Share

069

Penulis: Novisi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-15 17:27:26

Permaisuri Neha meraung-raung di kamarnya sendiri, semua pelayan dan prajurit yang mengetahui kabar tentang kelahiran anak permaisuri tertunduk seolah-olah ikut merasakan kesedihannya.

Sementara itu, Sultan Bayezidan berjalan pelan bolak balik, tetapi geraknya tak menandakan ketenangan.

"Mengapa bisa seperti ini?!" hardiknya pada medikus yang membantu persalinan. Keringat mengucur di pelipis medikus, ia langsung berlutut di hadapan pemimpin kesultanan Yagondaza.

Sultan memutuskan berbicara empat mata pada medikus.

"Maa... maafkan, Sultan, ini di luar dugaan," ucapnya terbata-bata. "ini bisa diduga terjadi selama kehamilan," lanjutnya tertunduk takut.

"Maksudmu apa?!" Sultan Bayezidan menarik baju bahu medikus yang membuatnya hampir mati gemetar.

"Kekurangan anggota tubuh ini bisa dijelaskan terjadi selama kehamilan permaisuri lalu, Jenderal" jelasnya.

"Bukankah permaisuri telah melewati proses pemeriksaan sifat unggul? Anak-anak terdahulu tidak ada lahir seperti itu!" ingat Sultan Bay
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Michellyn
lanjut yg byk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   070

    Berita tentang kelahiran putra permaisuri dan Sultan sampai di telinga Janna."Kalian siapkan hadiah untuk Permaisuri," perintah Janna pada Kana dan Mala. Mereka saling berpandangan seolah-olah ingin menyampaikan hal lain.Janna memperhatikan gerak tubuh berbeda dari kedua pelayannya. "Mengapa? Pergilah? Aku akan menyampaikan nanti seorang diri," jelasnya."Ma... maaf, Nyonya." Kana angkat suara. "Tapi, anak yang dilahirkan permaisuri tidak seperti anak normal lainnya."Kana dan Mala bergantian menceritakan kabar yang telah pasti kebenarannya itu."Lalu masalahnya ada di mana? Meskipun tubuh bayi seperti itu, dia tetap manusia yang harus dicintai." Janna malah teringat pada putranya yang terpaksa harus dipisahkan dari mereka. "Peraturan di kesultanan, anak dalam keadaan demikian dianggap tidak layak hidup, Anggapan kesultanan di masa depan ia juga tidak mampu bertahan hidup, sehingga di masa bayi ini..." Mala ragu-ragu menyampaikan. "Teruskan!" perintah Janna."Bayi itu akan dibunuh

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   069

    Permaisuri Neha meraung-raung di kamarnya sendiri, semua pelayan dan prajurit yang mengetahui kabar tentang kelahiran anak permaisuri tertunduk seolah-olah ikut merasakan kesedihannya.Sementara itu, Sultan Bayezidan berjalan pelan bolak balik, tetapi geraknya tak menandakan ketenangan."Mengapa bisa seperti ini?!" hardiknya pada medikus yang membantu persalinan. Keringat mengucur di pelipis medikus, ia langsung berlutut di hadapan pemimpin kesultanan Yagondaza.Sultan memutuskan berbicara empat mata pada medikus."Maa... maafkan, Sultan, ini di luar dugaan," ucapnya terbata-bata. "ini bisa diduga terjadi selama kehamilan," lanjutnya tertunduk takut."Maksudmu apa?!" Sultan Bayezidan menarik baju bahu medikus yang membuatnya hampir mati gemetar."Kekurangan anggota tubuh ini bisa dijelaskan terjadi selama kehamilan permaisuri lalu, Jenderal" jelasnya."Bukankah permaisuri telah melewati proses pemeriksaan sifat unggul? Anak-anak terdahulu tidak ada lahir seperti itu!" ingat Sultan Bay

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   68

    Setelah kunjungan Neha di kediaman rumah putih, Janna banyak diam. Pikirannya dipenuhi dengan ucapan Neha berulang-ulang.Tangisan putranya membuat Janna sadar bila bocah kecil itu hampir terlepas darinya. Cepat-cepat Janna memperbaiki posisi anaknya yang diberi nama Harry Freud."Maafkan Ibu, Harry," ucapnya.Tidak lama Dominic masuk ke kamar. "Kalian ada di sini rupanya.""Apakah Jenderal mencariku?" tanya Janna dengan raut senang.Dominic duduk di samping Janna. "Aku dengar dari pelayan, permaisuri Neha mengunjungimu."Paras Janna berubah. "Ya," jawabnya pendek tak semangat."Apa yang kalian bicarakan?""Hanya menanyakan kabar saja," sahut Janna. Dominic memandang istrinya yang tengah sibuk dengan Harry."Kau tak bisa membohongiku," nilai Dominic lalu mengambil alih putra mereka, Dominic mengayun Harry yang senang diperlakukan demikian."Apakah Jenderal akan mempercayai ceritaku?" Janna tertawa kecil. "Permaisuri teman lama Jenderal, pasti saja Jenderal sulit percaya dengan apa yan

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   67

    "Apa yang membawamu mendatangi kediamanku, Jenderal?" tanya Sultan Bayezidan saat mereka saling berhadapan. Dominic membungkuk memberi hormat, hanya saja irama jantungnya mulai tak karuan. Terasa sulit untuk menjawab, bahkan menelan ludah pun. Dominic tidak siap dengan seribu alasan mengunjungi kediaman tanpa kehadiran Sultan di sana. Namun, ia harus tetap menjawab. Dominic mengangkat badan, sewaktu mulutnya terbuka, dari arah pintu Neha muncul. "Yang Mulia," ucapnya memberi hormat, "aku meminta Jenderal Dominic datang kemari untuk menanyakan kabar Janna, dan aku memberikan bingkisan hiburan untuk Janna yang masih bersedih, tetapi Jenderal Dominic lupa membawanya," lanjut Neha dengan tenang dan lancar, ia tertawa kecil sembari mengulurkan bingkisan dengan kedua tangannya. Paras Sultan Bayezidan yang semula datar berubah terisi senyuman. "Ambillah, kami ingin menghibur kalian. Pasti apa yang kalian alami begitu berat." Dominic masih berpikir tentang Neha dan Sultan, mereka s

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   66

    "Cukup, Jenderal. Aku sudah lebih baik," ujar Janna pelan, menghentikan gerak pijatan di bahunya, ia memperbaiki gaun lalu duduk menghadap Dominic. "Pergilah, permaisuri sudah menunggu, Jenderal.""Aku harap kau percaya padaku," ucap Dominic menatap sendu ke arah istrinya, ia menggenggam kedua tangan Janna.Perempuan itu tertawa kecil seraya menoleh ke arah lain. "Sedari awal aku tak bisa percaya pada siapapun, aku hanya seorang perempuan biasa yang diperintah untuk hidup. Hanya tinggal menjalani saja." Janna memandang Dominic dengan sorotan lara, penuh derita.Dominic menghela napas berat, rasa sesak seolah-olah menekan dadanya. Dia berdiri lalu mengganti pakaian dengan busana militer. "Aku hanya sebentar." Kening Janna dikecup Dominic.Selepas kepergian Dominic, air mata Janna kembali mengucur. Ia menangisi nasibnya yang begitu menyedihkan."Ada apa Permaisuri memanggil?" tanya Dominic memberi hormat pada Neha. Di dalam ruangan itu hanya ada mereka berdua.Neha tersenyum senang meny

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   65

    Telah tiga hari Janna berduka, ia lebih banyak mengurung diri di dalam kamar, bahkan tidak ingin bicara pada suaminya sekalipun mereka sekamar.Saat ini Janna berada di ruangan tempat menyimpan abu keluarga Freud, tidak menangis lagi, hanya memandangi guci milik putranya. Jarak ruang abu dengan kediamannya tidak begitu jauh, cukup berjalan kaki."Janna, sedari tadi kau belum makan apa pun." Suara Dominic terdengar jelas di pendengaran sebelah kanan Janna. Pria itu menaruh kedua tangan di sisi lengan Janna bermaksud ingin menyokong badan istrinya ke atas.Mendadak Janna menggoyangkan badannya sampai pegangan itu terlepas. "Pergilah, tidak perlu mengurusiku!" ucap Janna dengan nada rendah tanpa menoleh sedikit pun."Sampai kapan kau seperti ini?" Dominic tahu kesakitan yang Janna rasakan, hanya saja waktu terus berjalan dan ada yang membutuhkan Janna."Bukan urusan, Jenderal!" teriak Janna, mata Dominic sampai terpejam. Air mata mengucur dari kelopak mata Dominic, segera ia menghapusn

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   64

    Pagi hari Janna tak berada di kamar pribadinya, Dominic panik. Ia melangkah menyusuri sisi kamar. Dominic berlari mengitari rumah putih."Ada apa, Jenderal?" tanya Letnan Adrian yang heran dengan tingkah atasannya."Janna, di mana Janna?""Nyonya sedang di taman bersama dengan kedua putra Jenderal," jawab Letnan Adrian.Gegas Dominic berlari ke arah taman dengan masih mengenakan piyama tidurnya. Kelegaan merasuki dada Dominic begitu melihat Janna dan kedua putranya."Janna, mengapa sepagi ini sudah berada di taman?" tanya Dominic, tak segan ia melingkarkan tangan di pinggang istrinya. "Apaah udara pagi ini baik untuk mereka?" lanjut Dominic.Janna tertawa kecil, ia merasa senang diperhatikan oleh Dominic. "Semua baik-baik saja, Jenderal. Apakah Jenderal khawatir, bisa-bisanya keluar kamar hanya dengan piyama?" ledek Janna membuat Dominic salah tingkah dan malu.Selang beberapa waktu, Dominic kembali teringat perkataan Swayata dan mimpinya tadi malam."Seusai sarapan aku ingin berbinca

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   63

    Janna diperbolehkan kembali ke rumah putih, setelah kesehatannya membaik. Setiba di kediamannya, ia melihat Swayata berdiri di antara orang biasa yang menantikan kepulangan mereka.Membawa serta anak-anaknya, Janna masuk terlebih dulu."Nanti aku menyusul," ujar Dominic yang masih harus menerima Swayata di kamar kerjanya."Jenderal, selamat atas kelahiran bayi kembarmu," ucap Swayata memberi hormat, ia menyerahkan bingkisan pada Dominic yang langsung diserahkan pada pengawalnya. "Apa keperluanmu datang kemari, Pak Tua? Bukan hanya menyampaikan hal ini, bukan?" selidik Dominic.Ulasan senyum Swayata memberi jawab bagi Dominic. "Duduklah, katakan apa keperluanmu."Swayata mengikuti Dominic duduk di bangku tamu."Aku bukan pejabat lagi, Jenderal. Tetapi, aku harus mengatakan kepadamu, bila anak kembarmu harus dipisahkan karena mereka keduanya laki-laki."Dominic terbeliak mendengarnya, sebelumnya Swayata tak pernah mengatakan mengenai hal itu. "Bukankah baik aku punya anak laki-laki k

  • MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL   62

    Dominic dan Janna kembali ke Pamdos, sepanjang perjalanan dalam kereta kuda Dominic melihat jelas paras Janna yang riang, sekalipun perempuan itu melihat ke arah luar. "Apa kau telah mempersiapkan nama untuk anak ini nanti?" tanya Dominic, Janna menoleh sembari berpikir. "Bukankah Jenderal yang ingin memberikan nama pada anak ini? Biasanya seorang ayah yang memberikan nama." "Kalau kau ingin memberikan nama tidak masalah. Kebiasaan yang kau sebutkan itu tidak berlaku di stratum Armyasa," sanggah Dominic. Janna tersenyum, ia menyambut gagasan suaminya. "Aku pernah terpikir, apa Jenderal ingin mendengar namanya?" "Tidak perlu, nanti saja setelah anak ini lahir." Tidak terasa mereka tiba di rumah putih. Dominic turun terlebih dulu lalu mempersilakan istrinya. "Dominic," panggil seseorang dari luar. Janna mendengarnya sembari memutar matanya. Mereka berdua telah turun dari kereta kuda. "Bolehkah aku berbicara padamu? Ini tentang upaya --" Sorot tajam Janna pada Yana

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status