Share

Bab 8

Penulis: Dian Kzubi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-07 23:26:05

Bab 8

AKIBAT MENGHAMILI KEMBANG DESA

___________&

"Bismillahirrahmanirrahim. Bu, izinkan aku melamar anakmu-Marni," ucap Angga tanpa ragu sedikitpun, membuat Ningsih tercengang.

Akhirnya yang Ningsih harapkan benar terjadi. Memimpikan putrinya di pinang lekaki baik, pintar, dan shaleh. Tetapi, dia ragu setelah mengetahui tabiat asli putrinya. Dia merasa putrinya tak pantas di sandingkan dengan Angga.

"Nanging, ngopo cah bagus gelem nglamar Marni? Sliramu pun ngerti dewe tho, Marni ki jane ora pantes nyanding kowe."

**"T-tapi, kenapa nak baik, ingin melamar Marni? Bukankah kamu tahu sendiri, Marni tidak layak untukmu." Air mata di sudut mata diusap kasar dengan kain jarik yang menutupi kedua kaki Marni.

"Bu, arwah sing ono neng awak'e Marni kui dendaman. Ora reti dhe'e ora bakal puas yen tujuane pun kelaksono. Iso ae, malah gae loro awak'e Marni.

Aku yakin, yen Marni iso di bimbing, lan dhe'e diawasi wae. Mugi selamat."

**"Bu, arwah yang ada di tubuh Marni, pendendam. Dia mungkin tidak akan pernah puas meski tujuannya sudah tercapai. Bisa jadi akan menyakiti tubuh Marni. 

Aku yakin, jika Marni di segera di bimbing, dan dalam pengawasan yang ketat. Dia pasti selamat." 

Ningsih haru, tetapi keputusan ini tak mudah dia terima begitu saja. Bagaimana dengan pendapat Marni nantinya. Dia tidak mau mengecewakan putrinya, kalau-kalau putrinya menolak. Tidak sama dengan seperti keinginannya.

Ningsih termenung melihat putrinya, diusapnya kaki Marni yang terasa dingin. 

"Mengko esok, aku dang celuk penghulu. Ibu pun ngrestuni?"

**"Bu, besok pagi aku akan panggilkan penghulu. Ibu sudah setuju, kan?" 

"Ibu, wedhi, Gus. Rung iso nggawe putusan. Marni ki ora seneng nek di pekso. Dhe'e mengko nesu, yen kepinginane ibu ora podho karo karepe dhe'e."

**"Ibu, takut, nak. Ibu belum bisa ambil keputusan. Marni tidak suka di paksa. Dia bisa marah, jika keinginan ibu tidak sesuai dengan pemikirannya." Ningsih menyerah.

Angga tersentuh mendengar itu. Iya tahu betul Ningsih menghargai keputusan putrinya, tetapi di sisi lain Angga bisa merasakan bahwa Ningsih merasakan takut, pada sosok Marni.

"Insyaallah, Marni yo setuju, Bu. Ben aku gowo hijrah tanpa fitah. Yen, aku mboten di restui. Aku mesti tindak soko mriki."

**"Insyaallah, Marni setuju, Bu. Biarkan aku membawa dia hijrah tanpa fitnah. Jika aku tidak di izinkan menikahinya, aku akan pergi dari desa ini." 

Angga mesesap teh buatannya sendiri, ia mulai merasakan kantuk. Tak ingin tidur begitu saja dia memilih berwudhu dan shalat malam, diteruskan dengan mengaji beberapa Juz.

Krakk

Krakk 

Kroakkk! Brugh!

"Astagfirullahal'adzim," Angga tersentak dengan suara jatuh dari atas genting seperti hendak meruntuhkan dirinya. Dia melihat langit-langit di ruangan khusus shalat dengan seksama, namun tidak ada apapun diatas. Tapi ...

"Gus! Gus!" teriak Ningsing dari ruang tengah membuat Angga terburu untuk menghampiri mereka.

Ghendingan itu terdengar lagi. Marni mengayunkan tangan kekanan kekiri dengan lembut, membelakangi Ningsih. Angga tak habis pikir, mengapa arwah itu datang lagi dan waktu seolah lama mengunjungi fajar. Untuk sampai je waktu subuh pun rasanya terlalu lama.

"Kenapa kamu datang lagi?" bentak Angga yang akan mendekati Marni. 

"Nduk, istighfar, nduk!!!"

**"Sayang, istighfar, nak!" rintih Ningsih memelas. Dia ingin sekali menghampiri putrinya, namun terlalu takut. Dia merasa tak berdaya, melihat anaknya telah di rasuki kembali.

"Lungo!!! lungo'o soko rogo anakku. Gowo'en loro mu meng wong sing mbatheni kowe!!!" 

**"Pergi, pergilah dari tubuh anakku. Bawa saja sakitmu pada orang yang telah membuatmu membatin!!!" usir Ningsih meraung pada arwah yang kini menari-nari di tubuh Marni. Kini dia murka setelah apa yang terjadi pada Marni.

Marni yang masih membelakangi keduanya tertawa menyeringai, menakutkan. Seperti tertawa kesakitan, mirip rintihan, kadang tertawa lepas menggelegar. Bulu kuduk Angga seketika berdiri mendengarnya. Dia pun aslinya takut, tapi lebih takut jika sama sekali dia tak bisa menolong Ningsih yang sudah dia anggap sebagai ibunya sendiri.

Andai saja ada waktu, Angga ingin meminta bantuan orang lain. Namun, lagi semua terjadi selalu mendadak. Mau tak mau dia hadapi sendiri.

"Marni sadarlah, sadarlah!" Dengan nada pelan Angga mulai mengalah. Dia ingin tahu alasan mereka bedua dalam satu raga.

"Aku minta kau,pergi dari sini!!!" 

Angin berhembus terasa kencang. Rambut Marni yang tergerai lurus, berterbangan. Dia membalikkan badan. Nampaklah wajah seram yang sering berubah.

Angga segera mendekati Marni, mendekap bahunya dan menuntunnya untuk segera duduk. Sedangkan Ningsih duduk di kursi yang letaknya tak jauh dari ambenan.

Marni menoleh. Angga menatap matanya teduh, tanpa rasa takut. Perlahan Marni berubah menjadi Marni yang biasanya, dia kembali pingsan, mungkin arwah itu sudah pergi.

"Ibu, saiki nerimo kowe. Sesuk, ndang kawinen cepet-cepet."

**"Ibu, menerimamu sekarang. Besok, kamu boleh menikahinya." 

Angga mendengar itu, lega. Namun dia harus bersiap membawa Marni pada Yudha.

____________

Siapa Yudha sebenarnya, ada hubungan apa antara Angga dan Yudha?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MARNIย ย ย Bab 20 TAMAT

    Bab 20 TAMAT________๐Ÿ–ค_______"Aku akan melenyapkan Yudha, ingat itu! Ragamu yang akan aku gunakan. Jadi patuhlah!" Sukma itu perlahan pergi meninggalkan raga Marni yang tak berdaya."Mas lihat, Mbak Marni pingsan!""Masha Allah." Segera Angga melepas ikatan yang ada di tubuh Marni. "Ya Allah, Sayang ... Maafkan Mas, ya," ucap lirih Angga sambil membopong Marni ke dalam kamar. "Tidurkan dikamar ini Mas!" Vio membukakan pintu kamar yang telah dia siapkan untuk kedatangan Angga beserta keluarga."Ya Allah, nduk. Piye Iki, kowe kok urung mari mari,"**"Ya Allah, nak. Bagaimana ini, kenapa kamu belum sembuh juga," ucap lirih Ningsih dengan memijit-mijit lengan putrinya setelah dibaringkan."Sabar, Bu." Angga menjawab dengan nada lesu. Dia begitu lelah."Mbak Marni kenapa Mas? Aku mau tahu!""Dia kerasukan," jawab Angga melamun."Sudah kuduga kalau itu kerasukan. Tetapi kenapa? Mas Angga seperti sudah paham betul, apa Mbak Marni sering seperti ini?"Angga hanya mengangguk dan bertatap se

  • MARNIย ย ย Bab 19

    Bab 19___________๐Ÿ–ค________Vio melihat Bi Sumi sedang berjalan ke arahnya dengan tergopoh-gopoh. Sepertinya tamu yang di tunggu sudah datang."Ada apa, Bi? Mas Angga sudah datang?"Bi Sumi berhenti tepat di hadapan Vio dengan mengerem kasar langkangnya. Napasnya dia atur sebelum berbicara, membuat Vio menggeleng dengan tingkah Bi Sumi yang sedikit konyol dan gerusa-gerusu."Makanya Bi, jalan tuh, pelan dong!" Vio berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Bi Sumi sebelum dia berbicara apapun, karena dia tengah berusaha mengumpulkan kata untuk bicara. Akan tetapi Vio terburu pergi meninggalkannya dan memilih melihat sendiri siapa yang datang.Belum sampai ke pintu utama, perempuan berbaju sexy itu bangkit dari duduknya diruang tv."Hay lady!" Bola mata Vio memutar, jengah melihat tamu yang dia kira istimewa itu.Perlahan Reysa melangkah mendekati Vio."Jangan begitu dong, Sayang. Judes banget sih!" Bibir tipis milik Reysa tersenyum licik pada Vio, kemudian jari lentiknya menjawil dagu V

  • MARNIย ย ย Bab 18

    Bab 18________๐Ÿ–ค_______"Yudha, tolong aku!"'Degh, suara itu ... 'Yudha sangat mengenali suara itu. Seketika dia langsung menoleh ke sumber suara."Ratih?!" ucapnya sedikit tercekat, bertahun-tahun tak bertemu rasanya ini mustahil. 'Kenapa Ratih bisa berada di tempat seperti ini?'"Ratih?!" Yudha mendekat, tapi Ratih seolah menjauh, padahal tubuh Ratih terikat di sebuah pohon besar dengan luka-luka lebam."Yudha, tolong!" pekiknya lagi, namun semakin berlari, Ratih semakin sulit di raih."Jangan hampiri siapapun, jika kau mau selamat!" Suara nenek itu terdengar di telinga Yudha, tapi wujudnya tak ada. Aneh. Itu aneh. Hanya remang sekelebat bayangan tubuh bungkuk sang nenek yang menjauh. Begitu membuat bulu kuduk Yudha meremang.Akan tetapi, ia kembali melihat ke arah sana, jika tak menolongnya, bagaimana dengan Ratih? Dia sangat butuh bantuannya. Siapa yang tahu, mungkin setelah dia berhasil menyelamatkan Ratih, tentunya Ratih bisa memaafkan kesalahannya di masa lalu. Dia akan kemb

  • MARNIย ย ย Bab 17

    Bab 17... ____________ ..."Baiklah sayang aku pulang dulu, nanti Vio marah jika aku pulang terlambat!" Lelaki itu memakai pakaiannya kembali setelah mandi, jika tak mandi bisa-bisa Vio curiga, bahwa dia baru saja melakukan p e r g u l a t a n panasnya bersama Reysa. "Hah ... Putrimu lagi. Aku bosan mendengarnya. Padahal kita bisa lakukan lagi beberapa kali," rengek wanita itu sambil menyibakkan selimut dan mulai menutupi tubuh p o l o s n y a."Maaf ya, kita lakukan lain kali, malam ini, cukup." Dia mencium kening wanita itu lalu ke bibir, perlahan pergi dan menutup pintu."Hihhh ... kesal aku pada bocah, s i a l a n itu," ucapnya marah dan melempar selimut yang menutupi tubuhnya. Dia beranjak ke kamar mandi."Lihat saja, nanti setelah aku resmi jadi istri Yudha, perempuan itu harus bisa tersingkir," gerutu Reysa kesal.___________Deru mesin mobil berhenti, Vio melihat dari atas balkon kamarnya, bahwa Papanya telah pulang. Dia melihat jam di ponselnya, pukul 21.00 WIB. Ternyata Pa

  • MARNIย ย ย Bab 16

    Bab 16__________๐Ÿ–ค_________Sampai di rumah Marni turun dari mobil dengan menutupi seluruh wajahnya dengan kerudung. Banyak orang menatap Marni dengan sinis, dia menyadari itu tanpa harus melihat mereka. Namun tak sepatah katapun dari mereka yang berani berbicara, mungkin takut. Semua itu membuat Marni tak nyaman, dia merasa enggan untuk tinggal di rumah itu lagi. Dengan alasan trauma, Marni meminta pindah rumah. Apalagi tatapan sinis dari warga membuat Angga dan Ningsih tak tega atas kesembuhan mental Marni. Untuk itu mereka tetaplah pulang untuk membereskan barang, dan Angga berniat membawa Marni pergi ke luar daerah."Dek, bagaimana jika kita pergi ke kota, kita tinggal sementara di rumah om-nya Mas." Angga mendekati Marni yang sedang duduk di tepi ranjang. Marni menunduk, melihat baju gamis pemberian suaminya kemarin. Dia melihat pantulan cermin di hadapannya, dia begitu tertutup dengan baju yang dia kenakan."Mas, masih punya keluarga?" tanyanya sambil menoleh pada suaminya."M

  • MARNIย ย ย Bab 15

    Bab 15____________๐Ÿ–ค__________***"Mas, aku nggak terima! Kenapa tubuhku penuh dengan luka bakar?! Apa yang terjadi Mas?" amuk Marni pada Angga.Dipegangnya wajah, kepala, hingga tangan dan kakinya yang penuh perban. Rasanya pun perih juga panas, terasa gerah ingin membuka semuanya. Perlahan, dengan isak tangis dia mencoba membuka selotip yang merekatkan diperban tersebut."Aaa ... !!! Sakit Mas!!!" pekik Marni saat membuka perban di kakinya."Sabar Dek, ini ujian buat kita. Aku janji, akan temani kamu sampai sembuh." Angga berusaha memegang tangan istrinya yang terus memberontak."Aku, akan balas dendam, Mas." Wussh!!!Angin kencang seperti menerpa keseluruh ruangan. Seolah pertanda buruk kian menanti, mendengar penuturan Marni yang sangat buruk didengar."Istighfar, kamu Dek!!!" Telunjuk itu, berhasil membuat Marni tercegang. Angga bahkan hampir saja kelepasan menampar Marni."Jaga ucapanmu, Dek. Jika masih mau, aku lindungi!!!" tegas Angga. "Lagian siapa yang menyuruhmu seperti

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status