BIANCA menyeret kakinya melewati satu per satu deretan ruang kelas sebelum mencapai pintu gerbang. Hari ini, tidak ada jadwal pemotretan yang harus ia kerjakan. Jadi ia bisa beristirahat sejenak dari rutinitasnya. Tahun ini akan menjadi tahun yang berat baginya. Selain mempersiapkan diri untuk ujian akhir, Bianca juga harus belajar lebih keras untuk bisa masuk di universitas terbaik. Neneknya memintanya untuk bekerja sebagai model selama masa mudanya. Namun beliau juga mewanti-wanti agar ia tetap mengejar pendidikan akademisnya. Biar bagaimana pun, keluarganya memiliki bisnis keluarga yang tidak bisa begitu saja ditinggalkan. Jika ia dan Benedict
MARTIN telah berjanji kepada Jullio untuk mempertemukan sahabatnya itu dengan gadis yang telah merubah hidupnya. Sebelum menjemput Bianca dari sekolah, ia telah lebih dulu berbicara kepada Jullio dan mengatur jadwal pertemuan mereka. Martin dan Jullio sudah lama saling mengenal. Dan sejak kepulangannya ke Negara ini demi menghindari wanita yang telah menghancurkan hidupnya itu, orang pertama yang ia temui adalah Jullio. Sejauh ini, hanya Jullio yang menemani dan membantunya melewati masa-masa tersulit dalam hidupnya.
BIANCA merasakan Martin memeluknya dari samping. Pria itu mengusap kepalanya dengan sayang. Martin menggenggam satu tangannya dan berbisik lirih, “Sssttt… sudahlah, jangan menangis.”“Kenapa, Martin? Kau yang lebih mengenalnya, seharusnya kau tahu alasan kenapa dia tidak bisa menerimaku.”
JULLIO meninggalkan Martin dan Bianca di apartement sahabatnya. Semula, ia ingin sekali melihat gadis yang selama ini membuat Martin, sahabatnya begitu terpukau. Sejauh pengamatannya, akhir-akhir ini Martin memang tampak jauh lebih berbeda. Mereka sudah lama saling mengenal. Ia terbiasa melihat Martin terpuruk, hingga akhirnya pria itu entah bagaimana tiba-tiba bangkit dari keterpurukannya setelah sekian bulan hanya menghabiskan waktu untuk menuyesali wanita yang telah menghancurkannya. Jullio dan orang-orang di sekitar Martin sudah berusaha keras untuk menyadarkan pria itu bahwa tidak ada gunanya menyesali apa yang telah terjadi dan sudah
MARTIN AND BIANCA- I LOVE BEING TROUBLE WITH YOU.MARTIN berbalik untuk menatap Jullio. Baginya, Jullio adalah teman yang sangat baik dan pengertian. Hanya saja, dirinya lah yang kurang bersyukur memiliki teman seperti Jullio. Jullio sempurna secara fisik, mungkin itulah yang membuat Bianca begitu tergila-gila dengan Jullio. “Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku.”
MARTIN AND BIANCA-GOOD NIGHT.MARTIN masih melihat dengan jelas sisa air mata di kelopak mata Bianca saat ia tiba di kamar gadis itu. Dengan bantuan cahaya lampu tidur, ia berhasil menemukan keberadaan Bianca. Gadis itu meringkuk di bawah selimut saat ia datang. Mungkin Bianca takut ada orang jahat yang tiba-tiba datang ke kamarnya. Itulah yang terbesit di benaknya. Setelah memanggil nama Bianca, Martin memutuskan untuk menghampiri gadis itu.
MARTIN AND BIANCA- A CONSPIRACY.MARTIN terbangun kala mendengar kicauan burung di pagi hari yang indah. Seperti biasa, sejak membuka mata dan mendapati Bianca berada di dalam pelukannya, perasaannya selalu jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Martin nyaris lupa kapan terakhir kali ia menghabiskan alcohol hingga mabuk di kamarnya sendirian, sambil menangis dan meratapi kejamnya takdir. Betapa dulu ia telah menyia-nyiakan kehidupan yang teramat sempurna, yang telah diberikan Tuhan untuknya. Kehilangan satu orang yang pada akhirnya hanya membuat Martin jatuh dan terperosok ke dalam jurang kehancuran. Kini Martin sadar kehancurannya bukan salah wanita itu. Melainkan salahnya sendiri. Tuhan hanya sedang mengajarkannya bagaimana cara menghadapi ujian ini, bukan menghukumnya.
MARTIN AND BIANCA- A WONDERFULL LIFE.MARTIN mengamati Bianca yang kini duduk di mobilnya. Gadis itu tampak kesal. Mungkin karena Benedict memberinya ijin untuk membawa Bianca. Sejak awal, ia sudah menduga kalau semuanya akan berjalan mudah untuk mereka. Kecuali jika berkaitan dengan nenek Bianca. Saat ini, yang harus ia pikirkan adalah bagaimana membuat nenek Bianca percaya padanya. Bagaimana pun juga, ia belum pernah bertemu wanita yang selalu dipuja oleh Bianca itu. Meski begitu, Martin berharap pertemuannya dengan nenek Bianca akan semudah urusannya dengan Benedict. “Bee…” Martin mencoba menegur Bianca. Rasanya menyebalkan membiarkan keheningan menguasai mereka berdua.
MARTIN AND BIANCA- FRIENDSHIP.JULLIO melihat kepergian Martin melalui jendela kaca besar di ruang pribadinya. Malam ini permainan dimulai. Sebuah permainan yang entah diciptakan oleh siapa. Satu hal yang pasti, ia akan ikut andil dalamnya. Ya, Jullio sudah menyetujui permintaan Martin untuk membiarkan Bianca masuk ke kehidupannya dengan syarat sahabatnya itu harus menjadi DJ di club malamnya. Sebenarnya, Jullio sama sekali tidak kekurangan DJ, ia punya cukup banyak kenalan yang bisa membantunya memeriahkan club. Jullio hanya ingin Martin tidak melupakan jati dirinya. Dan kehadiran Bianca sepertinya bisa membantunya mengembalikan diri Martin yang dulu.