Share

Bab 14 Ancaman

"Ke—kenapa memang?" tanya Hilma terbata, ia menggeser kembali tubuhnya agar sedikit lebih jauh dari suaminya itu.

"Gak papa, cuma di sini dingin. Apa gak ada selimut atau apa gitu?"

Gadis itu langsung duduk, ia kemudian mengambil selimut dari lemari yang sudah usang, kemudian memberikannya pada Zafar.

"Maaf, ya. Aku lupa," katanya.

"Gak papa. Kirain tadi satu selimut berdua."

Mendengar itu Hilma menatap protes, Zafar tertawa kemudian kembali meringkuk karena dingin.

"Astaghfirullah, harus banyak-banyak istighfar, Hilma," gumam gadis itu. Kemudian kembali berbaring.

Malam semakin larut, bahkan sebentar lagi waktu subuh, Zafar tak kuat dingin, ia menggigil karena memang di sana tempat di bawah kaki gunung, udara jadi sangat dingin jika subuh.

Pria itu menggigil semakin parah, kemudian ia memegang tangan Hilma yang hangat, tanpa sadar dia bergeser, menenggelamkan wajah di antara leher dan pundak istrinya itu. Sedangkan Hilma tak sadar saking pulang karena merasa capek seharian men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status