-------------------------------------------⁵
"Kamu kenapa?" tanya Farhan. "Maaf, Han. Tapi aku malu jika orang lain melihat kita yang berpegangan tangan," imbuh Stella malu-malu genit. "Astagfirullah," sontak Farhan terperijit melepaskan tangan Stella. Apa dia benar-benar tidak merasa jika dia menggenggam tangan seorang wanita? Stella tertawa melihat Farhan yang terlihat begitu grogi setelah melepaskan tangannya. "Hehehe maaf Stella, aku baru menyadarinya," lanjut Farhan merasa tidak enak. "Hum ... Iya tidak apa, oiya mengapa kamu membawaku kesini?" "Untuk membeli beberapa keperluan di rumah barumu." "Tapi, Han?" "Ssttt, bukannya kita sudah menjadi teman sekarang." Teman? Selama ini Stella sudah berusaha untuk mendapatkan seorang teman, tetapi tetap saja semua menjauh darinya, Jelas dia terharu mendengar perkataan Farhan. "Hiks ... Terimakasih," rengek Stella. Farhan tersyum hangat, dia menyadari itu bukan air mata kesedihan melaikan itu air mata yang keluar karena dia merasa senang. Mereka pun mulai berbelanja, Gadis polos itu dengan senangnya memilih tampa bertanya mengapa Farhan begitu baik padanya. "Farhan ...!" himbau seorang Pria manggil nama Farhan. Meraka berdua menoleh ke sumber suara. "Han, apa kamu mengenalnya?" bisik Stela "Iya, ayo kesana dulu." Stella mengikuti Farhan untuk menghampiri Pria itu seorang pria paruh baya yang berjuala minuman bersoda dan berbagai minuman lainya. "Widih udah lama ngga kesini, Oya Han apa ini pacarmu?" tanya Paman pemilik kedai. "Ha? Bu-Bu-Bukan paman," selah Stella terbata bata, dia tidak enak jika orang orang mengira gadis kuno seprtinya adalah pacar Farhan, pikirnya itu akan mempermalukan Farhan. Paman itu menekuk wajahnya seperti tidak percaya dengan perkataan Stella. "Syukurlah jika begitu, Dek dengar! Laki-laki sepertinya itu tidak cocok denganmu yang begitu cantik." "Paman... Sudah jangan mengolok-oloknya, oya satu minuman ajaib, satu lagi just biasa" pinta Fahan. Minuman ajaib? Untuk pertama kalinya ada minuman yang ajaib, Stella melirik Farhan karena minuman itu terdengar asing di telinganya. "Oke siap, Han. Tunggu sebentar." Paman itu dengan senang membuatkan pesanan Farhan dan tidak butuh waktu yang lama minuman ajaib siap untuk diminum. "Sebentar, aku juga mau," Karena penasaran Stella langsung menyerobot gelas itu lalu, dengan sekali tarikan nafas ia menghabiskannya. Farhan dan paman pemilik kedai hanya bisa melongong melihatnya, itu seperti hal yang luar bisa yang meraka lihat. "Ah ...," desa Stella, "Memang enak sih, tapi ajaibnya di mana?" lanjut Stella terlihat sangat menikmati sambil melihat gelas yang kosong di tangannya. "Aduh ...! " Farhan menamplok jidatnya sendiri. Minuman ajaib yang dimaksud Farhan adalah campuran dari beberapa jenis minuman beralkohol yang diberi Es agar terasa lebih segar. Dan itu di habiskan Stella dalam satu tarikan nafas, Farhan tau pasti itu akan membuatnya dalam maslah. "Han, apa ada sesuatu di kacamataku?" tanya Stella. Wajah Stela mulai meronah, dia juga merasa gerah dan gelisah. Benar-benar minuman yang ajaib yang membutnya perasaannya menjadi gembira. Mungkin itu memang yang dia butuhkan agar bisa melepaskan semua beban dan kesedihan yang menumpuk dibenaknya. Farhan melirik paman itu dengan wajah memelas. "Hehehe paman akan tutup, kalian bisa pergi. Oya anggap saja minuman itu hadiah karena kita sudah lama tidak bertemu." Dengan cepat paman itu menutup kedainya. "Hah ...." Farhan mengle nafas pasrah, "Sini aku bersihkan," ia mebuka kacamata Stella dari matanya. Stella menatap Farhan dengan matanya yang mulai sayu. "He-He-Hehehehe." Stella tertawa aneh, tapi entah apa yang ia tertawakan. Ia mulai membuka kedua kepangan rambutnya lalu membuatnya terurai. Farhan yang selesai mengelap kacamata Stella dengan bajunya mendongak melihat Stela. Seorang dengan kencatikan yang sangat natural kini berada di hadapan, matanya tidak berkedip untuk beberapa saat, rambut Stela yang terurai membuat nya begitu cantik saat di terpa sedikit angin. Sungguh pemandangan yang dapat membuat jantung berdebar dengan hebat. "Farhan? Apa kamu sedang memandangiku. Hehehe," tutur selera dengan manja. "Ah! Ti-tidak-tidak. Ini pakai," elak Farhan. "Hum ... Pakaikan." Stella dengan imut mendekatkan wajahnya kehadapan Farhan. "Baiklah." Saat Farhan akan memakaikan kembali kacamatanya dengan sengaja Stella menghindar. "Eist tidak kena, hihihi." Sambil terseyum riang Stela menjauh dari Farhan. "Ayo Farhan kejar Aku" seruh Stella dengan riang. Farhan menggeleng menyembunyikan senyumnya, dalam hatinya dia merasa gembira. "Awas ya." Farahan mulai mengejar Stella, seyum dan tawa mereka terlihat dengan jelas seakan semua kesedihan mejauh dari mereka. Stella sangat lepas, ia bernyanyi, menari dan sesekali dia juga menjahili para penjual, sementara Farhan terus mengikutinya. Frahan terus terseyum melihat Stella yang begitu riang, dia merasa tidak ada alasan lain baginya melaikan hanya canda, tawa dan kebahagian Stella yang dia inginkan. Farhan juga mengambil beberapa poto setella yang bertingakah. Hingga hari itu pun berlalu. Farhan mengantarkan stela kembali ke kamarnya dalam ke adaan sudah tidak sadarkan diri. "Hum. Gadis bodoh," dengus Farhan. Begitu polosnya, sehingga dia minum begitu saja tampa bertanya. Farhan menggeleng sambil terseyum ketika mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Seketika dia tertegun sejenak, dia terlihat tidak mengerti mengapa dia begitu gembira melihat Stela yang riang.APA AKU EGOIS JIKA AKU INGIN MENIKAH----------------------------------²⁵Garrr garrr garrr garrr, Gedor Farhan sembari membawa pistol. Entah apa yang ia pikirkan Farhan datang kerumah orang tua Stella dengan penuh amarah.Saat Ayah Stella membuka pintu Farhan langsung menodongkan pistol ke kepalanya."Ah... !" pekik Marni ibu Stella ia sangat takut melihat Farhan yang tiba-tiba menodongkan pistol di kepala suaminya."Nak, apa yang kamu lakukan. Bibik mohon jika ada sesuatu kita bisa bicarakan baik-baik" Pinta Marni memohon.Seluruh tubuh Heryo bergetar, keringat jangung mulai mengalir di dahinya. Sisip sedikit maka kepalanya akan buyar."A-Apa ya-yang kamu inginkan" kata Heryo terbata.tanpa bicara dengan wajahnya yang begis, Farhan langsung masuk. Ia melumat-lumat kalung bunga yang ada di foto Stella hingga hancur."Hah" hembus Farhan, " Dengar paman ini peringatan terakhir. Demi dirinya aku rela membunuh, bahkan aku juga rela mati demi dirinya." ketus Farhan."Iya Nak iya, Bibik be
AKU PASTI BISA, AKU TIDAK AKAN MENANGIS LAGI DI HADAPANNYA.------------------------------------²⁴"Sudah jangan menangis, aku mengerti Stella." tutur Farhan teseyum sembari mengahapus air mata Stella dengan lembut."Sekarang ayo kita kembali ke Rumah Sakit" lanjut Farhan."Um."Namun tiba-tiba mata Farhan melotot, darahnya naik hingga kekepala. "Hah" hembus Farhan meredam amarahnya. Ia tidak sengaja melihat Poto Stella yang masih di kalungkan dengan bunga di layar.Di benak Farhan ia legah karena Stella sedang mengahadapnya membelakangi layar. Jika tidak, mungkin Stella akan kembali sangat hancur saat melihat itu. Dengan cepat Farhan menarik kembali Dronnya. "Ada apa, Han?" tanya Stella yang melihat Farhan tiba-tiba tergesa."Hehehe bukan apa-apa, ayo kita pergi." elak Farhan cekekehan.Di perjalanan kerumah sakit, Stella terus memikirkan perkataan Farhan yang ingin menikahinya. Namun lagi-lagi ia menguburkan semuanya dalam-dalam, baginya kabaikan Farhan sudah lebih dari pada cukup
"Farhan, apa kamu sudah gila. Maaf Farhan tapi saya harus menyampaikan ini, Stella tidak punya banyak waktu.""Tidak, kamu pasti bohongkan. Dokter ini tidak mungkin aku melihatnya dia sudah baik-baik saja.""Aku mengerti perasaanmu, jadi aku mengizinkanmu untuk membawanya besok, tapi kamu harus cepat membawanya kembali karena kami akan melakukan penanaman biji partikel untuk mengahambat pertumbuha tumor di otaknya, selagi kami mempersiapkan semuanya kamu boleh membawanya."----------------------------------²³"Farhan kamu dari mana saja?" tanya Stella yang melihat Farhan baru datang untuk membesuknya."Aku habis beres-beres" jawab Farhan menunjukan sedikit senyum sembari berjalan lalu duduk di samping Stella."Beres-beres?""Hehehe iya beres-beres, ada apa? Oh... Apa kamu sangat merindukanku." ucap Farhan menggoda Stella."Bub... Bubb.. hihihi " Stella cekikikan, ia merasa perkataan itu sangat tidak cocok dengan Farhan."Han, sejak kapan kamu bisa merayu?" lanjut Stella, yang selama i
---------------------------------²²"Dasar bodoh." ucap Farhan sembari memeluk Stella dengan erat. Yang bahkan tanpa ia sadari air matanya juga menetes, kerinduan yang menyiksa akhirnya terlepasakan."Maafkan aku Stella, aku mengira kamu kembali kepada Bram." Sambung Farhan."Bukannya aku sudah mengirim mu pesan kamu juga melihat pesan itu, tapi kamu sama sekali tidak membalasnya, aku juga berusaha menelpon mu berkali-kali, Han, tapi ponsel mu sama sekali tidak aktif." beber Stella.Perlahan Farhan melepaskan pelukannya, sambil tersenyum ia mengahapus air mata Stella dengan lembut.Namun tiba-tiba wajah Stella memucat, penglihatannya mulai memudar. Bruk, ia pingsan di pelukan Farhan.Sontak Farhan membaringkan Stella di pangkuannya, matanya melebar. Ia begitu cemas saat melihat darah yang mengalir melalui rongga hidung Stella."Stella..., Stella..." Panggil Farhan yang panik. sehingga membuatnya tidak tau harus berbuat apa, Ia melihat ada name tag di leher Stella."Astaghfirullahall
"Han, berjanjilah untuk hidup dengan baik. Aku akan selalu menunggumu"-----------------------------------²¹"Pak Farhan mau pinjam buku?""Tidak Rina, Oya apa Stella ada?" tanya Farhan, ia sudah memutuskan untuk menemui Stella. Walau hanya sekedar untuk memberikan udangan dari Ibunya.Rina menggeleng, "Tidak Pak, Stella sudah mengundurkan diri." jawab Rina."Apa, mengdurkan diri?""Iya pak, dia bilang dia akan menikah dan akan tinggal di Singapura bersama suaminya.""Ya baik lah kalau begitu, terimakasih."Farhan keluar dari perpustakaan, setiap langkahnya menghilangkan harapannya untuk bertemu dengan Stella. Hatinya begitu sakit ia tidak menyangka Stella kembali kepada Bram. Bahkan ia menikah tanpa pemberitahuan.Ia terus bejalan, hingga tanpa sadar ia sudah tiba di depan Rumah yang pernah ia berikan agar Stella punya tempat tinggal.Farhan menghirup udara dalam-dalam, "Hah" hela Farhan sembari melangkah masuk.Matanya berkeliling, ia terseyum melihat semua banyangan Stella yang ter
----------------------------------²⁰Begitu menyedihkan, Sejenak ia berdiri melihat Stella yang meringkuk di dalam bak mandi.Stella perlahan mengangkat wajahnya, ia tampak pucat, bibirnya balu bergemetar karena kedinginan, "Maaf ya, Han." lirih Stella menunjukan senyum yang membuat Hati Farhan merasa teriris.Perlahan Farhan mendekat, ia menyingkap rambut Stella yang basah dengan lembut. Tanpa bicara Farhan merangkul Stella, ia menggendong Stella keluar dari dalam kamar mandi.Stella memeluk erat Farhan, matanya bebinar melihat wajah Farhan yang datar. Ia merasa sangat bersyukur karena Farhan selalu ada untuknya.Farhan pun membaringkan Stella di tempat tidur. Saat Farhan akan mengkat kepalanya, Stella menahannya.Stella meraih Farhan mendekat lalu mencium bibir Farhan dengan penuh perasaan, yang membuat perasaan Farhan bergejolak tidak menentu.Perlahan kedua mata yang menikmati cumbuan mesra itu terbuka, tatapan yang menginginkan satu sama lain terlihat jelas.Stella mulai pasrah,