Baju terusan mini tanpa lengan dengan bagian punggung terbuka melekat erat di tubuh ramping Kayla. Sementara sahabatnya memilih terusan model tube dengan bahan yang melambai. Bibir mereka dipulas oleh lipstick berwarna nude untuk menyeimbangkan riasan mata yang mencolok."Kita akan bersenang-senang malam ini," kata Kayla sambil menegak satu sloki minuman beralkohol, dan diikuti oleh Erin.Sengaja mereka minum sedikit dulu dengan alasan membuat diri mereka rileks.Ini adalah hari-hari terakhir liburan Kayla dan Erin di negeri Paman Sam. Mereka berdua memilih untuk bertandang ke Las Vegas, sebuah kota yang juga disebut sin city.Kedua sahabat ini begitu menginginkan kehidupan yang sungguh liar. Penasaran dengan tempat hiburan yang begitu meriah, seperti yang biasa mereka lihat dalam layar kaca. Mencoba keberuntungan dalam setiap permainan judi yang ada di kota ini.Malam ini, kedua wanita yang tel
Perempuan dengan rambut sebahu itu hanya mendengkus kesal saat mendengar pernyataan laki-laki di sampingnya. Menikah, hanya sebuah kata tapi memiliki pengaruh yang besar, terutama untuknya saat ini.Kayla memang menginginkan pernikahan, tapi tidak untuk saat ini. Masih banyak tempat yang belum juga ia jelajahi. Yang terpenting pernikahannya bukan dengan orang asing yang tak dikenal."Loe inget sesuatu nggak?" tanya Kayla pada partnernya."Hmm apa ya? Coba gue pikir dulu," balas Oscar sambil berbaring dan menatap langit-langit kamar, sementara kedua tangannya menjadi bantal."Ya, gue inget," jawab Oscar.Kayla terlihat antusias dan memutar tubuhnya ke hadapan pria berkulit putih di sampingnya. Gerakan cepat yang ia buat membuat selimut yang menutupi tubuh nyaris polosnya tersingkap.Sebagai laki-laki normal yang baru saja bangun tidur dan masih sedikit menyisakan pengaruh alkohol pun membulatkan mata. Laki-
Kayla merapikan rambut dan pakaiannya. Kemudian mengoleskan pemulas bibir warna merah muda dan membereskan meja kerjanya.Ia telah kembali pada realita kehidupan sehari-hari. Melupakan semua kemeriahan Las Vegas dan kembali mengumpulkan rupiah demi rupiah di tanah air."Gak sabar rasanya pengin ketemu Gavin," gumam Kayla sambil meraih kunci mobilnya.Sengaja ia tak mengatakan pada kekasihnya perihal kunjungannya kali ini untuk memberi kejutan. Bahkan sebelum berangkat ia mengatakan akan singgah di Singapura barang dua malam untuk beristirahat sejenak."Gavin suka nggak ya sama oleh-oleh yang aku bawa," gumam Kay dari balik kemudi.Hubungan yang dibina lebih dari dua tahun bersama Gavin memang membuatnya begitu mencintai lelaki berkulit putih ini. Terlebih saat ia kedapatan dirinya menikah semalam dengan lelaki asing yang justru menimbulkan perasaan bersalah sepanjang waktu.Kali ini Kayla menco
Dengan napas yang memburu, Kayla mencoba menahan untuk kuat. Dalam hati ia menyemangati diri sendiri untuk tidak menangis. Namun tak sanggup, dan ia memutuskan untuk berbalik meninggalkan kamar utama lelakinya."Kay ... Kay tunggu aku. Aku akan jelaskan semuanya!" seru Gavin saat mengejarnya, sementara lelaki berjambang itu memilih untuk duduk di ranjang Gavin."Nggak ada yang perlu kita omongin lagi Vin, semua udah jelas," balas Kayla tanpa menoleh ke arah lelaki berambut cepak yang mengikutinya.Gavin mempercepat langkah hingga berhasil menghalangi Kayla untuk masuk ke dalam mobilnya."Jangan sentuh aku Gavin, aku jijik!" seru perempuan berlesung pipi ini sambil menepiskan tangan dari genggaman Gavin."Maaf Kay. Aku benar-benar minta maaf, aku tidak bermaksud untuk,—" Belum juga Gavin melanjutkan kalimat, tapi Kayla sudah memotong ucapannya."Untuk mengatakan kalau kamu tidak menyukai perempuan? At
Gadis 27 tahun itu menyalami wanita berseragam cokelat yang duduk di seberangnya."Terima kasih untuk pelayanan dan respons cepat yang Ibu berikan. Saya pamit dulu," kata Kayla ramah."Sama-sama Ibu," jawab petugas wanita itu tak kalah ramah.Sambil senyum, Kayla meninggalkan gedung instansi pemerintahan dengan mobilnya. Berkas yang baru ia dapat diletakkan di bangku penumpang."Untung aja pelayanannya nggak ribet, dan cepet. Lagian, bisa-bisanya semua dokumen dari sana ada di tas gue, memang kalau orang baik pasti nasibnya baik," gumam Kayla sambil terus mengemudi.Banyak hal yang ia bayangkan di dalam kepala atas apa yang baru ia lakukan. Kesemuanya membuat gadis penyuka travelling ini tersenyum penuh kemenangan.***Para mahasiswa masih mengerubungi Oscar meskipun acara seminar telah usai. Sosok Oscar yang sukses di usia muda membuat Universitas Pahlawan mendaulatnya untuk memjadi pembicara
Sadar terlalu lama tertegun, Oscar pun berlari menyusul kekasihnya yang telah melangkah jauh. Tak peduli akan mahasiswa yang memandangnya dengan tatapan aneh lantaran ia berlari cepat bagaikan atlet. Sementara ia mengenakan setelan kerja yang formal."Aurelia ... Aurelia tunggu!" teriakannya semakin membuat orang-orang di sekitarnya mengangkat bahu keheranan.Namun Oscar terus saja berlari, tujuannya hanya satu ia tak boleh membiarkan hubungannya dengan tunangannya kandas. Aurelia Destiani adalah perempuan yang begitu ia cintai, dan hari pernikahan mereka tinggal selangkah lagi.Semua persiapan pernikahan telah mereka siapkan, mulai pakaian, catering, tempat. Bahkan mereka berdua sudah membayar uang muka untuk jasa hiburan artis ibukota."Sayang ... Sayang apa yang kamu bilang tadi hanya candaan kan?" tanya Oscar begitu berhasil menyalip kekasihnya.Aurelia pun berdiri sambil berkacak pinggang dan mata biru softlens ny
Oscar masih menatap bayangan sang tunangan yang semakin lama semakin menjauh. Saat pemilik tubuh indah itu tak lagi terlihat oleh kedua mata, ia pun kembali mengacak-acak rambutnya dan memaki kebodohannya."Sial! Kenapa gue bisa seceroboh itu, bisa gawat kalau Aurelia mulai tampil di media sosial," runtuk Oscar.Masih dalam keadaan kesal, pria tiga puluh tahun itu pun meninggalkan kampus dan kembali ke kantornya."Gue harus bisa ketemu sama perempuan itu. Ini nggak bisa dibiarin, sial dasar penipu!" runtuk Oscar dari balik kemudi.Pria berambut kecokelatan itu mengambil napas panjang dan menghembuskan perlahan-lahan. Mencoba untuk membuat dirinya lebih tenang agar bisa mendapatkan solusi untuk masalahnya kali ini."Eh, tapi gimana caranya ya biar bisa dapat informasi tentang dia. Gue kan sama sekali nggak punya kontaknya, Foto-foto dia juga udah gue apus semua dari ponsel gue. Lagian nama Kayla Jasmine juga nggak cuma
Garis lengkung tipis terkembang di wajah Oscar setelah ibu jarinya bergerak naik turun di atas benda pipihnya. "Hmm aku yakin ia pasti bisa menemukan perempuan itu untukku. Semoga saja nomornya tidak berubah," gumam Oscar kemudian menghubungi seseorang. Dia adalah Nando, seorang yang direkomendasikan oleh temannya, Randy. Nando bisa dibilang seorang informan yang cukup bisa dipercaya. Beberapa bulan lalu ia sempat menggunakan jasanya untuk mencari tahu siapa yang mencoba untuk menjadi penyusup dalam bisnisnya. "Ya," suara yang terdengar berat menjawab panggilan dari Oscar. "Nando, apa kau ingat aku?" tanya Oscar dengan maksud berbasa-basi. "Aku tidak ingat, langsung saja, katakan siapa dirimu, dan apa keperluanmu?" tanya Nando dengan ketus. Oscar mengangguk seolah Nando dapat melihatnya kali ini. Namun ia sadar orang yang berprofesi seperti Nando memang perlu bersikap hati-hati. "Aku Osca