MALAM PERTAMA DENGAN KAKAK SEPUPU

MALAM PERTAMA DENGAN KAKAK SEPUPU

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-08
Oleh:  Moza_reeyaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
49Bab
1.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Aku sangat syok saat kakekku mendadak memintaku untuk menikah dengan Mas Azam, kakak sepupuku sendiri! Dia bukanlah CEO atau seorang gus yang dingin seperti dalam kisah novel romance. Justru, dia seorang kakak yang sangat menyayangiku. Saking sayangnya, dia tidak bisa mencintaiku sebagai seorang istri.... Kini apa yang harus kulakukan? Terlebih, wanita yang mencintai Mas Azam kembali hadir dan ingin menjadi istri suami yang juga sepupuku itu. Haruskah kami menentang permintaan kakek?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Wasiat Abah

"Sengaja Abah kumpulkan kalian semua di sini karena Abah ingin melihat kalian berkumpul untuk yang terakhir kalinya. Abah berharap, semoga kita semua kelak akan tinggal bersama di surga-Nya. Karena itu, Abah berpesan pada kalian, anak cucuku untuk selalu menjaga silaturahmi dan selalu rukun serta hindari perselisihan dalam hal apa pun dengan sesama kalian, paham?" Nada suara pria tua itu terdengar sesak dan tak begitu lancar.

Aku menahan sedih.

Hari ini, Abah memang meminta kami sekeluarga untuk berkumpul. Keempat anaknya, hingga semua cucunya dikumpulkan, termasuk aku, adikku, dan ketujuh sepupuku lantas datang segera ke sini.

Kami memanggilnya dengan panggilan 'Abah' karena pria tua itu tak nyaman disebut kakek katanya.

Sayangnya, pria lucu yang kuhormati itu, jatuh sakit karena stroke yang dialaminya. Dan setelah dua tahun, tak ada perkembangan sama sekali. 

"Iya, Abah. Kami akan selalu mengingat dan melaksanakan pesan Abah!" Om Hasan menyahut. Beliau adalah anak tertua yang sangat disegani oleh keluarga besar kami.

"Untuk masalah warisan, saya nasehatkan, agar bisa diberikan pada kalian bertiga sesuai syariat Islam. Jadi, kalian tidak perlu memperebutkan lagi nanti. Hasan, Zainab, Nur, dan Fatma, apakah kalian ikhlas dengan pembagian di dalam syariat ini?"

"Kami ikhlas, Abah! Karena kami tahu, dari dulu Abah selalu memperlakukan kami dengan adil, dan pembagian secara syariat islam adalah yang paling adil," jawab anak Abah yang bernama Fatimah, yang tak lain adalah ibuku sendiri.

"Apakah kalian ridho jika Hasan mendapatkan bagian dua kali lebih banyak dari kalian sesuai perhitungan ilmu Faraidh?"

"Iya, kami ridho. Karena apa yang diatur syariat Islam, itulah yang terbaik bagi ummat." Bi Zainab juga menjawab.

"Alhamdulillah, memang anak-anak seperti inilah yang Abah harapkan. Semoga hidup kalian dan keluarga kalian selalu dalam lindungan Alloh serta selalu dilancarkan dalam setiap urusan dan juga rizki!"

"Aamiin!"

Kami semua meng-aamiin-kan ucapan Abah dengan rasa haru sekaligus sedih.

Aku sangat bersyukur lahir di dalam keluarga yang harmonis dan rukun seperti ini. Semuanya memang tak lepas dari peran serta Abah dan mendiang mbah putri yang sangat serius juga ikhlas merawat dan mendidik anak-anaknya. Itu juga yang dilakukan orang tua kami kepada kami para anaknya.

"Dan ada satu lagi yang ingin Abah sampaikan pada kalian semua."

Mendadak semua terdiam lagi, menanti ucapan Abah selanjutnya.

"Sebelum Abah pergi dan bertemu mbah putri kalian di alam sana, abah ingin menyampaikan satu hal yang harus kalian turuti!" ucap Abah dengan nada serius.

"Azam!" Abah memanggil Mas Azam, anak kedua Om Hasan.

"Iya, Abah." Mas Azam mendekati Abah.

"Kamu itu, sudah dewasa dan sudah mampu hidup mandiri di kota. Sebelum abahmu ini pergi, Abah ingin melihatmu menikah."

Ucapan Abah, membuat Mas Azam terlihat pucat dan tegang. Dia terlihat tertekan karena disuruh cepat kawin begini. Ya, memang seharusnya dia segera nikah, karena usianya sudah 27 tahun, yang mana semua sepupuku sudah menikah di usia 25 tahun.

Sementara aku sendiri masih berusia sembilan belas tahun, jadi masih lama.

"Mengerti kamu, Azam?"

"Enggeh, kulo ngerti, Bah. Insya Alloh secepatnya Azam akan mencari calon istri."

"Tak perlu dicari, Abah sudah menyiapkan calon istri untukmu."

Kulihat Mas Azam terlihat panik, karena selama ini dia selalu menghindari pertanyaan kapan kawin dan sekarang ia malah di jodohkan, aku sangat suka melihat ekspresi wajahnya itu.

"Jihan!"

Aku terperanjat, ternyata Abah juga menyebut namaku. Kenapa ini?

"Iya, Bah. Saya di sini." Aku juga segera mendekati Abah.

"Setelah lulus dari Aliyah, sepertinya kamu selalu merengek minta melanjutkan kuliah, iya kan?"

"Iya, Abah! Saya memang sangat ingin melanjutkan kuliah sama seperti Mas Azam, Mas Hasbi, dan Mas Ali. Masak yang boleh kuliah hanya cucu laki-laki, saya kan juga pingin," ucapku manja.

"Abah izinkan kamu kuliah!"

"Beneran, Bah?" Aku bahagia dan rasanya tak percaya.

"Iya!"

"Tapi, kamu harus ditemani mahrommu!"

"Maksud, Abah?"

"Kami sudah sepakat untuk menikahkanmu dengan Azam."

"Apaaa?"

Aku dan Mas Azam kaget berbarengan dan aku melihat wajah Mas Azam yang syok, begitu juga denganku.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Moza_reeya
Bismillah, semoga bisa menyelesaikan dengan baik,mohon dukungannya
2024-08-28 14:40:55
1
user avatar
Adny Ummi
seru, thoor. lanjuuutt
2024-08-27 06:00:49
2
49 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status