Share

33. Bitter Truth

"Apa-apaan kamu, Dikta?!" hardikku begitu melihat Arsya yang sedikit terhuyung akibat tinju Dikta yang sangat keras.

Aku memegangi lengan Arsya dan merasa panik begitu melihat setitik darah menetes dari bibirnya. Arsya mengelap ujung bibirnya sambil berbisik padaku bahwa ia baik-baik saja. Namun, aku bisa melihat raut wajahnya yang tak terima atas pukulan Dikta. Hanya saja Arsya mungkin mencoba menahan amarahnya karena Dikta adalah adikku.

"Ada apa, Dikta?! Dan kenapa kamu datang ke sini tanpa mengabari kakak?" cecarku.

"Kakak menyuruhku untuk mengabari sebelum datang kemari karena takut ketahuan bahwa Kakak menjalin hubungan dengan pria berengsek ini, 'kan?!" Dikta menunjuk wajah Arsya.

"Chill, Dikta. Let's have a seat and talk." Arsya berkata dengan tenang.

"Shut up," ucap Dikta sinis kemudian beralih lagi padaku. "Pantas saja sikap Kakak mencurigakan, seperti sedang menyembunyikan sesuatu."

Aku menatap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status