Karena kesalahan kecil, Gadis lugu dan juga polos bernama Stella Cristin mendapat hukuman yang berat. tidak hanya di usir oleh Ayahnya, Ayah nya juga sudah menganggap ia tiada. Hatinya sangat hancur, saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Ayah nya begitu tega mengadakan hari peringatan kematiannya. Dalam rasa putus asa seseorang datang kedalam hidupnya, seorang Pria broken home bernama Farhan. Farhan yang mengerti rasa sakitnya tidak di anggap oleh keluarga, ia berusaha untuk membatu Stella. Namun dalam setiap kebersamaan mereka sesuatu yang lain muncul di hati mereka di saat Stella sudah memutuskan untuk menikah dengan orang lain. Cinta, keluarga? akan kah Stella dapat memilikinya. Sedangkan setiap doa dari ayah nya sudah mulai berjalan seperti kutukan.
View MoreDua hari sebelumnya adik perempuan Stella bersama kekasihnya meminta restu kepada kedua orang tua mereka untuk menikah.
Namun Ayahnya malah menunda pernikahan mereka sampai Stella terlebih dahulu yang menikah, Adiknya tidak boleh melangkahi dia sebagai seorang Kakak. Malamnya terjadi lah pertengkaran antara Stella dan Adiknya, kerena pernikahan adiknya tidak mungkin akan terjadi karena dia. Selama ini Adiknya sudah berusaha memperkenalkan semua Pria yang ia kenal untuk menikahi Kakaknya. Namun sayangnya setelah bertemu dengan Stella mereka pasti akan mundur. "Tidak akan ada Pria yang ingin menikahi wanita kolot dan kuno seperti mu! Tidak, Aku akan pergi dari rumah ini Aku akan kawin lari saja bersamanya," cecar Adiknya, sorot matanya mengatakan aku sangat membencimu. Ia juga meluapkan seluruh amarahnya kepada Stella sambil mengemasi semua barang-barangnya. "Jangan Sari Kakak mohon, Kamu pikir lagi? Ayah sudah pernah kena serangan jantung jika dia tau kamu kabur mungkin dia akan tiada, Kakak mohon Sari tunggulah sebentar lagi," bujuk Stella menangis lirih memohon sambil berlutut di hadapan Sari. Jangan kan seorang Kakak seorang sahabat juga akan sangat bahagia ketika seorang yang di sayang menikah dengan pilihan hatinya. "Tunggu! Sampai aku jadi perawan tua sepertimu. Kamu dengar ya! jika satu minggu lagi kamu belum juga menikah maka Aku akan kawin lari bersamanya," ancam Sari padanya. Wanita polos itu termenung hingga Fajar menyingsing. Siapa yang ingin menikah dengan wanita kolot dan kuno sepertinya, tidak bisa berdandan, memakai kaca mata bulat yang besar dan rambut yang selalu di kepang. Pikiran itu membuatnya tidak bisa tidur semalaman, belum lagi adiknya yang mengancam akan kabur jika satu minggu lagi dia tidak juga menikah. Di mana ia biasa mendapatkan suami dalam waktu sesingkat itu. Apa lagi Ayahnya pernah berkata ia hanya akan merestui jika mereka menikah dengan seorang yang terpandang juga terpelajar. Semua beban itu sekarang membebani hati dan pikirannya, dia bahkan tidak tau apa yang harus ia lakukan. Tapi masalahnya tidak cukup sampai di situ. Ketika Stella pulang larut malam dari tempat kerjanya. Tiba-tiba saja Stella di rampok oleh seseorang dan untungnya Farhan tetangganya datang untuk menolong. Farhan berkelahi dengan perampok itu sehingga dia terluka di bagian pergelangan tangannya kerena terkena sayatan pisau dari sang perampok. Sebagai rasa terimakasih Stella pun mengikuti Farhan ke Rumahnya, ia berniat untuk membatu mengobati luka di pergelangan tangan Farhan. Farhan yang di benci banyak orang kerena penampilannya yang seperti berandalan di penuhi tato mengelilingi sekujur lengannya, serta sering minum-minuman keras tidak perduli tempat atau lingkungannya, membawa musibah bagi Stella. Ketika Stella masuk kerumah Farhan seseorang melihat mereka dan langsung melapor kepada Ayahnya Stella. Malam itu, Ayahnya berserta beberapa warga langsung memergoki Stella yang sedang berduaan di Rumah Farhan. Kesalahpahaman yang tidak bisa di luruskan hanya dengan kata-kata, meski Stella bersujud sekalipun semua orang tidak mempercayainya. "Tolong, Pak. Semu ini hanya kesalahpahaman." Farhan angkat bicara karena sudah tidak tahan melihat semua orang menyudutkan mereka berdua. "Iya Ayah, Aku mohon percayalah kepadaku Kami sungguh tidak melakukan apapun, Ayah." Stella menangis sambil berlutut memeluk kaki Ayahnya, ia berharap Ayahnya dapat mempercayainya. "Alah, tengah malam begini kalian berduaan masih mau mengelak apa kalian pikir kami semua ini bodoh," cibir Kang Mamat, orang yang sudah lama membenci Farhan semakin menyudutkan mereka. "Kang dia terluka karena menolongku, Ayah tadi saat pulang aku hampir di rampok untung ada Farhan yang menolongku, apa aku salah ingin membatu mengobati lukanya?" lirih Stella. "Jelas salah! kenapa harus ke rumahnya, bukan kerumah sakit," cecar Ujang. "Kang!" bentak Stella Belum sempat ia bicara sebuah tamparan mendarat di pipi Stella yang membuat semua orang terdiam. "Cukup Mat, sekarang Kita semua kembali kalian masih harus membantuku untuk menyiapkan persiapannya, karena Stella Cristin sudah tiada," putus Ayahnya memendam amarah. Tamparan tidak begitu menyakitkan, tetapi dianggap sudah tiada oleh orang tua sendiri itu sangat menyakitkan, bahkan dapat membuat seorang putus asa. Kata tiada yang diucapkan oleh ayahnya terngiang-ngiang di telinganya. Bahkan saat mereka semua pergi, Stella masih terdiam berlutut dengan tatapan yang kosong. "Stella ... " "Stella, Apa kamu baik-baik saja?" tanya Farhan sambil memegang pundaknya. Suara Farhan begitu sayup didengar seolah-olah jiwanya sedang pergi entah kemana. "Stella!" ulang Farhan cukup keras. Setelah beberapa kali memanggilnya dengan keras Stella terbangun dari lamunannya. "Hah ... Kamu membuatku khawatir," gumam Farhan lega lalu duduk di ranjang tempat tidurnya. Sambil memendam kesedihannya Stella menghapus air matanya. "Maaf ya, Han." "Buat apa?" "Gara-gara Aku, Kamu mendapatkan masalah," lirih Stella. "Apa kamu baik-baik saja," pasti Farhan sekali lagi mengingat apa yang baru saja terjadi, itu pasti sangat menyakitkan bagi Stella. "Bohong jika aku berkata Aku baik-baik saja saat ini," jawab Stella, Senyum yang hambar terlihat di wajahnya. "Bagus lah, Setidaknya kamu masih bisa bicara, lalu? apa ada cara agar Ayahmu bisa menerimamu kembali." Seorang yang sudah tiada, apa masih bisa kembali? itu terbesit di benak Stella. "Tidak untuk saat ini, tapi aku tidak akan menyerah suatu hari nanti aku pasti akan membuat Ayahku bisa menerimaku kembali," putus Stella menguatkan dirinya, berharap suatu hari nanti dia bisa diterima kembali oleh ayahnya. "Lalu rencana mu saat ini?" "Aku akan tetap bekerja dan sekarang aku akan mencari tempat tinggal. Han, Maaf dan terimakasih." Malam itu menjadi malam terburuk bagi Stella, Wajahnya hanya di penuhi dengan kesedihan. Apa yang ia rasakan bahkan tidak mampu di tuturkan lewat kata-kata. Hanya Tuhan saja yang mengetahui apa yang dirasakan oleh hati dan pikirannya.APA AKU EGOIS JIKA AKU INGIN MENIKAH----------------------------------²⁵Garrr garrr garrr garrr, Gedor Farhan sembari membawa pistol. Entah apa yang ia pikirkan Farhan datang kerumah orang tua Stella dengan penuh amarah.Saat Ayah Stella membuka pintu Farhan langsung menodongkan pistol ke kepalanya."Ah... !" pekik Marni ibu Stella ia sangat takut melihat Farhan yang tiba-tiba menodongkan pistol di kepala suaminya."Nak, apa yang kamu lakukan. Bibik mohon jika ada sesuatu kita bisa bicarakan baik-baik" Pinta Marni memohon.Seluruh tubuh Heryo bergetar, keringat jangung mulai mengalir di dahinya. Sisip sedikit maka kepalanya akan buyar."A-Apa ya-yang kamu inginkan" kata Heryo terbata.tanpa bicara dengan wajahnya yang begis, Farhan langsung masuk. Ia melumat-lumat kalung bunga yang ada di foto Stella hingga hancur."Hah" hembus Farhan, " Dengar paman ini peringatan terakhir. Demi dirinya aku rela membunuh, bahkan aku juga rela mati demi dirinya." ketus Farhan."Iya Nak iya, Bibik be
AKU PASTI BISA, AKU TIDAK AKAN MENANGIS LAGI DI HADAPANNYA.------------------------------------²⁴"Sudah jangan menangis, aku mengerti Stella." tutur Farhan teseyum sembari mengahapus air mata Stella dengan lembut."Sekarang ayo kita kembali ke Rumah Sakit" lanjut Farhan."Um."Namun tiba-tiba mata Farhan melotot, darahnya naik hingga kekepala. "Hah" hembus Farhan meredam amarahnya. Ia tidak sengaja melihat Poto Stella yang masih di kalungkan dengan bunga di layar.Di benak Farhan ia legah karena Stella sedang mengahadapnya membelakangi layar. Jika tidak, mungkin Stella akan kembali sangat hancur saat melihat itu. Dengan cepat Farhan menarik kembali Dronnya. "Ada apa, Han?" tanya Stella yang melihat Farhan tiba-tiba tergesa."Hehehe bukan apa-apa, ayo kita pergi." elak Farhan cekekehan.Di perjalanan kerumah sakit, Stella terus memikirkan perkataan Farhan yang ingin menikahinya. Namun lagi-lagi ia menguburkan semuanya dalam-dalam, baginya kabaikan Farhan sudah lebih dari pada cukup
"Farhan, apa kamu sudah gila. Maaf Farhan tapi saya harus menyampaikan ini, Stella tidak punya banyak waktu.""Tidak, kamu pasti bohongkan. Dokter ini tidak mungkin aku melihatnya dia sudah baik-baik saja.""Aku mengerti perasaanmu, jadi aku mengizinkanmu untuk membawanya besok, tapi kamu harus cepat membawanya kembali karena kami akan melakukan penanaman biji partikel untuk mengahambat pertumbuha tumor di otaknya, selagi kami mempersiapkan semuanya kamu boleh membawanya."----------------------------------²³"Farhan kamu dari mana saja?" tanya Stella yang melihat Farhan baru datang untuk membesuknya."Aku habis beres-beres" jawab Farhan menunjukan sedikit senyum sembari berjalan lalu duduk di samping Stella."Beres-beres?""Hehehe iya beres-beres, ada apa? Oh... Apa kamu sangat merindukanku." ucap Farhan menggoda Stella."Bub... Bubb.. hihihi " Stella cekikikan, ia merasa perkataan itu sangat tidak cocok dengan Farhan."Han, sejak kapan kamu bisa merayu?" lanjut Stella, yang selama i
---------------------------------²²"Dasar bodoh." ucap Farhan sembari memeluk Stella dengan erat. Yang bahkan tanpa ia sadari air matanya juga menetes, kerinduan yang menyiksa akhirnya terlepasakan."Maafkan aku Stella, aku mengira kamu kembali kepada Bram." Sambung Farhan."Bukannya aku sudah mengirim mu pesan kamu juga melihat pesan itu, tapi kamu sama sekali tidak membalasnya, aku juga berusaha menelpon mu berkali-kali, Han, tapi ponsel mu sama sekali tidak aktif." beber Stella.Perlahan Farhan melepaskan pelukannya, sambil tersenyum ia mengahapus air mata Stella dengan lembut.Namun tiba-tiba wajah Stella memucat, penglihatannya mulai memudar. Bruk, ia pingsan di pelukan Farhan.Sontak Farhan membaringkan Stella di pangkuannya, matanya melebar. Ia begitu cemas saat melihat darah yang mengalir melalui rongga hidung Stella."Stella..., Stella..." Panggil Farhan yang panik. sehingga membuatnya tidak tau harus berbuat apa, Ia melihat ada name tag di leher Stella."Astaghfirullahall
"Han, berjanjilah untuk hidup dengan baik. Aku akan selalu menunggumu"-----------------------------------²¹"Pak Farhan mau pinjam buku?""Tidak Rina, Oya apa Stella ada?" tanya Farhan, ia sudah memutuskan untuk menemui Stella. Walau hanya sekedar untuk memberikan udangan dari Ibunya.Rina menggeleng, "Tidak Pak, Stella sudah mengundurkan diri." jawab Rina."Apa, mengdurkan diri?""Iya pak, dia bilang dia akan menikah dan akan tinggal di Singapura bersama suaminya.""Ya baik lah kalau begitu, terimakasih."Farhan keluar dari perpustakaan, setiap langkahnya menghilangkan harapannya untuk bertemu dengan Stella. Hatinya begitu sakit ia tidak menyangka Stella kembali kepada Bram. Bahkan ia menikah tanpa pemberitahuan.Ia terus bejalan, hingga tanpa sadar ia sudah tiba di depan Rumah yang pernah ia berikan agar Stella punya tempat tinggal.Farhan menghirup udara dalam-dalam, "Hah" hela Farhan sembari melangkah masuk.Matanya berkeliling, ia terseyum melihat semua banyangan Stella yang ter
----------------------------------²⁰Begitu menyedihkan, Sejenak ia berdiri melihat Stella yang meringkuk di dalam bak mandi.Stella perlahan mengangkat wajahnya, ia tampak pucat, bibirnya balu bergemetar karena kedinginan, "Maaf ya, Han." lirih Stella menunjukan senyum yang membuat Hati Farhan merasa teriris.Perlahan Farhan mendekat, ia menyingkap rambut Stella yang basah dengan lembut. Tanpa bicara Farhan merangkul Stella, ia menggendong Stella keluar dari dalam kamar mandi.Stella memeluk erat Farhan, matanya bebinar melihat wajah Farhan yang datar. Ia merasa sangat bersyukur karena Farhan selalu ada untuknya.Farhan pun membaringkan Stella di tempat tidur. Saat Farhan akan mengkat kepalanya, Stella menahannya.Stella meraih Farhan mendekat lalu mencium bibir Farhan dengan penuh perasaan, yang membuat perasaan Farhan bergejolak tidak menentu.Perlahan kedua mata yang menikmati cumbuan mesra itu terbuka, tatapan yang menginginkan satu sama lain terlihat jelas.Stella mulai pasrah,
Jika aku tidak bisa melewati semua kegilaan ini bagimana bisa aku menjalani kehidupan yang waras_Stella Cirstin_----------------------------------¹⁹Tap, sambut Farhan menangkap tangan Papanya Bram yang ingin menampar Stella.Mata Farhan menekuk tajam, wajahnya menunjukan ke bingasan, "Tidak seharusnya anda berbuat terlalu jauh" tekan Farhan sembari meremas dengan geram yang membuat Papanya Bram merasa sedikit takut."Lepas! " rontah Papa Bram ingin melepaskan tangannya. Namun sayang tidak berhasil karena cengkaraman Farhan terlalu kuat, ia juga mulai merasakan sakit di pergelangan tangannya.Farhan kembali menatapnya, ekspresi Farhan seperti ingin membunuhnya. " Dengar, aku sudah pernah membunuh dan aku tidak keberatan untuk melakukannya sekali lagi." intimidasi Farhan yang membuat Papanya Bram jadi merinding.Mulutnya terkatup rapat, di benaknya pria yang ada di hadapannya adalah pria yang berbahaya. Apa lagi ia melihat ekspresi Farhan saat mengatakan semua itu dengan serius."Ste
"Ya Dewa, apa aku harus mengungkapkan perasaanku padanya, tapi bagiaman jika itu dapa merusak hubungan kami. Bagimana jika Farhan tidak memiliki perasaan yang sama, astaga aku sangat bingung." gerutu Stella. Rasa takut cintanya tak terbalas itu sangat wajar apa lagi ia seorang wanita.-----------------------------------¹⁸"Tidak perlu kamu pikirkan, aggap saja itu sebagai hadia dari seorang kakak kepada adiknya." jawab Farhan.Bibir Stella mengatup rapat tanpa ekspresi, "seorang adik? Hah seharusnya aku menyadari itu." bisik hatinya.Ia menunjukan sedikit senyum, "Karena kamu bilang begitu, terimaksih ya, Han"Lagi-lagi hatinya mundur, karena Farhan sama sekali tidak menunjukan perasaan apapun kepadanya."Ya sudah kalau begitu sampai ketemu besok" sambung Farhan mengkah pergi.Semetara Stella masih berdiam diri, hatinya gundah gulana. Seakan ia tidak rela jika tidak mengungkap isi hatinya kepada Farhan, walau hanya sekedar memberitahu saja. Namun logikanya menolak."Oiya, satu lagi. S
"Han, Menurutmu pernikahan itu apa sih?""Pernikahan?""Iya pernikahan.""Emp...? Pernikahan...?" renung Farhan berdengung.-----------------------------------¹⁷"Astaga, ini benar-benar sebuah perjuangan." keluh Farhan yang kelelahan, ia menunduk sambil memegang kedua lututnya yang bergetar."Hahahaha sudah ku bilang jangan kebanyak minum" ejek Stella dengan manis."Pergilah masuk, Aku akan menunggumu di sini."Emp, Iya" Di hadapan Dewa Stella mulai berdo'a, dia jauh-jauh datang hanya berharap satuhal. " Tolong berikan segala kebaikan untuk Farhan, ya Dewa meski aku tidak bisa bersamanya, tapi mohon beri balasan yang layak untuk segala kebaikannya kepadaku, jujur aku sangat mencintainya." Dari lubuk hatinya yang paling dalam semua ia curahkan kepada Sang Dewa.Meski dari awal dia menyukai Bram dan menurutnya Bram orang terbaik untuknya, tetapi tetap saja setelah bertemu dengan Farhan dan semua yang telah Farhan lakukan membuat Stella tidak bisa menyangkal jika di hatinya hanya ada F
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments