"Ya Dewa, aku rela menyerahkan apa saja bahkan nyawa sekalipun. Namun tolong buat lah Ayah dan Ibuku hidup dengan bahagia dan jika bisa buat lah mereka untuk bisa memaafkan ku," rintih Stella dalam hatinya dengan penuh harapan.
--------------------------------------⁶ "Perasaan yang aneh, ya sudah lah dia juga baik-baik saja," abai Farhan pada pikirannya. Setelah meninggalkan rumah Stella Farhan juga segera pulang kerumahnya. Sore telah beganti malam, di atas atap rumanya sambil memadangi langit malam yang gelap di temani sebotol minuman Farhan terbesit memikirkan Stela. Drrrr drrrr drrr Getar ponselnya membuyarkan lamunannya, dengan berat dia pun mengangkatnya. "Terimakasih," ucap seorang wanita di telpon. Terimakasih? Farhan sedikit bingung tiba-tiba saja seorang berterimakasih padanya tanpa intro terlebih dahulu. "Apa yang kamu bicarakan, terimakasih? Ini aneh," tutur Farhan yang mengira jika dia sudah salah dengar kerena kebanyakan minum. "Farhan ini aku Stella, terimakasih telah mengantarkan ku pulang." "Hahahaha astaga, kamu benar-benar gadis yang berat, Stela." Jelas saja Stela tidak menyadari jika dia digendong oleh Farhan sampai ke kamarnya. "Hihihi maafkan aku, oya berhenti lah minum itu akan memperpendek nyawamu, hah aku mau mandi dulu," ucap Stella yang langsung menutup telponnya. Farhan terseyum menggeleng. Hati nya begitu senang seolah-olah anugrah baru saja di turunkan kepadanya. Malam itu Farhan menghabiskan waktu di atas atap rumahnya di temani wajah Stela yang tersyum di benaknya. Malam yang berlalu dengan seyum yang terukir dari seorang yang mungkin merasakan cinta. *** "Pak Farhan, mau pinjam buku Pak?" "Iya ini bukunya, oya Stella mana?" tanya Farhan, Bola matanya berkeliling tapi tetap tidak melihat Stella. "Dia tidak masuk Pak, demam flu katanya." "Oh gitu, terimaksih ya." Setelah meminjam buku di Perpustakaan Umum, Farhan pun menuju rumah Stella ia berniat menjenguk Stella, pikirnya ia merasa tidak enak karena mungkin Stella demam karena kemarin ia sudah minum yang seharusnya tidak ia minum. "Jeruk, kek nya boleh deh," gumam farhan yang berdiri di sebuah Tokoh buah-buahan sambil berpikir buah apa yang di sukai oleh Stella. "Paman jeruk nya dua kilo ya," pinta Farhan. "Oke siap" Sampai di Rumah Stella, Farhan melihat Stella yang sedang berdoa di kamarnya, dia pun memilih untuk menunggu hingga Stella selesai berdoa. Stella yang merasakan kehadiran seseorang pun menoleh ke arah pintu, begitu senangnya dia saat melihat Farhan yang datang kerumahnya. "Farhan ...," sapa Stela terseyum menghampiri Farhan dengan senang, karena hanya Farhan yang saat ini temannya atau mungkin memang Farhan yang ia butuhkan, ia juga belum bisa menjawab pertanyaan di benaknya. "Sudah selesai?" "Hmp, iya." "Lalu apa yang kamu minta?" "Hehehe Aku berdoa kepada Dewa agar dia bisa membuatmu berhenti dari minum beralkohol." Farhan terseyum menyembunyikan tawanya, jelas itu kebohongan yang terang-terangan. "Ehmz, Kamu itu tidak pandai berbohong ya sudah cicipi jeruknya." Dia masih mau berbohong padahal pipinya masih basah oleh air mata. Mereka berduapun duduk di ranjang sambil menikmati buah jeruk yang Farhan bawakan. "Oya apa kamu sudah baik-baik saja, soalnya tadi aku ke Perpustakaan Rina bilang kamu sedang demam flu?" "Hmp iya, tapi cuma demam flu biasa setelah tadi minum obat Aku sudah merasa baikan kok." "Bagus kalau begitu, kebetulan Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat." "Ah! Oke, kalau begitu aku siap-siap dulu. Kamu tunggu di bawah ya." Farhan sedikit heran melihat Stela yang begitu senang di ajak olehnya, tanpa bertanya kemana? Apa dia begitu percaya jika Farhan tidak akan berbuat jahat padanya. "Oke." Farhan menunggunya di ruang bawah. Beberapa saat kemudian Stella turun dari kamarnya, apa ini yang dia maksud bersiap, Farhan menyibukan seyum nya. Stella hanya mengepang rambutnya saja. "Ya sudah ayo pergi." Farhan pun mengajak Stella kesebuah bangunan bemerekan Beauty Bar. "Apa yang akan kita lakukan di sini, Han? Apa ini tempat yang baik?" tanya Stella yang melihat tulis Bar. Ia mengira itu tempat orang-orang untuk nge-play. "Iya, Kamu tenang saja," jawab Farhan yang terlihat biasa saja. Stella mengikuti Farhan masuk ke dalam. "Assalamu'alaikum, Salim." Ferhan memberi salam kepada pemilik yang bernama Salim. "Wa'alaikumussalam, Oh ... Farhan. Wah-wah-wah silahkan, silahkan duduk." Salim menyabut mereka berdua dengan rama. "Apa yang membuat mu datang padaku?" lanjut Salim bersama. "Salim tolong berikan yang terbaik untuknya," pinta Farhan. Seketika Stella menelan ludahnya, berikan yang terbaik apa maksudnya, apa Farhan ingin menjualnya atau lebih dari sekedar itu. Pertanyaan itu telintas di benak Stella. Stella menggenggam erat ujung bajunya, ia berusaha untuk tetap tenang. Ia percaya Farhan tidak akan berniat buruk padanya. "Oh ... Begitu, hei Nak apa kamu pacarnya?" tanya Salim pada Stella. "Ah! Ti-tidak Pak, saya cuma temannya," jawab Stela segan-segan. "Seorang mualaf?" "Bukan pak, saya Hindu." "Ah ... Begitu, ya sudah. Karmila ... Sarina ...." Salim memanggil kedua anak buahnya. "Tolong berikan yang terbaik untuknya, ingat jangan bikin saya malu didepan saudaraku" lanjut Salim memberi printah. Sungguh hal yang membuat Stella bingung sebenarnya apa yang mereka bicarakan, apa yang ingin mereka berikan? Stella benar-benar tidak mengerti.APA AKU EGOIS JIKA AKU INGIN MENIKAH----------------------------------²⁵Garrr garrr garrr garrr, Gedor Farhan sembari membawa pistol. Entah apa yang ia pikirkan Farhan datang kerumah orang tua Stella dengan penuh amarah.Saat Ayah Stella membuka pintu Farhan langsung menodongkan pistol ke kepalanya."Ah... !" pekik Marni ibu Stella ia sangat takut melihat Farhan yang tiba-tiba menodongkan pistol di kepala suaminya."Nak, apa yang kamu lakukan. Bibik mohon jika ada sesuatu kita bisa bicarakan baik-baik" Pinta Marni memohon.Seluruh tubuh Heryo bergetar, keringat jangung mulai mengalir di dahinya. Sisip sedikit maka kepalanya akan buyar."A-Apa ya-yang kamu inginkan" kata Heryo terbata.tanpa bicara dengan wajahnya yang begis, Farhan langsung masuk. Ia melumat-lumat kalung bunga yang ada di foto Stella hingga hancur."Hah" hembus Farhan, " Dengar paman ini peringatan terakhir. Demi dirinya aku rela membunuh, bahkan aku juga rela mati demi dirinya." ketus Farhan."Iya Nak iya, Bibik be
AKU PASTI BISA, AKU TIDAK AKAN MENANGIS LAGI DI HADAPANNYA.------------------------------------²⁴"Sudah jangan menangis, aku mengerti Stella." tutur Farhan teseyum sembari mengahapus air mata Stella dengan lembut."Sekarang ayo kita kembali ke Rumah Sakit" lanjut Farhan."Um."Namun tiba-tiba mata Farhan melotot, darahnya naik hingga kekepala. "Hah" hembus Farhan meredam amarahnya. Ia tidak sengaja melihat Poto Stella yang masih di kalungkan dengan bunga di layar.Di benak Farhan ia legah karena Stella sedang mengahadapnya membelakangi layar. Jika tidak, mungkin Stella akan kembali sangat hancur saat melihat itu. Dengan cepat Farhan menarik kembali Dronnya. "Ada apa, Han?" tanya Stella yang melihat Farhan tiba-tiba tergesa."Hehehe bukan apa-apa, ayo kita pergi." elak Farhan cekekehan.Di perjalanan kerumah sakit, Stella terus memikirkan perkataan Farhan yang ingin menikahinya. Namun lagi-lagi ia menguburkan semuanya dalam-dalam, baginya kabaikan Farhan sudah lebih dari pada cukup
"Farhan, apa kamu sudah gila. Maaf Farhan tapi saya harus menyampaikan ini, Stella tidak punya banyak waktu.""Tidak, kamu pasti bohongkan. Dokter ini tidak mungkin aku melihatnya dia sudah baik-baik saja.""Aku mengerti perasaanmu, jadi aku mengizinkanmu untuk membawanya besok, tapi kamu harus cepat membawanya kembali karena kami akan melakukan penanaman biji partikel untuk mengahambat pertumbuha tumor di otaknya, selagi kami mempersiapkan semuanya kamu boleh membawanya."----------------------------------²³"Farhan kamu dari mana saja?" tanya Stella yang melihat Farhan baru datang untuk membesuknya."Aku habis beres-beres" jawab Farhan menunjukan sedikit senyum sembari berjalan lalu duduk di samping Stella."Beres-beres?""Hehehe iya beres-beres, ada apa? Oh... Apa kamu sangat merindukanku." ucap Farhan menggoda Stella."Bub... Bubb.. hihihi " Stella cekikikan, ia merasa perkataan itu sangat tidak cocok dengan Farhan."Han, sejak kapan kamu bisa merayu?" lanjut Stella, yang selama i
---------------------------------²²"Dasar bodoh." ucap Farhan sembari memeluk Stella dengan erat. Yang bahkan tanpa ia sadari air matanya juga menetes, kerinduan yang menyiksa akhirnya terlepasakan."Maafkan aku Stella, aku mengira kamu kembali kepada Bram." Sambung Farhan."Bukannya aku sudah mengirim mu pesan kamu juga melihat pesan itu, tapi kamu sama sekali tidak membalasnya, aku juga berusaha menelpon mu berkali-kali, Han, tapi ponsel mu sama sekali tidak aktif." beber Stella.Perlahan Farhan melepaskan pelukannya, sambil tersenyum ia mengahapus air mata Stella dengan lembut.Namun tiba-tiba wajah Stella memucat, penglihatannya mulai memudar. Bruk, ia pingsan di pelukan Farhan.Sontak Farhan membaringkan Stella di pangkuannya, matanya melebar. Ia begitu cemas saat melihat darah yang mengalir melalui rongga hidung Stella."Stella..., Stella..." Panggil Farhan yang panik. sehingga membuatnya tidak tau harus berbuat apa, Ia melihat ada name tag di leher Stella."Astaghfirullahall
"Han, berjanjilah untuk hidup dengan baik. Aku akan selalu menunggumu"-----------------------------------²¹"Pak Farhan mau pinjam buku?""Tidak Rina, Oya apa Stella ada?" tanya Farhan, ia sudah memutuskan untuk menemui Stella. Walau hanya sekedar untuk memberikan udangan dari Ibunya.Rina menggeleng, "Tidak Pak, Stella sudah mengundurkan diri." jawab Rina."Apa, mengdurkan diri?""Iya pak, dia bilang dia akan menikah dan akan tinggal di Singapura bersama suaminya.""Ya baik lah kalau begitu, terimakasih."Farhan keluar dari perpustakaan, setiap langkahnya menghilangkan harapannya untuk bertemu dengan Stella. Hatinya begitu sakit ia tidak menyangka Stella kembali kepada Bram. Bahkan ia menikah tanpa pemberitahuan.Ia terus bejalan, hingga tanpa sadar ia sudah tiba di depan Rumah yang pernah ia berikan agar Stella punya tempat tinggal.Farhan menghirup udara dalam-dalam, "Hah" hela Farhan sembari melangkah masuk.Matanya berkeliling, ia terseyum melihat semua banyangan Stella yang ter
----------------------------------²⁰Begitu menyedihkan, Sejenak ia berdiri melihat Stella yang meringkuk di dalam bak mandi.Stella perlahan mengangkat wajahnya, ia tampak pucat, bibirnya balu bergemetar karena kedinginan, "Maaf ya, Han." lirih Stella menunjukan senyum yang membuat Hati Farhan merasa teriris.Perlahan Farhan mendekat, ia menyingkap rambut Stella yang basah dengan lembut. Tanpa bicara Farhan merangkul Stella, ia menggendong Stella keluar dari dalam kamar mandi.Stella memeluk erat Farhan, matanya bebinar melihat wajah Farhan yang datar. Ia merasa sangat bersyukur karena Farhan selalu ada untuknya.Farhan pun membaringkan Stella di tempat tidur. Saat Farhan akan mengkat kepalanya, Stella menahannya.Stella meraih Farhan mendekat lalu mencium bibir Farhan dengan penuh perasaan, yang membuat perasaan Farhan bergejolak tidak menentu.Perlahan kedua mata yang menikmati cumbuan mesra itu terbuka, tatapan yang menginginkan satu sama lain terlihat jelas.Stella mulai pasrah,