahan gue legal di sana, ada akta nikahnya, dan bisa jadi legal di sini kalau gue daftarin ke catatan sipil.""Tapi loe memilih diam, karena Gavin?""Ups, maaf Kay," tambah Erin lagi, karena tak ingin membuat sahabatnya kembali bersedih dan mengingat kejadian barusan."Dia juga udah tunangan, dan dua bulan lagi mau nikah," jawab Kayla lirih.Erin pun tertawa keras sejenak, kemudian kembali diam,"Sorry Kay, gue nggak bisa nahan ketawa. Eh tapi kayaknya loe bakalan kaget kalau tahu siapa tunangan suami loe."
"Jiah suami. Eh tapi siapa?" tanya Kayla yang ternyata juga penasaran."Ha ... Ha ... Ha penasaran juga ternyata loe!" ledek Erin langsung mengambil ponsel dan menunjukkan akun sosial media pada perempuan yang rambutnya diwarna kemerahan di sampingnya."Nih, loe lihat aja sendiri," katanya sambil menunjukkan foto Oscar bersanding dengan perempuan yang memiliki keterangan pesta pertunangan mereka.Kayla mengerutkan dahi dan memandang foto itu, seolah ia mengetahui sesuatu."Ini kan,—" tunjuknya."Itu Aurelia, loe inget kan?""Aurelia?" tanya Kayla seolah mengingat sesuatu."Aurelia Destiani, dia sekarang jadi model. Loe masih inget sama dia kan?"Kembali Kayla menatap foto itu lekat-lekat, bahkan ia mencari foto close up calon istri suaminya. Makin lama ia memperhatikan foto-foto Aurelia, ia pun semakin yakin dan kembali mengingat kejadian sebelas tahun yang lalu."Hmm meskipun sudah ada perubahan dalam penampilanmu, tapi aku sangat yakin kalian orang yang sama," gumanya."Sekarang loe inget? Akhirnya Aurelia nggak bisa mendapatkan apa yang dia mau, karena udah jadi punya loe," kata Erin pada akhirnya."Ya, gue inget sama dia, dia Aurelia yang sama, dan mereka semua juga sama. Thanks ya Rin, loe udah ngingetin gue," kata Kayla sambil menunjuk foto Aurelia saat sedang reuni pada Erin.Erin pun hanya tersenyum dan meledek Kayla lagi, "lebay, biasa aja kali."Namun Kayla membatin, "Selamat datang Aurelia, aku akan menjadi mimpi burukmu, seperti waktu kau menjadi nasib buruk untukku."Kayla tak kalah terkejutnya dengan Gavin saat melihat sosok yang berada di depan pintu. Namun Kayla masih bisa menunjukkan sikap yang tenang tak seperti Gavin yang mengisyaratkan kebencian.Gavin yang awalnya kecewa dengan perlakuan Kayla yang manipulatif pun mendadak protektif pada Kayla. Ia sangat tidak suka dengan lelaki yang saat ini berdiri di depannya. Dilihat dari penampilan, lelaki di hadapannya begitu angkuh.“Loe mau ngapain datang ke sini? Mo gangguin Kayla lagi?”Lelaki itu tak mengindahkan perkataan Gavin, ia justru nekad maju sampai menubruk lengan Gavin, dan itu dilakukan dengan sengaja. Gavin langsung meraih pundak lelaki yang baru datang itu untuk menghentikannya berbicara dengan Kayla.“Hei gue tanya loe sekali lagi! Ada apa loe datang kesini?” bentak Gavin.Kayla yang melihat kejadian itu hanya tersenyum sinis dan berdiri dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Boleh jadi ia bangga dengan apa yang dilihatnya kali ini. Dua orang lelaki membuat keributan hanya untu
Gavin yang kelelahan membuka mata perlahan-lahan dan meraba ke sisi ranjangnya dan mendapati kalau tak ada siapa-siapa di sana.“Kayla?” tanyanya kemudian bangun dan mencari sosok perempuan yang sampai saat ini masih mendapatkan tempat di hatinya.“Huft! Kamu di sini rupanya?” gumam Gavin setelah melihat sosok gadisnya duduk di depan meja pantry sambil memainkan ponsel.Langsung saja ia melangkah dan memeluk pinggang Kayla dari belakang. Lekas-lekas perempuan itu menyimpan ponsel ke dalam sakunya. Kayla memang tengah menyimpan videonya bersama Gavin untuk digunakan menjadi kartu matinya jika suatu saat ia berubah pikiran.Usai menyimpan ponsel, ia pun melepaskan pelukan Gavin dan meminta lelaki itu menjauh.“Ada masalah apa Kay?” tanya Gavin, ia sama sekali tidak tahu kalau Kay menyembunyikan sesuatu.Gavin hanya berpikir kalau Kayla kembali aneh, kadang ia begitu menggoda, kadang ia menjauh dan antipati terhadap dirinya.“Aku salah lagi ya Kay?” tanya Gavin merasa bersalah.Kayla men
Sambil tersenyum Oscar pun menatap mesra perempuan yang begitu ia cintai. Dengan percaya diri ia menggenggam tangan Aurelia dan bersiap untuk mengecupnya mesra.Namun sayang, saat kedua telapak tangan lembut Aurelia hampir menempel pada bibir tipisnya. Perempuan bertubuh tinggi itu menepiskannya dengan kasar dan berdiri sambil berkacak pinggang. Kedua matanya yang memakai lensa kontak berwarna violet menatapnya nyalang.“Nggak usah sok romantis loe. Mending loe pergi dari sini!” usir Aurelia.“Kok kamu gitu sih Rel?” tanya Oscar mencoba untuk merayu kekasihnya.Aurelia mendongakkan kepalanya dan menantang kekasihnya.“Kenapa emang? Loe nggak suka? Ya udah nggak usah ketemu gue lagi. Nggak usah punya mimpi buat nikah sama gue. Dengar ya, pria yang ingin menikah dengan Aurelia Destiani bukan cuma Oscar Rionaldo. Jadi kalau loe nggak bisa penuhi persaya
“Arghhh! Sial!” Gavin kembali melayangkan tinjunya ke udara melampiaskan emosi yang muncul oleh ucapan Kayla barusan.Sulit untuk menggambarkan bagaimana perasaannya sekarang, semuanya campur aduk. Ia marah, kecewa dan juga cemburu.Tak pernah ia mengira kalau Kayla akan melakukan tindakan senekad dan sejahat ini. Ia seolah merasa asing dengan sosok Kayla kali ini. Perempuan mandiri yang kadang bersikap manja saat bersama dengannya telah berubah total. Keceriaan di wajah perempuan itu pun hilang seketika.Sebetulnya ia merasa iba dan ingin memluk mantan kekasihnya setelah mendengar pengakuan Kayla. Ia berharap bisa memberikan rasa tenang bagi perempuan berlesung pipi itu. Namun sepertinya hal itu tak bisa ia lakukan. Kayla sama sekali tak mengharapkan belas kasihan.Ia setuju kalau apa yang diterima oleh mantan kekasihnya semasa SMU itu memang sungguh keterlaluan, tapi ia sa
Kayla meneguk air putih hingga tak bersisa, kemudian ia kembali melirik ke arah Gavin yang masih menertawai ulah Oscar yang ia sebut cowok sarap.“Dia gak salah Vin, laki-laki itu emang suami gue,” aku Kayla sambil menunduk.“Apa? Loe masih mabuk Kay?” tanya Gavin yang tak percaya.“Iya, dia emang suami gue, kita menikah di Amerika,” jawab Kayla dengan tatapan yang kosong.Gavin langsung meletakkan roti yang rencananya akan diberikan pada Kayla dengan kasar. Kemudian ia mendekat ke arah mantan kekasihnya dan memegang kedua pundaknya yang putih. Sepertinya ia terbakar oleh rasa cemburu yang begitu menggebu.“Kay! Bilang ke gue kalau apa yang loe bilang itu boong. Loe pasti boong kan Kay. Loe nggak mungkin nikah dengan orang itu. Loe nggak mungkin,-” balas Gavin kemudian melepaskan telapak tangannya dari pundak Kayla.
“Ya ampun Kay, loe kenapa?” tanya Gavin begitu Kayla membuka pintu apartemennya, setelah ia mengetuk beberapa kali.Pemuda berkulit putih ini mendapati mantan kekasihnya nyaris ambruk menubruk tubuhnya. Dari aroma bibirnya, ia dapat mencium aroma alkohol yang cukup kuat.“Hmm, mulai deh, abis berapa banyak loe Kay?” gumam Gavin kemudian mengangkat tubuh Kayla yang ramping dengan kedua tangannya.Perlahan ia membaringkan Kayla pada ranjang berukuran king size. Gavin mengambil selimut putih yang ada di ranjang untuk memberikan kehangatan padanya.Saat selimut itu terbuka, mendadak Gavin pun menghentikan apa yang ia lakukan karena melihat rok Kayla yang tersingkap. Kulitnya yang putih mulus terlihat jelas di depan mata, belum lagi tonjolan ranum yang sedikit menyembul dari blouse berpotongan Queen Anne nya.Sejenak Gavin menelan liurnya sendiri, ia t