Share

PART 4

last update Huling Na-update: 2024-07-07 21:25:17

Belum sempat Alex mengatakan sesuatu, pintu kamar pribadi Litina dan Leonard terbuka, menunjukkan Leonard, papa Alex.

"Kalian ikutlah denganku," ujar Leonard dengan dingin, mungkin Alex mendapatkan sifat dinginnya itu dari papanya.

Stella yang merasa takut dan gugup, tidak tahu harus melakukan apa, terus saja menunduk tidak menatap Leonard yang sudah berjalan menuju ruang kerja. Alex yang mengetahui hal tersebut langsung menggandeng tangan Stella agar mengikutinya ke ruang kerja papanya. Stella membelalakkan mata saat merasakan tangan hangat Alex menggandeng tangannya. Jantungnya berdegup kencang.

Mereka berdua masuk ke ruang kerja Leonard. Ruangan itu terasa penuh intimidasi, hampir sama dengan ruang kerja Alex.

"Jadi, apakah kalian akan menikah?" tanya Leonard langsung pada intinya.

"Apa?" Stella dan Alex terkejut bersamaan.

"Apa maksud, Papa?" tanya Alex dengan raut bingung.

"Menikahlah kalian, Papa tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi pada Mamamu," kata Leonard. Ia sangat khawatir saat mendengar bahwa istrinya jatuh pingsan karena mendadak kena serangan jantung. Padahal Litina hanya berpura-pura terkena serangan jantung. Dan Leonard tahu jika istrinya hanya berakting untuk membuat anak laki-lakinya menikah dengan gadis bernama Stella.

"Ta-tapi ...." seru Stella tergagap.

"Baiklah, saya akan melakukan pernikahan itu," lanjut Stella dengan yakin. Entah bagaimana bibirnya ini bisa mengatakan hal selantang itu dengan lancar dan yakin.

Spontan Alex menatap Stella dengan tidak percaya. Sebab baru kemarin ia meminta Stella menikah dengannya, dan wanita ini menolak. Tapi sekarang ... benar-benar wanita aneh.

"Tapi sebelumnya, bisakah saya bertemu dengan Nyonya Litina." tanya Stella.

"Silakan," jawab Leonard. Seketika Stella merasa gugup.

Stella segera keluar dari ruang kerja Leonard dan menuju kamar Litina.

"Bisakah saya berbicara dengan Anda, Nyonya Litina?" tanya Stella sopan saat telah berada di kamar Litina, yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang, ditemani Aliya yang duduk di sebelah mamanya. Stella sangat ingin merasakan hal yang sama seperti yang dilakukan Aliya, berada di samping ibunya sambil bergenggaman tangan.

"Kemarilah, Stella," panggil Litina, yang melihat Stella masih berdiri di kaki tempat tidurnya yang berukuran king size. Stella segera mendekat dan berdiri di sisi tempat tidur.

"Saya ingin bicara berdua dengan Nyonya, apa boleh?" tanya Stella sopan sembari menunduk.

"Mulai saat ini, jangan memanggil Nyonya, Nak. Panggil aku, Mama!" kata Litina.

"M-Ma-Mama?" dengan terbata-bata Stella mencoba memanggil Mama pada Litina.

Litina tersenyum mendengar panggilan Stella untuknya. Wanita itu mengisyaratkan agar Stella mendekat. Aliya mengerti bahwa kedua wanita itu membutuhkan waktu berdua, ia pun langsung berdiri dan berjalan keluar kamar mamanya.

"Saya ingin menceritakan siapa saya pada Mama," ujar Stella sambil menatap Litina, kemudian membenarkan posisi duduknya agar sepenuhnya menghadap pada Litina.

"Mama akan mendengarkan," kata Litina lembut sambil balas menatap mata penuh kesedihan itu.

Flashback On

Saat itu, Stella berumur delapan tahun. Di umur itu semua anak butuh seorang teman. Tapi, Stella berbeda. Dari kecil ia hampir tidak pernah bermain dengan teman sebayanya. Hampir semua temannya menolak bermain bersamanya.

Menurut salah satu temannya, Stella adalah anak haram, yang bahkan tidak diinginkan oleh ayahnya sendiri. Lalu mengapa mereka harus menerima Stella? Dan karena itulah, Sarah sadar bahwa tidak ada seorang anak pun yang mau berteman dengan putrinya karena ia tidak memiliki suami dan ayah untuk putrinya.

Kemudian Sarah menikah dengan Josh, hanya agar Stella memiliki ayah dan anak-anak sebaya Stella mau bermain bersama putrinya. Hingga Sarah sadar, bahwa ia menikahi pria yang salah. Josh gemar mabuk dan berjudi, meski ia menikah dengan Josh, tidak seorang anak pun mau bermain dengan Stella.

Flashback Off

Mendengar cerita Stella, tanpa sadar Litina menitikkan air mata. Ia tidak pernah mengira bahwa kehidupan calon menantunya akan seberat itu. Ia langsung memeluk Stella.

Seseorang yang berada di luar kamar Litina, mendengar semuanya. Perasaan marah tiba-tiba menyelimutinya, saat mendengar bahwa selama ini tidak ada yang menyukai Stella. Ia bertekad, nanti saat Stella telah menjadi bagian dari keluarganya, Alex akan membuat siapa pun menerima wanita itu. Harus. Mau atau tidak. Dan sekarang ia semakin mantap dan yakin untuk menikah dengan Stella.

"Dengar, siapa pun dirimu, aku tidak peduli. Karena aku menyukaimu apa adanya. Jangan pernah mengatakan bahwa tidak ada yang menginginkanmu. Jika kau sudah menikah dengan Alex, maka kau adalah bagian dari keluarga Edward!" ujar Litina lembut seraya mengelus rambut Stella.

"Tapi, aku tetap tidak pantas untuk putra Anda." Ada alasan lain mengapa Stella ingin menjalani pernikahan ini.

"Dengarkan aku. Apa kau tahu mengapa aku sangat menginginkanmu menikah dengan Alex?" Stella terdiam mendengar pertanyaan itu. "Karena ini adalah perasaan seorang ibu. Entah mengapa, aku merasa kaulah orang yang tepat untuk Alex. Kaulah orang yang akan melengkapi kekurangannya. Selain itu, aku tidak mau Alex terus menerus memuaskan kebutuhan biologisnya pada wanita lain," lanjut Litina. Dan Stella tidak terkejut mendengar itu. Dia sudah mengira bagaimana kehidupan seorang pria seperti Alex.

Kini Stella tidak peduli apa-apa lagi. Ia melirik arlojinya dan ternyata ia sudah cukup lama berada di rumah keluarga Edward.

"Ma, aku harus kembali."

"Baiklah, biar Harry mengantarmu."

Stella tidak menolak tawaran Litina, apalagi saat wanita paruh baya itu memanggil bodyguard-nya.

"Antarkan calon menantuku pulang ke rumahnya."

Pipi Stella merona saat mendengar kata-kata 'calon menantu' yang diucapkan Litina.

"Sampai jumpa, Ma. Dan tolong sampaikan salamku pada yang lain," pamit Stella dengan sopan pada Litina.

Stella mengekori Harry, dan saat ia sampai di depan pintu rumah, tiba-tiba seseorang menariknya, membawanya masuk dan mendudukkannya di jok depan sebuah mobil sport. Tak lama kemudian, Alex menyusul duduk di kursi pengemudi. Stella terkejut melihat kelakuan pria itu.

"Apa yang Anda lakukan? Saya akan pulang dan diantar oleh Harry." Stella berusaha menghentikan Alex yang sudah melajukan mobilnya.

"Jadi, kau lebih senang diantar bodyguard daripada calon suamimu?" Lagi-lagi Stella dibuat merona mendengar kata-kata Alex tentang calon suami. Alex yang melihat itu tersenyum geli di dalam hati. Mobil Alex melaju meninggalkan pelataran rumahnya.

"Kau ingat bahwa kau akan memberikan apa pun yang kumau jika aku mau menikah denganmu?" Stella mengingatkan Alex pada kejadian di dalam lift waktu itu.

"Hmm ...."

"Aku ingin meminta sesuatu padamu," kata Stella menatap Alex yang fokus pada jalanan.

"Aku akan memberikannya," jawab Alex, ia tahu akan seperti ini, Stella akan meminta sesuatu padanya.

"Aku meminta uang satu setengah juta dollar untuk lusa," ucap Stella. Sebenarnya ia tidak ingin mengatakan hal ini, karena itu sama saja secara tidak langsung ia telah menjual dirinya pada Alex. Tapi dia tidak punya cara lain untuk bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam dua hari saja.

Ciiittt.

Alex mengerem mendadak, membuat tubuh Stella yang tidak menggunakan sabuk pengaman terhuyung ke depan, hampir saja kepalanya terbentur.

"Untuk apa uang itu?" tanya Alex bingung. Sebenarnya bagi Alex, uang sejumlah itu tidak masalah. Jika dibandingkan dengan perusahannya, satu setengah juta dollar itu hanya sebagian kecil dari kerugian perusahaan.

"Itu urusanku, kau hanya harus memberikan uang itu padaku lusa," kata Stella.

"Baiklah, besok aku akan menghubungimu."

Alex harus menyusun strategi dengan membuat perjanjian. Karena Alex pikir, Stella sama saja seperti wanita lain di luar sana, membutuhkan uang untuk berfoya-foya.

"Semua terserah padamu." Singkat dan jelas. Stella harus melakukan ini demi keselamatan ibunya. Tidak ada pilihan lain.

🌹🌹🌹🌹🌹

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MARRIED TO MY CEO   PART 50

    “Halo?”“Nyonya, ini aku, Alexa!” kata Alexa melalui telepon. “Ah, ternyata Alexa-ku. Ada apa, sayang?” balas Stella. “Aku ... aku siap menikah dengan putramu!” kata Alexa dengan berat hati. “Benarkah? Aku sangat berterima kasih padamu, Sayang. Aku benar-benar senang,” kata Stella dengan nada teramat bahagia. “Tapi ....” “Katakan saja, Alexa. Ada apa?” “Aku ingin mahar dua ratus lima puluh juta untuk pernikahanku!” Stella sedikit terkejut di seberang sana, namun setelahnya dia pun tersenyum tipis. “Baiklah, aku akan memberikan mahar tiga ratus juta –“ “Tidak, aku hanya ingin mahar dua ratus lima puluh juta,” sela Alexa. “Ah, baiklah. Terserah kau saja.” “Bisakah aku menerima uang itu besok?” “Sayang, bukan maksudku meragukanmu. Tapi, aku hanya mengantisipasi jika kau malah membawa lari uang itu. Aku percaya padamu, tapi tetap saja tidak menutup kemungkinan jika kau lari dengan membawa uang itu. Sebenarnya, uang tidak masalah bagiku, yang menjadi masalahnya adalah jika kau

  • MARRIED TO MY CEO   PART 49 SEASON 2

    49. Season 2“Steve! Apa yang kau lakukan?” bentak seseorang. Steve pun segera berdiri dan menatap seseorang yang membentaknya dengan panik, itu ibunya. “Mom, ini tidak seperti yang kau lihat,” ujarnya mencoba menghilangkan kesalahpahaman yang pastinya ada di benak sang ibu. “Aku dan Daddy-mu tidak pernah mengajarimu menjadi pria brengsek seperti ini, Steve!” bentak Stella sambil menunjuk gadis yang terduduk di lantai. “Nyo-nyonya, kami tidak melakukan apa pun, tadi kami hanya terpeleset. Sungguh, kami tidak sengaja berada dalam posisi seperti itu,” terang sang gadis. Tadi dia datang ke cafe ini bersama teman-teman sekampusnya. Dan saat dia pergi ke toilet, tanpa sengaja dia menabrak seorang pria yang akhirnya membuat mereka terpeleset karena lantai yang licin. Tapi mereka malah terjatuh dengan posisi si pria yang berada tepat di atas tubuhnya. Dan itu bertepatan dengan ibu sang pria datang dan memergoki mereka yang sebenarnya hanya terpeleset. “Aku tidak percaya pada kalian. K

  • MARRIED TO MY CEO   PART 48

    Setelah berada di dalam kamar mereka, Stella menyandarkan tubuhnya ke dada bidang suaminya. Kehamilan kali ini, keluarganya tidak sekejam seperti pada kehamilannya yang pertama. Mereka tidak membiarkan Stella pergi ke mana pun dan terus saja menyuruhnya untuk berdiam diri di dalam kamar. "Jadi, jika bukan dirimu yang berada di dalam peti mati itu, lalu yang terkubur di dalam sana siapa?" tanya Alex yang masih bingung. Alex memang baru menanyai Stella sekarang, karena saat pertama kali Stella kembali lagi padanya, ia masih ragu untuk bertanya. Ia khawatir membuat Stella sedih jika ia membangkitkan cerita kelam hidup Stella selama pergi dari sisinya. Ia lebih baik menunggu saat yang tepat, biarkan Stella sendiri yang bercerita dan mengatakan semuanya. "Ketika aku pergi meninggalkan rumah, aku langsung ke rumah sakit terlebih dahulu. Tapi, aku tidak pergi ke rumah sakit yang biasa aku kunjungi. Saat itu aku merasa sangat lemah, karenanya aku memilih untuk dirawat untuk semalam terl

  • MARRIED TO MY CEO   PART 47

    "Matthew, ayolah. Kau terlihat sangat tidak bersemangat padahal kita akan mengunjungi Silvi," kata Stella seraya menggoyangkan lengan pria yang telah menjadi orang paling penting dalam hidupnya. Matthew memutar bola matanya malas mendengar rengekan wanita di sebelahnya ini. "Aku bukannya tidak bersemangat karena kita akan mengunjungi Silvi." "Lalu apa?" "Aku menyesal mengusulkan pada kalian untuk tinggal di apartemen yang sama denganku, andai aku tahu tadi kau sudah mengganggu pagiku yang cerah!" kesal Matthew pada wanita di sebelahnya. Sedang wanita itu hanya terkikik melihat kekesalannya. Azrael yang melihat interaksi di antara keduanya terkikik geli. Saat mereka berdebat seperti itu, mereka tampak seperti bocah. Tidak lama kemudian, Alex kembali dengan dua karangan bunga berukuran sedang di dalam genggamannya. Mereka berempat -- Stella, Alex, Matthew dan Azrael -- berjalan memasuki area pemakaman. Tidak membutuhkan waktu lama mereka telah sampai di depan sebuah makam. I

  • MARRIED TO MY CEO   PART 46

    Yakinlah, Tuhan itu adil. Karena setelah kesedihan pasti akan datang kebahagiaan. Meski kita tidak tahu kapan kebahagiaan itu akan datang. Tuhan tidak pernah tidur. Itulah yang dirasakan Alex dan Stella saat ini. Kebahagiaan tak terbendung setelah rasa sedih yang menyakitkan --- kini tengah mereka rasakan. Sebuah kebahagiaan yang tidak akan pernah mereka tukar dengan apa pun. Kebahagiaan yang akan selalu mereka ciptakan mulai sekarang. Malam itu mereka sedang berdiri di balkon kamar. Saling memberikan kehangatan satu sama lain dengan berpelukan erat. Seakan pelukan itu dapat menyalurkan perasaan rindu yang mereka rasakan selama berpisah. "Kenapa kau tidak kembali saat itu?" tanya Alex sambil menaruh dagunya di bahu Stella. "Aku hanya ragu dan takut!" jawab Stella. "Kenapa?" tanya Alex masih memeluk Stella. "Aku takut kau akan membenciku ketika kau mengetahui semuanya. Bahwa akulah penyebab hilangnya Peter.Aku ragu untuk kembali bila kau tahu aku telah menyembunyikan suatu h

  • MARRIED TO MY CEO   PART 45

    Sebuah resepsi pernikahan megah seorang pengusaha muda digelar di salah satu hotel terkenal di negeri ini. Menunjukkan pada semua, bahwa orang yang melakukan resepsi tengah berbahagia. Para wartawan sudah berkumpul di pelataran depan hotel tersebut. Tak jarang para wartawan itu menghentikan salah satu tamu undangan untuk diwawancarai. Pria berwajah datar dan dingin itu berdiri seorang diri di tengah-tengah ballroom. Mengabaikan setiap tatapan kagum dari para wanita. Setiap wanita berebut ingin memeluk lengan kokoh tersebut. Sayangnya, pria itu telanjur berhati dingin dan tidak akan ada lagi yang bisa mencairkan kebekuan hatinya. Pria itu tetap pada posisinya, hingga seorang pria lain yang juga koleganya menyapanya dan mengajaknya mengobrol, meski dibalas dengan singkat oleh Alex. Pria itu mengatakan jika ada seorang penyanyi Cafe cantik yang sedang viral ikut diundang. Awalnya Alex heran. Penyanyi Cafe? Di acara semegah ini? Yang benar saja! Pria koleganya itu mengatakan bah

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status