Share

Balas tipis-tipis

Sepulang dari rumah Bude, aku mengajak Mas Damar ke rumah orang tuaku. Selain rindu dengan mereka, aku juga tak sabar ingin mendengar pengakuan Bapak mengenai masa lalunya.

Hati ini masih saja menolak percaya dengan kenyataan yang Bude ceritakan. Rasanya seperti bermimpi padahal jelas-jelas kedua mataku sedang melek.

Ibu langsung menyambut hangat kehadiran kami. Setengah berlari dia mendekat mobil yang kami kendarai seolah tak sabar menungguku keluar.

“Alhamdulillah..., Sekar. Akhirnya kamu ke sini juga. Ibu kangen, Nak!” Baru saja turun dari mobil Ibu langsung memelukku erat.

“Sekar juga kangen, Bu,” sahutku setelah pelukan kami terurai.

“Maafkan Ibu atas kejadian tempo hari. Ibu benar-benar tak bermaksud menyudutkanmu. Hanya saja Ibu tak sanggup melihat anak Ibu ada yang sengsara,” akunya.

Sebisa mungkin aku memaksakan senyum meski hanya mampu membentuk lengkung patah. Jika mengingat hari itu, perih di hati kembali terasa.

“Sudahlah, Bu. Aku juga sudah melupakannya,” jawabku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status