Share

MALAM PERTAMA DENGAN KAKAK SEPUPU
MALAM PERTAMA DENGAN KAKAK SEPUPU
Penulis: Moza_reeya

Wasiat Abah

Penulis: Moza_reeya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-06 09:29:54

"Sengaja Abah kumpulkan kalian semua di sini karena Abah ingin melihat kalian berkumpul untuk yang terakhir kalinya. Abah berharap, semoga kita semua kelak akan tinggal bersama di surga-Nya. Karena itu, Abah berpesan pada kalian, anak cucuku untuk selalu menjaga silaturahmi dan selalu rukun serta hindari perselisihan dalam hal apa pun dengan sesama kalian, paham?" Nada suara pria tua itu terdengar sesak dan tak begitu lancar.

Aku menahan sedih.

Hari ini, Abah memang meminta kami sekeluarga untuk berkumpul. Keempat anaknya, hingga semua cucunya dikumpulkan, termasuk aku, adikku, dan ketujuh sepupuku lantas datang segera ke sini.

Kami memanggilnya dengan panggilan 'Abah' karena pria tua itu tak nyaman disebut kakek katanya.

Sayangnya, pria lucu yang kuhormati itu, jatuh sakit karena stroke yang dialaminya. Dan setelah dua tahun, tak ada perkembangan sama sekali. 

"Iya, Abah. Kami akan selalu mengingat dan melaksanakan pesan Abah!" Om Hasan menyahut. Beliau adalah anak tertua yang sangat disegani oleh keluarga besar kami.

"Untuk masalah warisan, saya nasehatkan, agar bisa diberikan pada kalian bertiga sesuai syariat Islam. Jadi, kalian tidak perlu memperebutkan lagi nanti. Hasan, Zainab, Nur, dan Fatma, apakah kalian ikhlas dengan pembagian di dalam syariat ini?"

"Kami ikhlas, Abah! Karena kami tahu, dari dulu Abah selalu memperlakukan kami dengan adil, dan pembagian secara syariat islam adalah yang paling adil," jawab anak Abah yang bernama Fatimah, yang tak lain adalah ibuku sendiri.

"Apakah kalian ridho jika Hasan mendapatkan bagian dua kali lebih banyak dari kalian sesuai perhitungan ilmu Faraidh?"

"Iya, kami ridho. Karena apa yang diatur syariat Islam, itulah yang terbaik bagi ummat." Bi Zainab juga menjawab.

"Alhamdulillah, memang anak-anak seperti inilah yang Abah harapkan. Semoga hidup kalian dan keluarga kalian selalu dalam lindungan Alloh serta selalu dilancarkan dalam setiap urusan dan juga rizki!"

"Aamiin!"

Kami semua meng-aamiin-kan ucapan Abah dengan rasa haru sekaligus sedih.

Aku sangat bersyukur lahir di dalam keluarga yang harmonis dan rukun seperti ini. Semuanya memang tak lepas dari peran serta Abah dan mendiang mbah putri yang sangat serius juga ikhlas merawat dan mendidik anak-anaknya. Itu juga yang dilakukan orang tua kami kepada kami para anaknya.

"Dan ada satu lagi yang ingin Abah sampaikan pada kalian semua."

Mendadak semua terdiam lagi, menanti ucapan Abah selanjutnya.

"Sebelum Abah pergi dan bertemu mbah putri kalian di alam sana, abah ingin menyampaikan satu hal yang harus kalian turuti!" ucap Abah dengan nada serius.

"Azam!" Abah memanggil Mas Azam, anak kedua Om Hasan.

"Iya, Abah." Mas Azam mendekati Abah.

"Kamu itu, sudah dewasa dan sudah mampu hidup mandiri di kota. Sebelum abahmu ini pergi, Abah ingin melihatmu menikah."

Ucapan Abah, membuat Mas Azam terlihat pucat dan tegang. Dia terlihat tertekan karena disuruh cepat kawin begini. Ya, memang seharusnya dia segera nikah, karena usianya sudah 27 tahun, yang mana semua sepupuku sudah menikah di usia 25 tahun.

Sementara aku sendiri masih berusia sembilan belas tahun, jadi masih lama.

"Mengerti kamu, Azam?"

"Enggeh, kulo ngerti, Bah. Insya Alloh secepatnya Azam akan mencari calon istri."

"Tak perlu dicari, Abah sudah menyiapkan calon istri untukmu."

Kulihat Mas Azam terlihat panik, karena selama ini dia selalu menghindari pertanyaan kapan kawin dan sekarang ia malah di jodohkan, aku sangat suka melihat ekspresi wajahnya itu.

"Jihan!"

Aku terperanjat, ternyata Abah juga menyebut namaku. Kenapa ini?

"Iya, Bah. Saya di sini." Aku juga segera mendekati Abah.

"Setelah lulus dari Aliyah, sepertinya kamu selalu merengek minta melanjutkan kuliah, iya kan?"

"Iya, Abah! Saya memang sangat ingin melanjutkan kuliah sama seperti Mas Azam, Mas Hasbi, dan Mas Ali. Masak yang boleh kuliah hanya cucu laki-laki, saya kan juga pingin," ucapku manja.

"Abah izinkan kamu kuliah!"

"Beneran, Bah?" Aku bahagia dan rasanya tak percaya.

"Iya!"

"Tapi, kamu harus ditemani mahrommu!"

"Maksud, Abah?"

"Kami sudah sepakat untuk menikahkanmu dengan Azam."

"Apaaa?"

Aku dan Mas Azam kaget berbarengan dan aku melihat wajah Mas Azam yang syok, begitu juga denganku.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MALAM PERTAMA DENGAN KAKAK SEPUPU   Sudah takdir

    Sudah takdir(Masih flashback)Hati Agnes selalu merasa bersalah karena menjadi orang ketiga dalam hubungan Azam dan Jihan seperti yang bicarakan Jihan padanya.Apalagi saat ia bertemu ayah Azam, ada rasa bersalah yang selalu menyergap di setiap langkahnya."Meski ayah Azam tidak mempermasalahkan keberadaanku sebagai istri kedua Azam, tapi dari tatapannya sangat jelas menyiratkan bahwa dia berharap aku pergi sebagaimana Jihan sangat mengharapkan aku pergi dari kehidupan mereka. Sedikit banyak, aku bisa membaca ekpresi orang lain apalagi orang itu berbicara padaku secara langsung, jadi aku tahu apa yang di harapkan Jihan maupun Ayah nya Azam.Sepertinya aku memang harus pergi dari kehidupan mereka, meskipun sebenarnya aku tahu aku sangat mencintai Azam, apalagi dia adalah cinta pertamaku. Ya, aku memang harus pergi dari mereka, cukup buah hati kami ini yang menemaniku. Karena aku ingin Azam bahagia dengan Jihan. Aku ingin melihat orang yang aku cintai bahagia.Aku tak bisa bayangkan

  • MALAM PERTAMA DENGAN KAKAK SEPUPU   Pertemuan Agnes dan Jihan

    Pertemuan Agnes dan Jihan.Ada rasa sesal yang tiba-tiba mendera hatiku saat kembali bertemu dengan seseorang yang pernah ada dalam bagian hidupku, yaitu orang yang pernah dicintai suamiku. ~~~~~♡♡♡~~~~(POV author)"Mas, aku ijin mau keluar!" Ucap Jihan pada Azam yang sedang duduk di kursi kesayangannya di studio miliknya."Mau kemana, biar aku anter!" "Tidak usah, aku biasa sendiri, aku cuma beli sesuatu di minimarket, kemarin kelupaan.""Tapi kamu itu jarang keluar sendiri, loh!" Azam merasa kawatir."Nggakpapa, deket sini kok, palingan nanti cuma mau mampir beli seblak atau mi ayam. Mas jangan kawatir, aku sudah bisa naik motor lagi, kok!""Tapi...,""Aku ini bukan anak kecil lagi, Mas!" Jihan merasa kesal."Ya sudah, hati-hati ya!" Dengan berat hati, Azam akhirnya mengijinkannya, Azam masih kawatir pada Jihan, sebab saat itu dia masih nifas karena tiga minggu sebelumnya habis keguguran.Setelah salim pada suaminya, Jihan pun segera berangkat dengan senyu

  • MALAM PERTAMA DENGAN KAKAK SEPUPU    Masih ada rindu

    Masih ada rinduAgnes terdiam, bibirnya yang masih ranum itu seakan berat untuk menjawabnya, sementara tatapan matanya terlihat sedang berusaha menghindari tatapan mataku. Selain itu, aku juga merasa bahagia, karena ternyata dia masih mengenakan hijab bahkan gamis yang dikenakannya gamis yang lebar dan longgar."Alhamdulillah, ternyata dia masih memeluk agama islam, dan aku bisa melihat dia semakin cantik dan anggun, dan..., ya Allah, aku benar-benar sangat terpesona padanya, saat ini, aku sangat merindukanya," guman batinku."Kamu di sini sama Jihan?" Ucapnya padaku, tapi aku tak segera menjawabnya karena aku masih terjebak oleh rasa yang tiba-tiba muncul lagi. Iya, aku sedang terpesona padanya.Bagaimana aku tidak terpesona, di depanku ada seorang wanita chindo yang cantik mengenakan jilbab dan gamis syar'i, terlebih lagi dia adalah wanita yang pernah menjadi kekasih bahkan pernah menjadi istriku. Andai dia masih halal untukku, sungguh aku ingin memeluknya lebih lama dengan erat da

  • MALAM PERTAMA DENGAN KAKAK SEPUPU   Kota baru

    Kota baruPov AzamDua tahun sudah, aku dan Jihan pindah ke kota Jakarta, meskipun pada awalnya kepindahan kami di tentang oleh keluarga, tapi setelah melalui perdebatan yang alot, akhirnya dengan berat hati keluarga pun mengijinkan. Sementara itu rumah yang di kota Surabaya sudah kujual.Selain karena untuk menghindari dari orang-orang yang Hasad, aku juga ingin menghindari kenangan-kenanganku bersama Agnes.Rumah yang di Jakarta memang tidak sebesar di Surabaya, tapi aku sangat bahagia dan kami selalu harmonis.Aku sangat bersyukur, hubungan kami selalu dipenuhi cinta, keluarga yang sangat menyayangi keadaan ekonomi juga sangat mendukung, tapi ternyata kami tak luput dari ujian, yaitu sampai sekarang kami masih belum dikaruniai anak. Terhitung sudah lima kali dalam empat tahun pernikahan kami, Jihan selalu mengalami keguguran. Hati Jihan sangat hancur, tapi aku dan keluarga selalu memberi dukungan dan selalu menghiburnya sehingga kegundahan hatinya tak begitu berarti.Sehari-hari J

  • MALAM PERTAMA DENGAN KAKAK SEPUPU   Kehilangan

    Kehilangan"Sore tante!" Setelah dirasa cukup, akhirnya Azam menampakkan diri di hadapan mereka. Sontak keduanya terperanjat, seperti seorang pencuri yang ketahuan oleh pemiliknya."Azam?" Tante Monica shock, tapi ia tetap berusaha tenang agar tidak terlihat lemah di hadapan Azam."Aku tahu apa yang kalian bicarakan. Dan kamu Randi, aku tak menyangka ada orang yang begitu buruk nya memperlakukan wanita. Jka kamu iri dan dengki pada pencapaianku, cukup dengan fitnah saja mampu membuat karier dan namamu hancur seperti yang telah kamu lakukan, tapi perlakuanmu pada Jihan, itu sungguh tak bisa ku maafkan," ujarnya dengan mengepalkan tangan karena geram. Namun, Azam berusaha meredam emosinya agar tidak melakukan kekerasan, sebab ia tahu di cafe itu ada cctv dan itu tidak baik untuknya dan kariernya, tapi ia masih menganktifkan perekam ."Baguslah kalau kamu tahu. Berarti kamu sudah menyadari dosa-dosamu, dong!" Ujar Tante Monica dengan melipat tangan di dada nya dengan raut wajah angkuh d

  • MALAM PERTAMA DENGAN KAKAK SEPUPU   Luka Jihan

    Luka Jihan.Jihan menangis sedih, bukan karena merasa sakit di t4ampar, tapi ia justru merasa kawatir dan takut kalau Azam mengetahui dirinya di sakiti oleh orang lain, ia akan marah dan nantinya akan menimbulkan masalah yang semakin besar.Karena rasa kawatirnya itu, ia pun menghubungi Azam dan minta ijin bahwa dia akan menginap di tempat kosan-nya Hera.Awalnya Azam tidak setuju, tapi karena Jihan terus membujuk, akhirnya diperbolehkan, tapi prasaan Azam merasa tidak enak, sehingga ba'da maghrib dia mengunjungi kos-an Hera tanpa sepengetahuan Jihan."Sebaiknya kamu pulang, apalagi kamu sedang hamil!" Ucap Azam saat tanpa sengaja Jihan keluar bersama Hera menemui tamu yang ternyata adalah Azam, di tempat kos-an Hera tersebut."Tapi, Mas. Aku sedang ingin menginap di sini."Jihan berusaha menunduk, takut Azam melihat pipinya yang sedikit merah. Kulit Jihan memang sensitif, sehingga saat Randy men4mparnya bekasnya sedikit terlihat, meski samar-samar. Tapi, justru karena sikap Jihan yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status