WAKTUNYA BERUBAH.
-----------------------------------------⁷ "Baik tuan tenang saja, Kami akan membuatnya berkilau, ayo?" Karmila mengulurkan tangannya dengan elegan. Stella masih tidak mengerti, dia terlihat ragu untuk menyambut tangan Karmila. "Pergilah, mereka akan membuatmu menjadi wanita terbaik, percayalah." Farhan terseyum sembari memegang pundak Stella. Walau tidak mengerti Stella menggangguk, ia percaya Farhan tidak mungkin melakukan hal yang buruk kepadanya. Walau sedikit ragu Stella pun mengikuti mereka berdua ke subuah ruangan, Stella duduk mengadap cermin yang besar. "Ck" Stella terseyum melihat penampilannya yang begitu kuno di cermin, bahkan dia sendri menyepelekan dirinya apa lagi orang lain. Beberapa saat dia menilai dirinya, hingga Karmila dan Sarina datang dengan koper yang besar. "Nona silahkan tutup mata," pinta Karmila. "Tutup mata?" "Iya Nona" Awalnya Stela merasa takut untuk menutup matanya, dipikirnya mereka berdua akan melakukan hal yang buruk padanya, tapi siapa sangka mereka mulai mendandaninya. Mulai dari rambut hingga ke ujung kaki Mereka berdua secara profesional melakukan pekerjaannya. Tidak butuh waktu yang lama dari wanita yang kuno sekarang Stella menjadi wanita yang sangat menawan. "Nona silahkan buka matamu," lanjut pinta Sarina dengan lembut. Apa yang terjadi, apa yang Mereka lakukan, pertanyaan itu terjawab saat Stella membuka matanya. Matanya termelanga, ia tertegun dan hampir tidak mengenali siapa wanita yang ada dicermin yang ada di dapanya. "Apa benar ini aku?" gumamnya dalam hati seolah-olah dia tidak melihat dirinya. Dia mengangkat tangannya kewajah untuk memastikan itu sebenarnya memang dia atau bukan. "Ya Dewa! Ini benaran aku." Stella terperijit sangat kaget karena penampilannya berubah 95 derajat. "Ah ...! Aku sungguh tidak menyangka ini aku, Mbak Karmila. Mbak Sarina terimakasih banyak ya." Dia begitu gembira serta bersemangat, Stella berlari keluar dengan terburu-buru untuk memperlihatkan penampilannya kepada Farhan. "Farhan ....," seruh Stela, wajahnya begitu sumringah dan gembira. Farhan menoleh melihat ke arahnya. Sangat cantik dan mempesona, Sesaat mata Farhan tidak berkedip untuk beberapa detik melihat Stella. Pesona Stella begitu natural yang membuat Farhan melongong. "Farhan, bagimana penampilanku?" lanjut tanya Stella menghampiri Farhan dengan riang, Senyumnya seperti bunga yang mereka. "Sangat cantik," kata Farhan keluar begitu saja dari mulutnya. "Ah ...! Benarkah?" Farhan seberusaha mungkin untuk tetap tenang, padahal dalam hatinya dia begitu terpesona. "Tapi?" Farhan menyipitkan mata memperhatikan Stella. Stella menekuk wajahnya melihat Farhan yang sedang memperhatikannya, seperti ada sesuatu yang mengusik di mata Farhan, apa penampilannya tidak cocok atau apa? Pertanyaan terlintas di benak Stella. "Apa tidak cocok, Han?" tanya Stella cemberut sangat manja. "Salim ... Apa kamu masih ingin terus berdiri disana," seruh Farhan. "Hehehe iya-iya aku mengerti." Salim terseyum tidak enak sambil mendekat. "Nak, ayo ikut aku," lanjut Salim mengajak Stella. "Kemana?" Ikut kemana lagi, bukannya tadi sudah selesai. Apa lagi yang Farhan inginkan. "Han, Kemana?" tanya Stela sambil mengangkat alisnya. "Pergilah, kamu akan tau setelah melihatnya." "Tapi, Han?" "Sudah ikuti saja dia," potong Farhan, "aku yakin kamu akan suka." Di benak Stella, apa mereka memang suka membuat orang penasaran? "Ya sudah kalau begitu," jawab Stella yang tidak bisa untuk tidak menuruti perkataan Farhan. Stella pun mengikuti Salim kesebuah ruangan yang di penuhi berbagai macam pakaian, Mata Setela termelanga melihat pakaian yang semuanya terlihat berkilau dan indah. Salim datang menunjukan pakaian yang akan dia berikan kepada Stella. "Nak, Cobalah yang ini." Salim menyuruh Stella memakai pakian yang telah ia pilih yang menurutnya itu akan sangat cocok dengan tubuh Stela yang langsing. "Hihihi iya paman, kalau begitu aku akan segera mencobanya." Stella sangat kegirangan, dia tidak sabar untuk melihat bagaimana penampilannya setelah dia memakainya. Setelah mencoba dia kembali keluar dengan semangat untuk memperlihatkan kepada Farhan. Tubuh yang langsing mengenakan Dress motip bunga berwarna pink lengan kensi, sangat membuat membuatnya terlihat feminim dan cantik. "Han ...," seruh Stella, ia langsung menghampiri Farhan "Bagaimana?" lanjut Stela bertanya, ia berputar di depan Farhan untuk memperlihatkan keseluruhannya. Lagi-lagi mata Farhan tidak berkedip untuk beberapa saat, sebelum dia ganti pakaian saja sudah sangat mempesona apa lagi sekarang. "Kamu sangat cantik." Farhan terseyum, dia turut senang melihat Setela yang sekarang. "Hahaha terimaksih aku sangat senang sekali," ucap Stela sambil memeluk Farhan, entah dia sadar atau tidak, tapi pelukan itu membuat Farhan seperti hilang dari tubuhnya. "Hihihi." Stella cekikikan sembari melepaskan pelukannya dengan malu-malu Sementara Farhan masih memantung, tatapannya menjadi kosong dia begitu kaget atau dia begitu senang? Entah lah mungkin dia masih tidak menyangka jika Stella akan memeluknya.APA AKU EGOIS JIKA AKU INGIN MENIKAH----------------------------------²⁵Garrr garrr garrr garrr, Gedor Farhan sembari membawa pistol. Entah apa yang ia pikirkan Farhan datang kerumah orang tua Stella dengan penuh amarah.Saat Ayah Stella membuka pintu Farhan langsung menodongkan pistol ke kepalanya."Ah... !" pekik Marni ibu Stella ia sangat takut melihat Farhan yang tiba-tiba menodongkan pistol di kepala suaminya."Nak, apa yang kamu lakukan. Bibik mohon jika ada sesuatu kita bisa bicarakan baik-baik" Pinta Marni memohon.Seluruh tubuh Heryo bergetar, keringat jangung mulai mengalir di dahinya. Sisip sedikit maka kepalanya akan buyar."A-Apa ya-yang kamu inginkan" kata Heryo terbata.tanpa bicara dengan wajahnya yang begis, Farhan langsung masuk. Ia melumat-lumat kalung bunga yang ada di foto Stella hingga hancur."Hah" hembus Farhan, " Dengar paman ini peringatan terakhir. Demi dirinya aku rela membunuh, bahkan aku juga rela mati demi dirinya." ketus Farhan."Iya Nak iya, Bibik be
AKU PASTI BISA, AKU TIDAK AKAN MENANGIS LAGI DI HADAPANNYA.------------------------------------²⁴"Sudah jangan menangis, aku mengerti Stella." tutur Farhan teseyum sembari mengahapus air mata Stella dengan lembut."Sekarang ayo kita kembali ke Rumah Sakit" lanjut Farhan."Um."Namun tiba-tiba mata Farhan melotot, darahnya naik hingga kekepala. "Hah" hembus Farhan meredam amarahnya. Ia tidak sengaja melihat Poto Stella yang masih di kalungkan dengan bunga di layar.Di benak Farhan ia legah karena Stella sedang mengahadapnya membelakangi layar. Jika tidak, mungkin Stella akan kembali sangat hancur saat melihat itu. Dengan cepat Farhan menarik kembali Dronnya. "Ada apa, Han?" tanya Stella yang melihat Farhan tiba-tiba tergesa."Hehehe bukan apa-apa, ayo kita pergi." elak Farhan cekekehan.Di perjalanan kerumah sakit, Stella terus memikirkan perkataan Farhan yang ingin menikahinya. Namun lagi-lagi ia menguburkan semuanya dalam-dalam, baginya kabaikan Farhan sudah lebih dari pada cukup
"Farhan, apa kamu sudah gila. Maaf Farhan tapi saya harus menyampaikan ini, Stella tidak punya banyak waktu.""Tidak, kamu pasti bohongkan. Dokter ini tidak mungkin aku melihatnya dia sudah baik-baik saja.""Aku mengerti perasaanmu, jadi aku mengizinkanmu untuk membawanya besok, tapi kamu harus cepat membawanya kembali karena kami akan melakukan penanaman biji partikel untuk mengahambat pertumbuha tumor di otaknya, selagi kami mempersiapkan semuanya kamu boleh membawanya."----------------------------------²³"Farhan kamu dari mana saja?" tanya Stella yang melihat Farhan baru datang untuk membesuknya."Aku habis beres-beres" jawab Farhan menunjukan sedikit senyum sembari berjalan lalu duduk di samping Stella."Beres-beres?""Hehehe iya beres-beres, ada apa? Oh... Apa kamu sangat merindukanku." ucap Farhan menggoda Stella."Bub... Bubb.. hihihi " Stella cekikikan, ia merasa perkataan itu sangat tidak cocok dengan Farhan."Han, sejak kapan kamu bisa merayu?" lanjut Stella, yang selama i
---------------------------------²²"Dasar bodoh." ucap Farhan sembari memeluk Stella dengan erat. Yang bahkan tanpa ia sadari air matanya juga menetes, kerinduan yang menyiksa akhirnya terlepasakan."Maafkan aku Stella, aku mengira kamu kembali kepada Bram." Sambung Farhan."Bukannya aku sudah mengirim mu pesan kamu juga melihat pesan itu, tapi kamu sama sekali tidak membalasnya, aku juga berusaha menelpon mu berkali-kali, Han, tapi ponsel mu sama sekali tidak aktif." beber Stella.Perlahan Farhan melepaskan pelukannya, sambil tersenyum ia mengahapus air mata Stella dengan lembut.Namun tiba-tiba wajah Stella memucat, penglihatannya mulai memudar. Bruk, ia pingsan di pelukan Farhan.Sontak Farhan membaringkan Stella di pangkuannya, matanya melebar. Ia begitu cemas saat melihat darah yang mengalir melalui rongga hidung Stella."Stella..., Stella..." Panggil Farhan yang panik. sehingga membuatnya tidak tau harus berbuat apa, Ia melihat ada name tag di leher Stella."Astaghfirullahall
"Han, berjanjilah untuk hidup dengan baik. Aku akan selalu menunggumu"-----------------------------------²¹"Pak Farhan mau pinjam buku?""Tidak Rina, Oya apa Stella ada?" tanya Farhan, ia sudah memutuskan untuk menemui Stella. Walau hanya sekedar untuk memberikan udangan dari Ibunya.Rina menggeleng, "Tidak Pak, Stella sudah mengundurkan diri." jawab Rina."Apa, mengdurkan diri?""Iya pak, dia bilang dia akan menikah dan akan tinggal di Singapura bersama suaminya.""Ya baik lah kalau begitu, terimakasih."Farhan keluar dari perpustakaan, setiap langkahnya menghilangkan harapannya untuk bertemu dengan Stella. Hatinya begitu sakit ia tidak menyangka Stella kembali kepada Bram. Bahkan ia menikah tanpa pemberitahuan.Ia terus bejalan, hingga tanpa sadar ia sudah tiba di depan Rumah yang pernah ia berikan agar Stella punya tempat tinggal.Farhan menghirup udara dalam-dalam, "Hah" hela Farhan sembari melangkah masuk.Matanya berkeliling, ia terseyum melihat semua banyangan Stella yang ter
----------------------------------²⁰Begitu menyedihkan, Sejenak ia berdiri melihat Stella yang meringkuk di dalam bak mandi.Stella perlahan mengangkat wajahnya, ia tampak pucat, bibirnya balu bergemetar karena kedinginan, "Maaf ya, Han." lirih Stella menunjukan senyum yang membuat Hati Farhan merasa teriris.Perlahan Farhan mendekat, ia menyingkap rambut Stella yang basah dengan lembut. Tanpa bicara Farhan merangkul Stella, ia menggendong Stella keluar dari dalam kamar mandi.Stella memeluk erat Farhan, matanya bebinar melihat wajah Farhan yang datar. Ia merasa sangat bersyukur karena Farhan selalu ada untuknya.Farhan pun membaringkan Stella di tempat tidur. Saat Farhan akan mengkat kepalanya, Stella menahannya.Stella meraih Farhan mendekat lalu mencium bibir Farhan dengan penuh perasaan, yang membuat perasaan Farhan bergejolak tidak menentu.Perlahan kedua mata yang menikmati cumbuan mesra itu terbuka, tatapan yang menginginkan satu sama lain terlihat jelas.Stella mulai pasrah,