Suara deburan ombak terdengar di luar ruangan. Aku terbangun di sebuah kamar besar yang lampunya lumayan redup. Sekilas ku ingat apa yang terjadi sebelum aku bangun. Aku tertidur di pesawat lalu bangun dikamar besar ini? Aku yakin pasti ini ulah Om Kevin.
Aku pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamar itu. Rasanya segar ketika tubuhku mulai terguyur oleh air yang mengalir dengan deras dari sebuah shower.
"Olivia! Ayo siap-siap, sebentar lagi kita berangkat!" panggil seseorang wanita dari luar kamar. Aku sangat mengenal suara wanita itu, dia adalah Gehna Febrilio adik kandungnya Om Kevin. Kedudukanya di Secret Scarlett hampir sama dengan kakaknya.
"Iya, Kak!" jawabku sambil menyudahi mandiku yang lumayan menyegarkan. Beberapa menit berpakaian, aku keluar kamar dengan memakai jumpsuit berwarna hitam, jaket dengan bahan jeans, sepatu hitam dengan hak 2cm, dan tas tidak terlalu besar untuk membawa dokumen-dokumen penting.
Kutemui Om Kevin dan Kak Gehna yang sedang duduk di ruang tamu dengan suasana yang terlihat serius. Aku mengurungkan niatku untuk mendekati mereka. Tapi kak Gehna melihaku dan memintaku untuk duduk disebelah.
"Ada apa Kak? Om?" tanyaku pada mereka bedua dengan nada yang ikut serius.
"Kamu kenal dengan Arvin Leotanos?" tanya balik kak Gehna padaku. Aku berpikir sejenak, mengingat-ingat nama seseorang yang diucapkan oleh kak Gehna.
"Ya! Aku ingat nama itu, dia adalah salah satu Bos dari pencuri yang lumayan hebat Eropa," ucapku setelah memikirkan nama yang disebut tadi. "Ada apa dengannya kak?" Aku bertanya lagi pada kak Gehna. Tidak ada salahnya bertanya bukan jika sedang dilanda penasaran.
"Dia mengetahui rencana kita, ku pikir di kelompok kita ada yang berkhianat!" sindir Kak Gehna sambil tersenyum licik.
"Sudah, bahasnya nanti saja. Kita harus berangkat sekarang!" ujar Om Kevin dengan mengambil kunci mobilnya yang tergantung dibalik pintu keluar. Om Kevin menghentikan langkahnya sejenak lalu menatapku dengan senyum yang terlihat mengejek. "Olivia! Kamu terlalu cantik. Jaga dirimu dengan baik ya! Disana banyak para bajingan bodoh" Om Kevin mengedipkan sebelah matanya lalu bejalan keluar apartemen.
"Cih... Om-om kurang bercermin!" Gumamku kesal. Aku mengambil tasku, lalu berjalan keluar mengikuti kedua bosku yang sudah terlebih dulu melangkah.
****
Setelah hampir 2 jam perjalanan ke Markas Utama Secret Scarlett. Mobil yang kami kendarai tiba disebuah halaman besar dengan pemandangan gedung mewah di depannya. Dihalaman itu berjejer para pelayan yang siap menyambut kami dan yang lainnya.
Tiga orang pelayan yang pakaiannya beda dari yang lain mendekat kearah kami. Ia membukakan pintu mobil kami bertiga.
"Selamat datang, Mr. Kevin!, Mrs.Gehna, dan Mrs. Olivia" sambut ketiga pelayan tersebut sambil membungkukkan badan mereka. Sekilas kulihat leher salah satu pelayan yang ada di dekatku. Dilehernya terdapat jahitan yang lumayan panjang, aku yakin bahwa didalam jahitan itu terdapat sebuah BOM MICRO yang sudah di tanam Om Kevin.
Kami bertiga berjalan di selembar karpet merah yang terhampar panjang ke arah pintu. Saat hampir sampai di depan pintu, seorang laki-laki yang tingginya hampir sama dengan Om Kevin mendekat ke arah kami lalu merangkul pundak Om Kevin. Terlihat dari wajah lelaki duda beranak satu itu ekspresi tidak suka.
"Lepaskan tangan kotormu itu dari pundakku!" ucap Om Kevin dengan nada dingin dan sangat datar.
Aku yang melihat hanya mengerutkan dahiku. Siapa laki-laki ini? Selama aku bekerja tidak pernah melihatnya sekalipun. Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arahku. Lalu dia tersenyum licik sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Cukup manis!" ucapnya singkat tapi mengandung arti berbahaya. Om Kevin yang menyadari perlakuannya langsung bertindak.
"Cukup si brengsek itu yang kau ambil. Yang satu ini jangan!" ujar Om Kevin dengan memberikan senyum iblisnya. Rasanya mengerikan ketika Om Kevin tersenyum seperti itu. Aura kejam dan bengis yang selama ini tersembunyi seakan dengan tiba-tiba keluar.
"Hei ... Santai bro! Kita lihat saja sampai mana dia akan bertahan dengan sikap dinginmu itu," ucap Om yang tidak ku ketahui namanya itu. Pertanyaan-pertanyaan yang terlintas sejak tadi kini terjawab dengan sangat jelas. Om Kevin mengepalkan tangannya dengan keras seakan siapa melayangkan pukulan ke arah sang pengganggu itu.
"Lagi-lagi kasus perselingkuhan!" ucapku dalam hati. Tanpa sadar sebelah bibirku terangkat untuk tersenyum.
"Ayo masuk!" Kak Gehna membuatku tersadar dari lamunanku. Ditariknya tanganku menuju ruang rapat. Langkah kakinya yang jenjang membuatku sulit untuk menyeimbangi langkahnya.
"Kak pelan-pelan!" pintaku pada kak Gehna yang wajahnya terlihat sedang emosi. Kak Gehna menghentikan langkahnya lalu menatapku datar.
"Jangan dengarkan, dan jangan terpengaruh oleh omongan laki-laki busuk itu! Ingatlah bahwa Bos mu adalah kakakku!" ucap kak Gehna dingin sambil melangkahkan kembali kakinya dengan pelan.
Kami sampai di ruang rapat, saat aku masuk pandangan orang-orang yang ada di dalam ruangan itu tertuju padaku. Rasa canggung dan risih datang secara tiba-tiba. Mereka satu persatu membicarakan ku kepada orang yang berada disamping mereka. Sekilas kudengar apa yang mereka bicarakan meskipun dengan suara pelan.
"Oh...Jadi itu anak buah kesayangan Mr. Kevin! Cantik sih, matanya yang biru juga mengagumkan. Tapi paling-paling cuman jadi peliharaannya Mr. Kevin! Terlebihkan sekarang Mr. Kevin sudah jadi duda," ucap salah satu wanita yang ada di ruangan itu.
"Di ruangan ini banyak yang lebih cantik dan dewasa daripada anak kecil itu. Mana mongkin Mr. Kevin suka sama wanita yang kekanak-kanakan seperti dia. Kudengar sih ya! Siapa sih namanya? Oliv bukan sih? Dia itu punya trik pencurian yang luar biasa. Bahkan kita yang sudah senior pun tidak akan bisa menebak apa yang ada di dalam otaknya itu. Dan kudengar lagi dia punya IQ 150, makanya dia dipanggil si Jenius" ucap wanita lainnya. Aku tersenyum ketika mendengar beberapa kata pujian yang keluar dari mulutnya yang lumayan busuk bagiku.
"Aku harus berhati-hati! Di ruangan ini dipenuhi orang-orang bermuka dua. Mulut mereka dipenuhi dengan fitnah belaka!" ucapku dalam hati sambil menarik kursi yang berada dekat dengan tempat duduk para pemimpin Secret Scarlett. Seorang laki-laki dengan perawakan tinggi dan tegap mendekat ke arahku dengan membawa sebuah kotak.
"Mrs. Olivia! Tolong tunjukkan undangan anda!" pinta lelaki tersebut. Ku ambil undangan tersebut dari dalam tasku lalu kutunjukkan padanya. Dia mengangguk lalu men scan Kode QR yang ada di balik undangan itu. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah alat seperti gelang dengan teknologi canggih. Dipakaikan nya gelang itu ke lengan ku.
"Untuk apa gelang ini Tuan?" tanyaku penasaran pada lelaki di hadapanku ini.
"Ini tanda bahwa Anda berhadir disini. Gelang ini tidak bisa dilepas sampai acara rapat selesai. Liat dilayar itu, sudah tertera sebuah data berisi data penting dan rahasia pribatu Nyonya! Jadi jangan mencoba keluar dari ruangan ini sebelum acara ditutup!" jelasnya dingin sambil membungkukkan badannya sambil berlalu pergi. Aku yang mendengar penjelasannya hanya bisa mengerutkan keningku. Emang siapa juga yang mau pergi dari ruangan semegah ini?.
"Semua tamu yang berhadir diminta berdiri! Pemimpin Secret Scarlett akan memasuki ruangan" beritahu seorang MC dari balik mimbar.
Jika ada kesalah dalam penulisan, Author minta maaf yah ;) Have Fun ketika membaca :D IG : rdhrmy_027
Aku berjalan gelisah di dalam apartemen. Pagi itu terasa sangat berat setelah malam yang penuh ketegangan. Panggilan misterius, ancaman yang belum jelas, dan kenyataan bahwa seseorang mengawasi setiap gerakanku membuat dadaku sesak.Julius masih duduk di sofa dengan ekspresi serius, sedangkan Angel sedang menyeduh kopi di dapur. Aku tahu mereka berusaha tetap tenang, tetapi aku bisa merasakan ketegangan yang menggantung di antara kami."Julius, apakah kamu yakin bahwa ini ada hubungannya dengan Om Kevin? " tanyaku pelan, duduk di seberang Julius, suaraku penuh kegelisahan.Ia menghela napas panjang sebelum menjawab, "Aku tidak tahu dengan pasti, Oliv. Tetapi yang jelas, seseorang ingin membuatmu takut. Mereka ingin kamu menyadari bahwa kamu sedang diawasi," katanya dengan nada yang waspada.Aku meremas jemariku sendiri, mencoba menenangkan diri. "Jadi, apa langkah kita selanjutnya? " tanyaku dengan nada penuh harap.Angel meletakkan tiga cangkir kopi di meja dan duduk di sampingku. "Ji
Di sebuah malam yang gelap di kota New York, Aku sedang duduk sendiri di kamar yang tenangnya sesak oleh kesunyian. Om Kevin, yang biasanya selalu ada di sampingku, tiba-tiba pergi lima hari yang lalu. Aku merasa rindu dan cemas, tetapi ada hal lain yang juga mengganjal hatinya.Setelah terror kotak makanan tadi siang, Aku dan kedua sahabatku saling menguatkan satu sama lain. Julius yang menyadari kejanggalan ini menyimpan banyak pertanyaan di kepalanya. Tentang apa yang terjadi padaku dan ada urusan apa yang dilakukan Om kevin sampai mengabaikan pesan darikuKetika malam semakin larut, Aku mendengar suara lonceng ponselku berdering. Ketegangan menaungi ruangan saat Aku melihat layar ponselku menunjukkan panggilan masuk tanpa nomor pengenal. Perasaan waspada memenuhi pikirannya, tapi penasaran dengan kemungkinan pesan dari Om Kevin membuatku menekan tombol untuk mengangkat panggilan tersebut."Hello," sapaku dengan suara ragu.Namun, jawaban yang diterima hanya suara bising yang tak je
Hari ini tepat lima hari Om Kevin meninggalkan aku bersama dua orang yang semakin hari semakin menyebalkan. Udara pagi New York yang sangat dingin membuatku enggan untuk keluar kamar dan menemui kedua sahabatku. Tapi entah kenapa satu malam ini perasaanku benar-benar tak karuan. Penyebabnya bukan hanya aku rindu Om Kevin, tapi ada hal lain juga yang mengganjal hatiku.*Ting Tong* bell berbunyi, aku yang mendengar bell di tekan hanya diam dan tidak peduli tentang siapa yang menekan tombol tersebut. Aku ingat pesan Om Kevin, tentang jangan membukakan pintu untuk siapapun kecuali untuk dirinya."Oliv! apa kamu memesan makanan Online?" tanya Angel dari balik pintu kamar."Aku tidak memesan makanan apapun, Angel! Stok makanan kita saja masih banyak di dalam kulkas, mana mungkin aku begitu boros untuk memesan makanan Online," jawabku yang berjalan ke arah pintu kamar dan membukakannya untuk Angel.Aku dan angel yang sibuk bertanya-tanya siapa yang memesan makanan Online sama-sama melirik ke
*POV Kevin Pranata Agraha*Empat hari setelah pergi meninggalkan Oliv. Pagi itu bertepatan di kediaman Kevin, sebuah keributan besar terjadi di rumah itu."Tak akan kubiarkan hak asuh Jessi jatuh ke tanganmu!" teriak seorang Pria yang terkenal dengan sifat dinginnya. Ia memeluk erat anak perempuan semata wayangnya itu."Aku mohon, Kevin! Tolong berikan hak asuk Jessi padaku. Aku berjanji padamu akan merawat Jessi dengan sebaik mungkin," ucap wanita yang sudah tidak punya urat malu itu."Plak." Satu pukulan melayang ke pipi yang sudah mengkhianati laki-laki itu."Sadar dengan ucapan mu Grace! Atas dengan alasan apa aku harus memberikan hak asuh Jessi kepadamu? Selama lima tahun aku merawat Jessi sendirian tanpa ada sedikitpun kontribusi dari Ibunya! Sekarang, kamu datang dengan muka busukmu itu untuk meminta hak asuk Jessi? Dimana rasa malumu Grace?" cercah Kevin habis-habisan menghantam Grace dengan kata-kata tajamnya."Aku mohon padamu Kevin, berikan aku satu kali kesempatan untuk mer
"Prankkk!" sebuah barang jatuh dari dapur. "Juliuss!" teriak Angelina bersamaan dengan barang jatuh itu. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Dua orang tamu yang baru datang tadi malam sedang membuat keributan di dapur. Aku yang masih menikmati waktu tidurku ikut terganggu mendengar keributan itu. "Mereka kenapa sih?" tanyaku sambil berusaha membuka mata yang kini terasa berat. Setelah mengumpulkan nyawa, aku berjalan ke arah cermin untuk melihat wajahku terutama di area mata. "Benar-benar sembab, apa mereka melihatnya?" gumamku dengan perasaan takut. Aku segera ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan merelaksasikan tubuhku yang mulai kelelahan. Selesai mandi aku memakai beberapa rangkaian perawatan kulit untuk menutrisi kulit dan juga mengurangi sembab yang ada di mataku. Kamar hotel yang aku tempati lumayan luas, aku tinggal di lantai 20 yang bertema VVIP yang hanya berisi enam kamar. Satu kamar sudah memiliki fasilitas lengkap, seperti ruang tamu dengan kursi yang bisa
Setelah di tinggal oleh Om Kevin, aku menghabiskan kesendirianku hanya dengan main game, menonton film, makan-makan dan masih banyak lagi. "Sekarang apa yang harus aku lakukan?" Bertanya pada diriku sendiri. Aku kembali duduk di balkon sambil menikmati angin dan matahari sore. Pemandangan yang indah jika dinikmati bersama orang yang menyayangimu. "Sekarang aku benar-benar kesepian," ucapku dengan kembali membuka game buatan Stella. Sebelum login game, seseorang tanpa nama mengirim pesan private kepadaku. "Aku akan balas dendam padamu!" "Tak akan kubiarkan kamu hidup tenang!" "Kamu akan mati di tanganku!" Tulisnya dalam pesan terkunci itu. Aku yang lebih mementingkan kesepianku hanya tersenyum tipis melihat pesan itu. "Mau aku mati di tanganmu atau di tangan orang lain, siapa yang akan peduli tentang kematianku!" gumamku dalam hati sambil meneruskan permainan yang sejak tadi menunggu dimainkan. ***Dua hari kemudian*** *Ting, ting, ting* bel pintu terus berbunyi. Aku yang s