Share

Mengurai Kerinduan

“Kamu yakin tidak apa-apa kesana sendirian?” Adya menatap Aruna yang sedang mengisikan ayam rica-rica ke dalam wadah. Sejak pagi tadi, anaknya itu memang sudah sibuk di dapur memasak makanan kesukaan kedua anaknya. “Tunggu Bapak pulang saja ya? Biar ada yang menemani?”

“Tidak apa-apa, Bu.” Aruna mengelus bahu Adya. “Mas Tibra paling masih kerja, siang jarang di rumah. Lagi pula, kalau pun ada orangnya ya nggak apa-apa. Kami belum bicara lagi sejak malam itu. Mungkin saja setelah masalah ini masuk ke kantor polisi dan menjadi pemberitaan, kami jadi bisa bicara baik-baik demi anak.”

“Alah! Kamu itu seperti tidak tahu saja suamimu seperti apa.” Adya berdecak sebal.

“Doakan saja yang terbaik untuk kami, Bu.” Aruna terkekeh. “Aku sudah kangen sekali sama Zahir dan Zafar. Belum pernah kami berpisah selama ini. Paling lama tiga hari kalau aku ke luar kota.” Aruna mengulurkan tangan untuk berpamitan. Dia langsung mengambil tas tangan dan wadah yang berisi lauk kesukaan Zahir dan Zafar.

“Hati-
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status