"Semua tamu yang berhadir diminta berdiri! Pemimpin Secret Scarlett akan memasuki ruangan!" beritahu seorang MC dari balik mimbar.
Aku dan yang lain berdiri untuk menghormati pemimpin kami. Om Kevin berjalan dengan gagahnya menuju kursi kekuasaan. Om Kevin mengangkat tangannya, meminta kami untuk duduk.
"Selamat datang para pencuri-pencuriku yang hebat! Kuucapkan Selamat kepada kalian karena telah terpilih untuk menghadiri rapat yang penting ini! Kalian pasti sudah tahu, bahwa untuk masuk ke markas ini harus memiliki akses berupa kode...." Saat Om Kevin asik berbicara, seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik memotong ucapnya tanpa merasa takut
"Permisi, Mr.Kevin! Maaf karena saya telah dengan berani memotong pidato anda yang berharga itu! Tapi bisakah kita langsung saja ke intinya? Saya punya 2 anak bayi yang harus diurus!" ucapnya dengan berani. Para pengawal mengacungkan pistol ke arah wanita itu. Tapi tidak ada ketakutan sedikitpun di wajahnya.
"Turunkan!" tegas Om Kevin meminta kepada para pengawal yang sudah siap sedia melepaskan peluru mereka. "Apa kau mau membangkang padaku?" tanya Pemimpin Secret Scarlett sambil mengeluarkan senyum iblisnya.
"Bisa dibilang begitu!" jawab Nyonya Lily ketus.
"Sudahlah, aku tidak suka membuang waktuku dihari yang penting ini." Om Kevin tersenyum simpul, tapi urat tangannya terlihat mengencang.
Om Kevin menyalakan LED Proyektor, lalu diarahkannya kesebuah dinding putih yang sangat bersih. Dari alat itu keluar sebuah gambar kalung dan mahkota yang terletak disebuah manekin berwarna hitam.
"Seperti yang diucapkan,Mrs. Lily! Saya tidak akan bertele-tele menjelaskan misi kali ini." ucap Om Kevin datar. "Misi kali ini kita akan mencuri kedua benda seharga miliaran dolar ini dari kerajaan Inggris. Kalau dihitung-hitung 5 gram dari bagian kalung ini bisa membeli sebuah Negara!" ujar sang pemimpin menjelaskan. "Saya memberi kesempatan kepada kalian untuk mengeluarkan ide hebat kalian!" ujar Om Kevin lagi, ia menatapku dengan tatapan penuh harap lalu tersenyum singkat. Aku mengerti arti senyuman itu, ia berharap ideku bisa lebih hebat dari mereka yang sudah jadi senior di sini.
Salah satu lelaki yang terlihat seumuran denganku mengeluarkan idenya. Idenya sangat bagus dan tersusun rapi. Bahkan aku saja sempat terpukau ketika mendengarkan penjelasannya. Tapi ada sedikit genjalan dari kalimat terakhirnya.
"Perempuan yang memiliki tubuh kecil bisa menyelinap lewat pentilasi udara lalu masuk keruangan tempat mahkota dan kalung itu diletakkan, lalu perempuan lainnya bisa masuk dan meletakkan mahkota dan kalung palsu yang kita miliki!" ucapnya dengan suara yang lumayan angkuh jika didengar oleh orang yang memiliki seribu kepekaan seperti diriku. Semua orang yang mendengar idenya bertepuk tangan, aku juga ikut bertepuk tangan, tapi lebih tepatnya bertepuk dengan angin. Dapat dirasakan tapi terlihat kosong.
Ide-ide hebat terus dikeluarkan oleh para senior yang ada di ruangan itu. Bahkan kak Gehna juga ikut mengeluarkan pendapatnya. Aku masih memainkan tab yang sudah disediakan dihadapanku. Ku coba mencari beberapa Info tentang acara yang akan yang akan diadakan di Kerajaan yang jadi target kami sekarang
Semua orang sudah mengeluarkan pendapatnya. Hanya tersisa aku dan Tuan Frans. Tuan Frans dikenal sebagai Sang Pencuri Jenius senior di Secret Scarlett.
"Siapa yang mau mengeluarkan pendapatnya terlebih dahulu? Semua orang disini jenius, tapi yang memilik gelar Sang Jenius hanya kalian berdua disini!" Terlihat senyum bangga dari bibir Om Kevin.
"Silahkan, Mr. Frans! Anda Sang Jenius senior di sini. Sangat tidak terhormat jika saya mendahului anda dalam menyampaikan Ide" ucapku sambil berdiri lalu membungkuk hormat.
"Anda memang memiliki attitude yang luar biasa Mrs. Olivia," ucap Tuan Frans sambil memperlihatkan senyum manisnya.
"Jadi seperti ini, dua minggu kedepan Kerajaan Inggris akan mengadakan pesta besar. Kita memiliki kesempatan besar pada acara ini. Di tengah-tengah acara pesta yang berlangsung, ahli listrik akan mematika keseluruhan lampu Istana. Saat-saat genting seperti ini, seseorang dari kita akan memasuki ke ruangan tempat disimpannya Mahkota dan Kalung yang akan jadi incaran kita. tetap matikan arus listrik sampai salah satu dari kita memberi tanda. Lampu akan dinyalakan kembali setelah kedua benda tersebut berhasil dipisah menjadi beberapa bagian!" ujar lelaki paruh baya itu menjelaskan rencanya hebat yang terlintas di otaknya.
Aku tidak memperdulikan apa yang sedang mereka bicarakan. Aku masih sibuk dengan tab yang ada di hadapanku, seketika otakku menjadi cemerlang dan terus menulusuri info-info yang menjadi bagian dari ideku. Setelah selesai mengumpulkan semua data, akhirnya aku bisa tersenyum lebar. Aku menatap Om Kevin yang saat itu juga sedang memandangku, aku mengangguk lalu dia tersenyum singkat.
Bersambung....
Jika ada kesalah dalam penulisan, Author minta maaf yah ;) Have Fun ketika membaca :D IG : rdhrmy_027
Aku berjalan gelisah di dalam apartemen. Pagi itu terasa sangat berat setelah malam yang penuh ketegangan. Panggilan misterius, ancaman yang belum jelas, dan kenyataan bahwa seseorang mengawasi setiap gerakanku membuat dadaku sesak.Julius masih duduk di sofa dengan ekspresi serius, sedangkan Angel sedang menyeduh kopi di dapur. Aku tahu mereka berusaha tetap tenang, tetapi aku bisa merasakan ketegangan yang menggantung di antara kami."Julius, apakah kamu yakin bahwa ini ada hubungannya dengan Om Kevin? " tanyaku pelan, duduk di seberang Julius, suaraku penuh kegelisahan.Ia menghela napas panjang sebelum menjawab, "Aku tidak tahu dengan pasti, Oliv. Tetapi yang jelas, seseorang ingin membuatmu takut. Mereka ingin kamu menyadari bahwa kamu sedang diawasi," katanya dengan nada yang waspada.Aku meremas jemariku sendiri, mencoba menenangkan diri. "Jadi, apa langkah kita selanjutnya? " tanyaku dengan nada penuh harap.Angel meletakkan tiga cangkir kopi di meja dan duduk di sampingku. "Ji
Di sebuah malam yang gelap di kota New York, Aku sedang duduk sendiri di kamar yang tenangnya sesak oleh kesunyian. Om Kevin, yang biasanya selalu ada di sampingku, tiba-tiba pergi lima hari yang lalu. Aku merasa rindu dan cemas, tetapi ada hal lain yang juga mengganjal hatinya.Setelah terror kotak makanan tadi siang, Aku dan kedua sahabatku saling menguatkan satu sama lain. Julius yang menyadari kejanggalan ini menyimpan banyak pertanyaan di kepalanya. Tentang apa yang terjadi padaku dan ada urusan apa yang dilakukan Om kevin sampai mengabaikan pesan darikuKetika malam semakin larut, Aku mendengar suara lonceng ponselku berdering. Ketegangan menaungi ruangan saat Aku melihat layar ponselku menunjukkan panggilan masuk tanpa nomor pengenal. Perasaan waspada memenuhi pikirannya, tapi penasaran dengan kemungkinan pesan dari Om Kevin membuatku menekan tombol untuk mengangkat panggilan tersebut."Hello," sapaku dengan suara ragu.Namun, jawaban yang diterima hanya suara bising yang tak je
Hari ini tepat lima hari Om Kevin meninggalkan aku bersama dua orang yang semakin hari semakin menyebalkan. Udara pagi New York yang sangat dingin membuatku enggan untuk keluar kamar dan menemui kedua sahabatku. Tapi entah kenapa satu malam ini perasaanku benar-benar tak karuan. Penyebabnya bukan hanya aku rindu Om Kevin, tapi ada hal lain juga yang mengganjal hatiku.*Ting Tong* bell berbunyi, aku yang mendengar bell di tekan hanya diam dan tidak peduli tentang siapa yang menekan tombol tersebut. Aku ingat pesan Om Kevin, tentang jangan membukakan pintu untuk siapapun kecuali untuk dirinya."Oliv! apa kamu memesan makanan Online?" tanya Angel dari balik pintu kamar."Aku tidak memesan makanan apapun, Angel! Stok makanan kita saja masih banyak di dalam kulkas, mana mungkin aku begitu boros untuk memesan makanan Online," jawabku yang berjalan ke arah pintu kamar dan membukakannya untuk Angel.Aku dan angel yang sibuk bertanya-tanya siapa yang memesan makanan Online sama-sama melirik ke
*POV Kevin Pranata Agraha*Empat hari setelah pergi meninggalkan Oliv. Pagi itu bertepatan di kediaman Kevin, sebuah keributan besar terjadi di rumah itu."Tak akan kubiarkan hak asuh Jessi jatuh ke tanganmu!" teriak seorang Pria yang terkenal dengan sifat dinginnya. Ia memeluk erat anak perempuan semata wayangnya itu."Aku mohon, Kevin! Tolong berikan hak asuk Jessi padaku. Aku berjanji padamu akan merawat Jessi dengan sebaik mungkin," ucap wanita yang sudah tidak punya urat malu itu."Plak." Satu pukulan melayang ke pipi yang sudah mengkhianati laki-laki itu."Sadar dengan ucapan mu Grace! Atas dengan alasan apa aku harus memberikan hak asuh Jessi kepadamu? Selama lima tahun aku merawat Jessi sendirian tanpa ada sedikitpun kontribusi dari Ibunya! Sekarang, kamu datang dengan muka busukmu itu untuk meminta hak asuk Jessi? Dimana rasa malumu Grace?" cercah Kevin habis-habisan menghantam Grace dengan kata-kata tajamnya."Aku mohon padamu Kevin, berikan aku satu kali kesempatan untuk mer
"Prankkk!" sebuah barang jatuh dari dapur. "Juliuss!" teriak Angelina bersamaan dengan barang jatuh itu. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Dua orang tamu yang baru datang tadi malam sedang membuat keributan di dapur. Aku yang masih menikmati waktu tidurku ikut terganggu mendengar keributan itu. "Mereka kenapa sih?" tanyaku sambil berusaha membuka mata yang kini terasa berat. Setelah mengumpulkan nyawa, aku berjalan ke arah cermin untuk melihat wajahku terutama di area mata. "Benar-benar sembab, apa mereka melihatnya?" gumamku dengan perasaan takut. Aku segera ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan merelaksasikan tubuhku yang mulai kelelahan. Selesai mandi aku memakai beberapa rangkaian perawatan kulit untuk menutrisi kulit dan juga mengurangi sembab yang ada di mataku. Kamar hotel yang aku tempati lumayan luas, aku tinggal di lantai 20 yang bertema VVIP yang hanya berisi enam kamar. Satu kamar sudah memiliki fasilitas lengkap, seperti ruang tamu dengan kursi yang bisa
Setelah di tinggal oleh Om Kevin, aku menghabiskan kesendirianku hanya dengan main game, menonton film, makan-makan dan masih banyak lagi. "Sekarang apa yang harus aku lakukan?" Bertanya pada diriku sendiri. Aku kembali duduk di balkon sambil menikmati angin dan matahari sore. Pemandangan yang indah jika dinikmati bersama orang yang menyayangimu. "Sekarang aku benar-benar kesepian," ucapku dengan kembali membuka game buatan Stella. Sebelum login game, seseorang tanpa nama mengirim pesan private kepadaku. "Aku akan balas dendam padamu!" "Tak akan kubiarkan kamu hidup tenang!" "Kamu akan mati di tanganku!" Tulisnya dalam pesan terkunci itu. Aku yang lebih mementingkan kesepianku hanya tersenyum tipis melihat pesan itu. "Mau aku mati di tanganmu atau di tangan orang lain, siapa yang akan peduli tentang kematianku!" gumamku dalam hati sambil meneruskan permainan yang sejak tadi menunggu dimainkan. ***Dua hari kemudian*** *Ting, ting, ting* bel pintu terus berbunyi. Aku yang s