Share

Chapter 03

'Kring...'

Istirahat telah usai, Yulia yang sedang menunggu jawaban dari pria tampan dihadapannya pun kecewa, ia langsung menuju kelas dan meninggalkan pria itu sendiri. Gadis itu sebenarnya ingin sekali tahu nama pria itu namun ia juga tidak ingin terlambat masuk ke kelas apalagi ini adalah hari pertamanya sekolah di sekolah baru. 

"Selamat siang anak-anak," ucap Johar, guru Matematika yang saat ini sedang mengajar di kelas XI MIPA-2. 

"Selamat siang pak..," kata murid-murid serentak. 

"Bapak absen dulu ya..," ucap Johar sembari membuka buku absennya. 

"Nadya Pramesti?"

"Hadir!"

"Angela Larasati?"

"Hadir pak!"

"Adriansyah Putra?"

"Sakit pak!" sahut Reza, teman sebangku Adrian. 

"Reza Dewangga?"

"Hadir!"

"Dimas Juniantara?"

"Ada pak?!"

"Yulia Adhisti?"

"Hadir!"

"Yulia, kamu murid baru ya?" tanya Johar kepada Yulia. 

"Iya pak, betul," jawab Yulia dengan senyuman ramahnya. 

"Nanti perkenalan di depan ya." Yulia hanya mengangguk tanda mengerti. 

"Milaiya Andini?"

"Yes sir!"

"Satria Adi Saputra?"

"Siap pak!"

"Adhiyaksa Pratama?"

"......" Hening, tidak ada yang menyahut. 

"Adhiyaksa Pratama?" Johar mengulanginya. 

"Tidak ada pak!" sahut sangat ketua kelas yang bernama Naufal Cakra Wiguna.

"Kemana ya? ada yang tahu tidak? takutnya Yaksa terjadi apa-apa, memangnya dari pagi tidak ada?" Terlihat Johar cemas akan Yaksa yang tidak ada dikelasnya. 

"Sepertinya tidak ada yang tahu dimana keberadaan Yaksa pak," ucap Naufal. 

"Palingan bolos pak," celetuk Reza. 

"Tuh orang emang dasar sifatnya gak berubah ya, sifat gak baik kok dipelihara," ucap Yulia dalam hati, ia kesal karena sikap nakal Yaksa seperti ini tidak berubah dari dulu. 

"Mil, pak Johar tuh adem banget ya bawaannya." Sejak tadi Yulia terus memperhatikan Johar, ia merasa kagum padanya dan berpikir bahwa Johar berbeda dengan guru-guru lainnya. 

"Iya Yul, gue aja demen sama dia," kata Mila.

"Gila lo Mil, jangan sampai lo demen sama guru sendiri," ucap Yulia yang kaget mendengar Mila menyukai Johar yang notabene adalah gurunya sendiri. 

Mila hanya tersenyum sembari masih memperhatikan Johar yang sedang sibuk mengabsen, Yulia yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala. 

Johar Ramdhani adalah salah satu guru matematika di SMA 101, wajahnya yang rupawan dan usianya yang masih muda membuat murid-murid terutama para wanita kagum padanya, apalagi cara bicaranya yang lembut dan berwibawa membuat siapapun terpana pada pesonanya. 

"Dan yang terakhir, Aji Satya Winarta?"

Suasana kelas seketika hening kala nama tersebut dipanggil. 

"Aji Satya Winarta?" Merasa tidak ada jawaban, Johar kembali memanggil nama tersebut. 

"Hadir pak!" Tiba-tiba seorang pria datang dan menyahut panggilan Johar. 

Betapa terkejutnya Yulia saat melihat pria yang baru saja datang adalah orang yang kemarin mengantarnya ke ruang Tata Usaha dan orang yang ditemuinya di Rooftop saat jam istirahat.

Namanya Aji Satya Winarta, Yulia satu kelas dengannya dan teman masa kecilnya juga yaitu Adhiyaksa Pratama. 

"Darimana kamu Aji? Kenapa baru datang?" Tanya Johar masih dengan nada lembutnya. 

"Maaf pak, saya habis ke toilet," jawab Aji sopan. "Yasudah, kamu boleh duduk," perintah Johar. 

"Baik pak," jawab Aji kemudia berjalan menuju tempat duduknya yang berada di pojok belakang. 

"Baiklah anak-anak, kita mulai pelajarannya......"

Terlihat Yulia sesekali menengok ke belakang untuk memastikan bahwa yang dilihatnya benar, dia Aji Satya Winarta yang telah menolongnya kemarin, ia benar-benar tidak menyangka bahwa ia ternyata satu kelas dengannya. 

"Misterius...," ucap Yulia lirih. 

.... 

Kring... 

Bel pulang pun berbunyi, serentak murid-murid SMA 101 mengakhiri kelas dan bersiap untuk pulang, begitu pula dengan kelas XI MIPA-2 yang sangat bersemangat saat bel pulang sekolah berbunyi, padahal sebelumnya mereka terlihat letih dan lesu. 

Yulia terlihat masih sibuk menyelesaikan catatannya sementara Mila sudah berdiri bersiap pulang. 

"Yul, gue balik dulu ya?" Pamit Mila kepada Yulia. "Arghh.. bentar lagi nih gue bisa pulang." Yulia dengan cepat langsung mengeluarkan jurus kilatnya, ia juga tidak sabar untuk pulang kerumah. 

Tak lama, Yulia pun selesai dengan catatannya, kemudian ia segera berkemas. Ketika ia hendak meninggalkan kelas, terlihat Aji masih ada di dalam kelas, Yulia pun penasaran mengapa ia tidak segera pulang ke rumah, tanpa pikir panjang Yulia langsung menghampiri Aji. 

"Lo gak pulang?" tanya Yulia. 

Aji yang sedang tiduran dengan posisi menunduk dan bersandar di kedua tangannya kemudian mendongak untuk melihat seseorang di hadapannya. "Duluan aja," jawabnya singkat yang kemudian kembali ke posisi semula.

 Yulia sempat terdiam sejenak, ssbenarnya ia ingin mengajak Aji pulang bareng, namun karena Aji bilang tidak ingin pulang dahulu, akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk mengajak Aji. 

"Yaudah, gue pulang duluan ya." Yulia langsung berbalik meninggalkan Aji yang masih di dalam kelas, entah mengapa ia merasa ada yang aneh dengan Aji. 

.... 

"WOY, MINGGIR!" teriak seseorang. 

Yulia yang semula sedang berjalan dengan santai pun seketika menepi ke pinggir jalan. Ia kaget mendengar seseorang berteriak, ia pikir mungkin dirinya berjalan terlalu menengah membuatnya hampir tertabrak.

Terlihat seseorang dengan motornya berhenti memotong jalan Yulia. Gadis itu memberhentikan langkahnya dan kemudian terdiam. Ia tidak mengerti mengapa seseorang berhenti didepannya. 

"WOY, CEWE BELAGU!" Orang yang berada didepan Yulia terlihat berteriak, namun Yulia tidak menghiraukannya dan melanjutkan perjalanannya, seolah hanya angin lewat. 

"Gak jelas banget," kata Yulia. 

Ketika Yulia berjalan hendak melewati orang yang masih menaiki motornya itu, seketika ia berhenti kala orang tersebut membuka helmnya dan memanggil namanya.

"YULIA ADHISTI!" kata orang tersebut yang kemudian turun dari motornya dan menghampiri Yulia. 

"KENAPA?!" ucap Yulia. Ia tentu kenal dengan orang yang saat ini berhadapan dengannya, siapa lagi kalau bukan Adhiyaksa Pratama. 

"Lo ngehalangin jalan gue!" kata Yaksa. 

"Gak jelas!" celetuk Yulia yang kemudian berjalan meninggalkan Yaksa, namun langkahnya terhenti, Yaksa tidak memberi jalan untuknya. Pria itu tidak sendiri, ia bersama teman satu genk-nya yaitu Dimas, Satria, dan Naufal. 

"Kenapa sih kalian?" Yulia mulai kesal. 

"Gue udah bilang, kalo lo ngehalangin jalan gue!" kata Yaksa membuat Yulia bingung, tidak mengerti apa yang pria dihadapannya katakan. 

"Aneh banget sih lo! Minggir gue mau lewat!"

"Semua anak-anak sini udah tau kalo gue sama temen-temen gue lewat harus minggir, beri jalan!"

"Ya terus!"

"Ya lo tadi ngehalangin jalan gue!"

"Oh ya, terus gue harus gimana? GAK JELAS BANGET!" Yulia menekankan kata akhirannya dan kembali berjalan, kali ini Yaksa dan teman-temannya kalah cepat dengan Yulia yang sudah melewati mereka. 

Yulia sejak tadi masih berdiri di gerbang sekolah, menunggu angkutan umum lewat. Ia sudah menunggu lebih dari satu jam namun belum ada satu pun angkutan yang lewat didepannya. 

"Yulia, kok masih disini, belum pulang?" tanya Aji yang tiba-tiba datang dengan motor sport birunya. 

"Eh Aji, iya ini gue mau balik," jawab Yulia. 

"Naik apa? dijemput?" tanya Aji. 

"Mmm.. Gue naik angkot Ji, ini lagi nungguin."

Melihat Yulia sudah kepanasan dan lelah karena menunggu angkotnya, Aji pun memutuskan untuk mengajak Yulia pulang bersama.

"Yul, bareng yuk." Gadis itu kaget saat Aji mengajaknya pulang bareng. Sebenarnya Yulia tidak enak kala Aji mengajaknya pulang bersama padahal mereka baru kenal. Namun ia juga sudah lelah menunggu angkotnya tidak datang, jika angkotnya tidak juga lewat hingga matahari terbenam itu akan menjadi masalah untuknya, walaupun ia bisa saja menggunakan ojek online tetapi ia merasa sayang dengan uangnya, lebih baik menggunakan angkot sisa uangnya bisa ditabung, begitulah pikirnya.

"Yaudah, boleh Ji." Yulia pun akhirnya menerima tawaran Aji. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status