***Kevin mengendarai motor dengan kecepatan penuh. Bayangan wajah Hana yang tengah panik membuatnya berulang kali menerobos lampu merah. Di pertigaan jalan, Kevin sengaja memilih arah yang bukan menuju ke kampung halaman Hana. Dari yang ia tangkap dari ucapan Kenan tadi bahwa Ari mengabarkan akan datang ke kampung dan membuat keributan di sana dan itu artinya pria gila itu pun masih berada di perjalanan.Motor berwarna merah itu berhenti tepat di depan rumah bercat putih. Halaman yang luas membuat sang empunya rumah leluasa menanam banyak sekali macam-macam bunga disana. Bak gayung bersambut, sosok yang Kevin hendaki terlihat keluar dari dalam rumah dengan pakaian yang sudah rapi."P-- Pak Kevin?" gagap Anita. "A-- ada perlu apa, Pak? Mari masuk!"Kevin menggeleng samar. "Aku buru-buru, cepat ikut aku sebelum terlambat.""Tapi ... kalau boleh tau kita mau kemana ...?""Ini urgent sekali, Anita! Kamu sedang hamil anak Ari bukan? Sekarang ... calon suami gila kamu itu sedang menuju k
***Dua tamparan yang cukup keras mendarat sempurna di pipi Ari. Pria itu melotot, kemudian membuang muka lantaran melihat Anita yang sudah berdiri di depannya."Apa yang kau lakukan, Anita!" "Kenapa? Kamu kaget melihatku ada disini, iya?" jawab Anita dengan napas memburu. "Justru aku yang seharusnya bertanya kenapa kamu ada disini padahal kamu janji akan menemui kedua orang tuaku, Mas!""Ck! Jangan ikut campur urusanku!""Dan urusanmu sekarang sudah menjadi urusanku. Ingat, aku sedang ....""Diam!"Anita tersentak kaget mendengar bentakan yang jauh lebih lantang dari bentakan Ari sebelumnya. Urat leher pria itu menegang. Matanya memindai seluruh tetangga yang ada di sekitar rumah Hana."Kamu sudah melewati batasanmu!" desis Ari sembari mencekal pergelangan tangan Anita.Anita ingin menangis, tapi lagi-lagi ia tidak ingin orang lain menganggapnya lemah hanya karena disia-siakan oleh pria brengsek seperti Ari meskipun pada kenyataannya hatinya terluka lantaran dikoyak hingga hancur me
***"Katakan jika apa yang sudah Mbak Hana ucapkan adalah sebuah kebohongan, Mas. Katakan!"Ari menepis cekalan tangan Anita dengan kasar. Dia melenggang pergi tanpa menghiraukan panggilan Anita yang meneriaki namanya."Mas! Mas Ari!""Mas Ari, berhenti!" teriak Anita tanpa henti. "Jika tidak, kupastikan kamu akan dipecat saat ini juga!" Segaris senyum sinis terbit di bibir Anita tatkala melihat Ari mengentikan langkahnya. Pria itu menoleh, ia menatap tubuh Anita yang saat ini tengah berdiri pongah di pelataran rumah Hana."Kau pikir aku peduli?" sahut Ari dengan tenang. "Aku yang akan mengundurkan diri sebelum Bos brengsek itu memecatku!" dustanya. Tanpa orang lain tau, surat pemecatan sudah sampai di atas meja Ari. Rencananya, setelah dari kampung halaman Hana dan berhasil memaksa mantan istrinya itu kembali rujuk, ia akan datang ke kantor dan mempermalukan Kenan di depan semua staf.Namun sayang ... rencana hanyalah tinggal rencana belaka karena semuanya gagal sejak kedatangan Ani
***Setelah memastikan keadaan Anita jauh lebih tenang. Hana memilih untuk keluar dari kamar agar tamunya bisa beristirahat dengan nyenyak."Bisa kita ngobrol berdua, Kev?" tanya Hana ragu. Kevin yang sedang berada di ruang tamu bersama Bapak pun menoleh, hingga sepersekian detik, kepala pria tampan itu mengangguk, ia berjalan di belakang Hana setelah meminta ijin pada Bapak untuk berbicara empat mata bersama putrinya.Sengaja ...Hana memilih belakang rumah untuk berbincang-bincang membahas banyak hal dengan Kevin. Termasuk, bagaimana dia bisa membawa Anita datang ke kampung dan bagaimana ia tahu kalau Ari sedang membuat keributan di rumahnya."Kita mau berkebun?" tanya Kevin cengo ketika melihat langkah kaki Hana yang berjalan menuju kebun belakang rumah."Hei, kau mau bawa aku kemana?" cecar Kevin. "Ck! Jangan sok misterius, Hana!"Hana menghentikan langkah, sontak Kevin pun turut berhenti dan keduanya saling bertatapan. "Tadinya aku mau bawa kamu ke pinggiran sawah, tapi ...."Jan
***"Sepi sekali, Bu, Mas Ari kemana?" tanya Risa saat sudah sampai di rumah.Ari sengaja meminta bantuan Heni untuk menjemput Risa di Rumah Sakit karena sudah diperbolehkan pulang hari ini sementara dirinya sibuk menyusun rencana di kampung halaman Hana."Kerja! Kamu pikir kemana?" sahut Heni ketus. "Sudah jangan banyak tanya, Ibu pusing mau istirahat," sambungnya seraya melengang pergi meninggalkan Risa berdiri di ambang pintu."Tunggu, Bu!" Suara Adrian membuat langkah Heni terhenti, begitupun dengan Risa. Mata wanita hamil itu memicing melihat Adrian yang berkacak pinggang di depan pintu kamar. Risa berdecih kala melihat penampilan Adrian yang semakin tidak terurus."Hari ini juga kita pergi ke rumah orang tua kamu. Kau sudah kutalak, Ris, jadi mau tidak mau harus pergi dari rumah ini."Kedua mata Risa membulat lebar. Refleks kepalanya menggeleng cepat dan menatap mata Heni mencoba mencari pembelaan disana."Tapi, Dri ....""Nggak ada tapi-tapian, Bu. Dia bisa menikah dengan Ari,
***"Ibumu adalah dalang di balik kehancuran rumah tangga kita!" teriak Risa menggebu-gebu.Plak ....Adrian melayangkan tamparan untuk yang kesekian kalinya. Dulu, dia adalah sosok pria yang lembut pada istri dan Ibunya, tapi sejak kebusukan mereka terendus, hilang sudah kasih sayang yang sempat Adrian berikan."Jaga mulutmu! Semua ini terjadi karena kamu dan Ari yang tidak bisa menahan nafsu! Berhenti mengkambinghitamkan Ibu, Risa!"Adrian yang kepalang marah mencekal erat lengan istrinya itu sampai Risa meringis kesakitan. Sungguh, kemarahan yang Adrian perlihatkan saat ini membuat rasa takut tersendiri di hati Risa. "Apa Ibu masih ingin diam saja? Ibu tidak berniat menjelaskan semuanya pada Mas Adrian, hah?"Air muka Heni kembali memucat. Keringat dingin mulai menjalari tubuhnya saat kesalahan dia di masa lalu kembali Risa ungkit di depan Adrian.Heni gelagapan. Kedua manik Adrian menatapnya dengan nyalang. Seketika tubuh wanita paruh baya itu luruh di depan pintu kamar tamu yang
***Risa histeris ketika Adrian menarik paksa dirinya untuk masuk ke dalam mobil. Wanita yang baru saja pulih dari pendarahan hebat itu merengek menolak untuk dikembalikan pada kedua orang tuanya.Apa kata para tetangga jika mereka tahu apa yang sudah Risa perbuat?Bagaimana hancurnya hati kedua orang tuanya ketika mereka tahu putri yang selama ini diagung-agungkan ternyata hamil dengan iparnya sendiri disaat Sang Suami tengah bekerja keras di luar pulau untuk menyokong semua kebutuhannya?"Mas, aku mohon! Bapak bisa membunuhku kalau kamu mengatakan semuanya," ucap Risa di sela-sela tangisnya. "Kau pikir aku peduli?" sahut Adrian tak acuh. "Tugasku saat ini hanya mengembalikan kamu pada Bapakmu, Ris. Setelah itu semua urusan kita selesai, aku sudah mengurus surat perceraian kita.""Mas Adrian!" pekik Risa. "Setidaknya jika bukan demi aku, tolong pikirkan bayi yang sedang aku kandung, Mas. Dia ... dia juga keponakan kamu."Adrian tertawa getir sementara Heni yang baru saja keluar dari
***Faridah melangkah perlahan mengindari serpihan gelas kaca yang sudah berserakan di lantai. "Hati-hati, Mak ...." Suara Risa tercekat ketika Faridah justru menatapnya sangat tajam. "Kenapa, Nak? Apakah kesalahan Risa sangat fatal sampai-sampai kamu ...."Adrian menunduk dalam sementara Risa mencengkeram ujung bajunya dengan dada berdebar menanti penjelasan yang akan keluar dari bibir suaminya."Jawab, Adrian!" bentak Bapak lantang. "Bapak dan Emak bisa terima kalau kamu mengembalikan Risa pada kami, tapi ... beri kami alasan mengapa harus ada perceraian diantara kalian," sambung Bapak pilu. Sebagai orang tua, mendengar putrinya mendapat talak adalah suatu hal yang teramat menyakitkan. "Saya minta maaf jika selama ini belum menjadi suami dan menantu yang baik, Pak," sahut Adrian. Bapak menatap menantunya itu dengan kemarahan yang bersarang di dalam dada. "Cukup basa-basi nya, sekarang jelaskan kenapa Risa kamu ceraikan! Bapak tidak terima anak Bapak dipermainkan, Adrian!""Risa