Nafeesa tengah memasak di dapur dalam keadaan hamil 9 bulan. Sudah 3 tahun mereka menjalani hubungan rumah tangga. Sepasang suami istri tersebut, juga sudah dikaruniai dua orang anak laki-laki yang tampan dan akan mendapatkan satu anak perempuan lagi. Namun, yang satu masih berada dalam kandungan. "Ayah, Nathan, Naufal, makan dulu nanti lanjut mainnya," ucap Nafeesa saat menata makanan di meja makan. Nathan sudah berumur 8 tahun, anak laki-laki itu sudah banyak perkembangan. Ia sudah seperti anak seusianya, tanpa canggung bisa menyesuaikan diri dilingkungan barunya. Naufal Lucy Dwi Winarta anak kedua dari Dareen dan Nafeesa, dua hari yang lalu bayi laki-laki ini sudah berumur 3 tahun. Kedua anak laki-lakinya sangat mirip dengan Dareen. Membuat Nafeesa jadi iri, kenapa anaknya tidak ada yang mirip dengannya. Ketiga orang itu berjalan ke arah dapur, dan duduk di kursi. Nafeesa mengambil makanan untuk Dareen-suaminya dan Nathan-putra pertamanya. "Makan yang banyak ya, Naufal sini sayan
Jakarta, 18 Juni 2021. ~ Mungkin dengan menghilang, akan membuat hidupmu menjadi lebih bahagia. ~ Sore Hari, pukul 18.00 WIB. Seorang gadis tengah menunggu kedatangan pria yang sangat ia cintai di sebuah taman. Mereka sudah menjalin hubungan 6 tahun lamanya. Mereka mulai menjalin hubungan sejak sekolah menengah atas, hingga mereka lulus dari Universitas yang sama. Hap Tiba-tiba ada dua tangan melingkar di leher gadis tersebut. "Udah lama nungguin aku?" Tanya sang kekasih. "Lumayan udah dua puluh menit, Sayang." balas Nafeesa. Gadis cantik tersebut bernama Nafeesa Adriana, ia berumur 22 tahun. Lulusan Universitas ekonomi yang ada di Ibukota Jakarta. Nafeesa dibesarkan dari panti asuhan 'Permata Bunda'. Sejak lulus sekolah menengah atas, Nafeesa memilih untuk mandiri. Karena ia merasa tidak enak pada ibu panti yang selalu membiayai sekolahnya. "Maaf ya, tadi Papa aku ngajakin ke kantor. Bentar lagi, aku bakal kerja di kantor Papa. Jadi aku harus liat keadaan kantor, terus tadi j
Di kediaman keluarga Winarta. Dareen memasukkan mobil-nya ke dalam garasi mobil. Ia keluar dari dalam mobil dengan senyuman yang terukir di bibirnya. Dareen membuka kotak ponsel barunya, karena ponsel lama Dareen hilang di jambret oleh pencuri. "Gue kabari Feesa deh, pasti dia khawatir banget sama gue yang gak ada kabar selama seminggu ini..." gumam Dareen yang langsung menghidupkan ponsel barunya. Ia menekan nomor kekasihnya namun nomor Nafeesa tidak aktif. Dareen terus menghubungi kekasihnya, dan tetap saja nomor gadis tersebut tidak aktif. "Tumben gak aktif, atau jangan-jangan baterai ponsel-nya habis? Gak mungkin, Nafeesa 'kan rajin nge-charger ponsel..." ucap Dareen pelan. "Nanti gue ke rumah dia aja kali ya, siapa tau ponsel-nya emang kehabisan baterai..." sambung Dareen yang melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Terlihat kedua orang tua Dareen tengah duduk bersama istri kakaknya. Dareen menghampiri mereka dan memeluk kedua orang tuanya dengan erat. "Akhirnya kamu pul
Lima tahun kemudian. Seorang anak laki-laki tengah duduk di halaman rumah sambil memainkan rubik. Anak laki-laki itu hanya diam, sambil terus menunduk fokus menyusun rubik agar semua warna tersusun sama. Disisi lain, ada dua orang wanita tengah menatap anak laki-laki tersebut dari balik jendela. "Dia sudah besar sekarang," gumam salah seorang gadis tersebut. "Andai dia tidak memiliki syndrom asperger, pasti anakku akan bisa hidup normal seperti layaknya anak-anak lainnya. Yang bisa bersosialisasi pada siapa saja," balas Nafeesa yang menatap sendu putranya. Bilqis menatap temannya dan langsung memeluk tubuh, Nafeesa. "Sudah menjadi takdirnya, Nafeesa. Intinya kita harus terus menyemangatinya dan mencoba mengajarinya agar bisa bersosialisasi pada anak yang seusianya, sekarang di juga lagi terapi. Jadi kita doakan semoga dia bisa seperti anak lainnya..." jelas Bilqis. Sindrom Asperger adalah gangguan neurologis atau saraf yang tegolong ke dalam gangguan spektrum autisme. Kebanyakan a
"Nathan kita pergi sekarang," ucap Nafeesa dengan menggerakkan tangannya ke arah Nathan, sebagai bahas isyarat. Nathan menganggukkan kepalanya dan menghampiri, sang ibu yang sudah menunggunya di depan mobil. Nafeesa menggendong Nathan, dan memasukkan anaknya ke dalam mobil. Tak lupa ia memakaikan sabuk pengaman untuk putranya. "Ganteng banget anak bunda," ujar Nafeesa sambil mencium pipi, Nathan. Sedangkan anak laki-laki itu hanya fokus memainkan rubik miliknya. Nafeesa berjalan ke arah pintu mobil dan duduk di kursi kemudi. Mobil pun dihidupkan, Nafeesa menyetir mobil menuju tempat yang akan ia datangi bersama, Nathan. Setelah beberapa menit di perjalanan, Nafeesa memberhentikan mobil di depan Water Blaster Graha Candi Golf. Nafeesa lebih dulu keluar dari dalam mobil, kemudian berjalan ke arah pintu mobil kursi samping kemudi. Nafeesa membuka pintu mobil untuk anaknya dan membantu Nathan untuk keluar dari mobil. "Ayo," ajak Nafeesa sambil mengulurkan tangannya. Nathan membalas ul
Nafeesa, Bilqis dan Fatih yang tengah menggendong Nathan berjalan keluar bandara. Mereka baru saja tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, sudah ada sebuah mobil yang menunggu mereka di depan bandara. "Wih, mentang-mentang bos. Udah ada aja yang standby nungguin disini..." ujar Fatih. "Pastilah, bos gitu loh..." jawab Bilqis. "Sombong amat, Kak." ketus Fatih. Nafeesa hanya terkekeh melihat adiknya yang tak pernah akur dengan Bilqis. Ia menatap Nathan yang masih tertidur di gendongan, adiknya. "Buruan gih masuk mobil, kasihan kalau Nathan tidurnya dalam posisi seperti itu..." sahut Nafeesa. Bilqis dan Fatih langsung masuk ke dalam mobil, kemudian Nafeesa pun ikut masuk ke dalam mobil tersebut. Mobil pun berjalan menuju rumah yang baru Bilqis beli. Di dalam mobil, Bilqis asik menatap kaca karena lipstik yang ia pakai mulai memudar. Fatih yang melihatnya hanya bisa memutar bola mata dengan malas, sedangkan Nafeesa hanya diam sambil menatap layar ponsel-nya. "Padahal kita bisa tinggal
Di Kediaman Keluarga Winarta.Ayah dan Ibu dari Tuan Beni, tengah duduk sambil memikirkan anak laki-laki yang mereka temui di panti asuhan 'Kasih Sayang Ibu' tadi. Mereka membuka album foto yang ada di ponsel dan melihat foto masa kecil Dareen. "Lihat ini mirip sekali, Daddy. Jangan-jangan Dareen memiliki anak," ujar Nyonya Sukma selaku Nenek dari Dareen dan Zay."Mungkin saja, karena ini memang sangat mirip dengan Dareen. Kamu ingat gadis yang diajak cucu kita waktu mampir ke rumah?" Jawab Tuan Teguh."Ingat gadis cantik itu 'kan? Sekilas anak laki-laki itu juga mirip dengan gadis yang dibawa oleh cucu kita. Mommy jadi semakin yakin itu adalah cicit kita, Dad." jelas Nyonya Sukma."Kita tanyakan ke Dareen dan yang lainnya, jika tidak ada juga yang mengaku mungkin Daddy akan menyuruh pengawal untuk memeriksa data-data keluarga anak laki-laki tersebut..." sambung Tuan Teguh.Dareen masuk ke dalam rumah dengan wajah murung, karena selama lima tahun ini tidak ada senyuman yang menghiasi
Nafeesa berada di supermarket bersama Nathan dan Fatih. Ibu satu anak itu tengah memilih makanan ringan untuk cemilan di rumah, apalagi Nathan paling hobi mengemil makanan. Sedangkan Fatih dan Nathan tengah mencari coklat kesukaan mereka. "Filosofi coklat apa?" Tanya Fatih yang menyodorkan coklat kesukaan Nathan. "Cokelat memiliki makna simbolik cinta, perhatian dan komitmen. Banyak yang percaya bahwa cokelat memiliki efek magis dan bila dibagi di antara dua orang, bahkan bisa membuat mereka saling jatuh cinta..." jelas Nathan sambil mengambil coklat yang ada di tangan sang Paman. Fatih menganggukkan kepalanya dan menggandeng tangan keponakannya, mereka berdua mencari keberadaan Nafeesa yang sedari tadi asik mencari makanan ringan. "Permisi bisa geser sebentar," ucap Nafeesa dengan ramah. Pria yang berdiri di depan rak khusus keripik langsung membalikkan badannya dan sedikit bergeser. Nafeesa dan pria itu langsung mematung, kemudian mereka saling tatap satu sama lainnya. "Feesa?"