Kara melihat ke arah Dean yang masih berusaha membuat alasan untuk para Om dan Tantenya. Namun hari ini ia sudah banyak melakukan kesalahan di depan ketiga Tante Dean. Hingga ia memikirkan sebuah cara untuk menebusnya. Ia pun meraih jaket Dean dengan sebelah tangannya hingga pria itu menghadap ke arahnya, lalu dengan tenang Kara mendaratkan bibirnya di atas bibir Dean hingga pria itu berhenti bicara.
Dengan mata yang tertutup, kara kemudian melingkarkan kedua tangannya di belakang leher Dean dan meringkan kepalanya sedikit agar seluruh permukaan bibirnya bisa menjangkau seluruh permukaan bibir Dean juga.
Sementara itu berbeda dengan Kara, mata Dean malah masih terbuka lebar karena kaget. Ia tak menyangka jika Kara akan menciumnya. Namun rasa kagetnya cepat menghilang karena ia mulai menikmati sentuhan bibir Kara yang membuat rasa menggelitik di perutnya semakin menjadi. Tanpa sadar ia pun memejamkan matanya, meraih kedua pipi Kara dengan tangannya dan ikut menggerakkan
“Rileks aja Ndre, jangan tegang, pokoknya lo percaya aja sama gue.”“Hm… ini tinggal dimajuin aja Mbak Rumi?”“Iya, lo abis itu lo teken pelan-pelan deh, jangan kenceng-kenceng.”Andre menghela napas panjang sebelum akhirnya ia mengarahkan perseneling mobil ke arah huruf D.“Nah ayo teken gasnya pelan-pelan.” arah Rumi dengan sabar yang duduk di kursi samping.Andrea pun menekan pedal gas dengan kaki kanannya dengan perlahan hingga mobil yang mereka tumpangi bergerak perlahan.“Oke, pertahankan, terus di depan nanti lo siap-siap belok.”Andre pun mendengarkan arahan Rumi dengan seksama, matanya terus fokus melihat jalan kosong yang ada di depannya.“Nah ayo puter stirnya ke kanan dikit.” suruh Rumi saat mereka bertemu belokan.“Kaya gini Mbak?” Andre memutar stirnya ke arah kanan, namun ia memutarnya terlalu banyak hingga mobil itu
“Jadi…” Dean menggantung sejenak kata-katanya sambil melihat tumpukan barang-barangnya yang berserakan di depannya. “Gue tidur di sini? sama lo? Di kamar ini?” tanyanya dengan wajah super malas. “Mau gimana lagi, kalo Ayah gue tau kita tidur beda kamar, bisa heboh!” bisik Kara. “Tapi… arggh… kenapa gak barang-barang lo aja yang di pindahin ke kamar gue. liat nih barang-barang gue, berantakan, lo tau berapa harga jam ini?” geram Dean gemas karena Kara meletakkan koleksi jam tangan mahalnya begitu saja di atas karpet kamarnya tanpa dialasi apapun. “Gak ada waktu, barang-barang lo lebih sedikit dari gue, jadi gampang dipindahinnya.” “Tapi seenggaknya susun barang-barang gue dengan benar!” sengit Dean. “Heh kuping lo budeg apa gimana sih, udah gue bilang gak ada waktu, Ayah gue keburu dateng!” sahut Kara tak kalah sengit. Dean mengatur napasnya sesaat. Ia sudah merasa lelah karena harus lembur hari ini, namun kini Kara malah menamb
Kara setengah berlari saat melihat tiga Ibu-ibu Winter Garden melambaikan tangan ke arahnya. Ia memang membuat janji dengan Trio itu untuk bertemu setelah makan siang di taman yang ada di samping Apartemen.“Gimana? Udah dipasang?” tembak Kara langsung begitu sampai di depan mereka.“Udah dong Bu Dean, nih Bu Dean liat sendiri.” sahut Bu Bambang lalu menyuruh Bu Rudi untuk menunjukan laptopnya.“Nih Bu Dean, CCTV-nya sudah di taro di depan pintunya, di selipin di pot tanaman.” jelas Bu Rudi yang menunjukan tampilan situasi depan rumah Jojo dengan laptop Suaminya.“Hm… bagus, berarti sekarang kita tinggal tunggu aja, tetap awasi, kalau ada yang mencurigakan kabari saya ya Ibu-ibu.” ucap Kara mantap.“Beres Bu, eh tapi Bu Dean mau kemana? Rapi banget?” tanya Bu Haikal.“Saya mau pergi sebentar, ada urusan, nanti malam kita ketemu lagi ya Ibu-ibu, pokoknya kita harus dapet
“Ayo pergi dari sini Rumi!” bentak Hadi sambil menyeka darah di sudut bibirnya.Andrea mendengus kasar, “Lo masih gak ngerti, dia itu gak mau pergi sama lo!”“Diam kamu! Anak kecil jangan ikut campur!”“Kalo anda merasa dewasa, harusnya jangan main kasar sama perempuan!” Andrea langsung menarik tangan Rumi yang tengah mabuk berat ke belakang tubuhnya.Hadi meringis sambil bertolak pinggang, “Saya pacarnya, kamu siapa? Kamu cuma karyawannya kan?” sinisnya.“Ini bukan Aprodite, di luar saya teman Mbak Rumi, udah kewajiban saya melindungi dia dari orang Berengsek macam anda!” sengit Andrea yang tak takut menatap langsung ke mata Hadi.Rumi berusaha sekuat mungkin mengumpulkan kesadarannya, ia tak mau dua pria ini saling memukul lagi. Namun sepertinya Hadi tak mau menggubris kata-kata Andrea. Ia terus berusaha menarik tangan Rumi hingga Andrea terpaksa melayangkan kembali se
Bunyi alarm membangunkan Dean tepat pada pukul 6 pagi. Dengan malas ia mematikan alarm di layar ponselnya lalu mengangkat punggungnya untuk mengambil posisi duduk. Ia memijat pelan keningnya yang terasa pusing karena ia baru tidur selama 2 jam. Kejadian semalam membuatnya tak bisa tidur. Berciuman dengan Kara adalah hal yang tak pernah ia bayangkan. Namun anehnya kenyataan bahwa ia juga menikmatinya juga tak pernah ia bayangkan.Bagaimana bisa ia dan Kara melakukan hal yang justru harus mereka hindari. Mereka berdua sama-sama tak percaya dengan yang namanya cinta. Lantas apa arti ciuman mereka semalam? Apakah itu hanya dorongan hawa nafsu seksual mereka? ini tentu tak baik, apalagi dalam hubungan palsu seperti ini."Hhh... Apa dia udah bangun sekarang?" gumam Dean.Dean pun memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurnya. Meski ia tak siap bertemu Kara, namun ia harus melihat keadaan wanita itu, bagaimanapun semalam ia dalam pengaruh alkohol. Namun saat ia baru sa
Sekotak Donat berisi selai Bluberry ada di atas pangkuan Karin yang sedang duduk santai menikmati angin sore di taman Rumah Sakit. Ia memakan Donat itu dengan lahap hingga selainya tertinggal disudut bibirnya.“Jangan buru-buru makannya Bu Karin.” ucap Dean sambil menyeka selai itu dengan tisu.Karin pun tersenyum malu lalu merebut tisu dari tangan Dean dan mengelap mulutnya sendiri.“Hari ini Donatnya terasa lebih enak.” sahutnya sambil tersenyum.“Itu karena Bu Karin lapar aja kali.” ledek Dean.Karin pun terkekeh, “Ah iya, bukanya Pak Pengacara mau bawa Istrinya ke sini? Katanya mau dikenalin ke saya.”Dean tersenyum getir, Ibunya benar-benar tak mengingat kejadian waktu itu?“Hm… Bu Karin mau ketemu Istri saya?”Karin mengangguk, “Mau, ayo ajak dia ke sini.”Dean lagi-lagi tersenyum, namun kali ini senyumnya tampak tulus, “Oh iya say
Jantung Dean langsung berdebar begitu melihat Kara muncul di depannya. Ia tak tau apa sebabnya, ditambah mendengar suara Kara yang memanggil namanya barusan membuat rasa menggelitik muncul di perutnya. Apakah karena sudah lama ia tak mendengarnya?“Ngapain lo di sini?” tanya Kara yang membuat Dean kembali fokus.“Em….” Dean jadi gugup di tempat.Kara yang tak kunjung mendapat jawaban dari Dean pun melangkah masuk ke ruang tengah, ia memang baru kembali dari minimarket di dekat rumahnya. Namun ia melewati Dean begitu saja dan menghampiri teman-teman Gilang yang masih asik sendiri menyaksikan pertandingan sepak bola.“Nih titipan kalian, abis makan di rapihin lagi ya, jangan berantakan.” pesan Kara sambil memberikan sekantung plastik berisi snack dan minuman kaleng.“Makasih Kak Kara.” sahut dua orang yang membantu Kara mengeluarkan semua jajanan itu.Setelah itu Kara kembali melihat Dean
Kara melewatkan dering teleponnya yang ketiga karena ia baru saja selesai mandi. Ia melihat nama Bu Bambang di layar ponselnya. Ada apa Bu Bambang meneleponnya hingga berkali-kali seperti ini? Ia pun memutuskan untuk menghubungi Bu Bambang kembali.“Haduh Bu Dean kemana aja!” semprotnya yang membuat Kara menjauhkan ponselnya dari telinga.“Iya Bu, maaf tadi dari kamar mandi, kenapa ya?”“Cepet ke taman, saya sama ibu-ibu yang lain udah nunggu di sini nih, ada yang mau kami tunjukin di CCTV rumahnya Jojo.”Kara langsung menepuk dahinya, bisa-bisanya ia lupa soal Jojo.“Iya Bu, saya langsung turun, tunggu di situ, jangan kemana-mana ya!” tutup Kara cepat lalu keluar dari Apartemennya untuk menemui Trio Winter Garder di Taman.Sesampainya di taman, Kara celingukan mencari tiga Ibu-ibu itu, untungnya suara Ibu Haikal yang memanggil namanya bisa ia dengar. Sehingga Kara bisa bergab